By : SRI WIYANTI S,Pd.
Setiap orang tua pasti mendambakan memiliki anak-anak yang berakhlak mulia, jauh dari sifat cercela, salah satunya adalah sifat pembohong. Namun dalam prakteknya kebiasaan berbohong pada anak justru tanpa disadari ,orang tuanyalah yang telah berkontribusi atas munculnya sifat ini.
Dalam tulisan singkat ini saya ingin mencoba memaparkan beberapa penyebab yang dapat memicu anak-anak "belajar berbohong" :
1. Kebiasaan orang tua yang tidak menepati janji.
Bukan rahasia lagi ketika menghadapi anak-anak yang merengek atau menangis meminta sesuatu yang diinginkannya sementara pertimbangan orang tua bahwa barang tersebut tidak terlalu dibutuhkan oleh si anak atau bahkan dia sudah memiliki barang yang sama.
Biasanya yang dilakukan para orang tua adalah berjanji akan membelikan yang lebih bagus atau lebih banyak dari yang diinginkan Si Anak pada waktu yang lain dengan tujuan Si Anak berhenti merengek atau menangis.
Sesungguhnya kalimat itu hanya sebagai trik penolakan terhadap permintaan anak. Orang tua memang tidak bermaksud membelikannya. Mereka berpikir bahwa anak-anak akan melupakan setelah berlalunya waktu.
Selintas memang anak-anak akan terdiam atau melupakan apa yangg dia minta namun dengan tidak menepati janji tersebut sesungguhnya orang tua sedang mengajarkan "pelajaran berbohong" pada anak.
2. Tidak memenuhi hak-hak anak.
Penyebab kedua ini masih ada kaitannya dengan penyebab pertama karena berhubungan pula dengan janji yang tidak ditepati, namun penekanan pada poin ke dua ini adalah terkait dengan kompetisi.
Sebagai ilustrasi sederhana, jika kamu berhasil meraih juara satu pada perlombaan ini atau pada penerimaan raport semester ini misalnya, Ayah akan memberikanmu hadiah sebuah jam tangan yang bagus. Tapi setelah anak berhasil meraih juara orang tua tidak memberikan sebagaimana yang dijanjikan atau menukarnya dengan hadiah lain yang lebih murah dari yang dijanjikan. Percayalah sesungguhnya orang tua sedang mengajarkan "pelajaran berbohong" pada anak.
3. Lari dari tanggung jawab
Biasanya permasalahan ini muncul dalam keseharian kita berkaitan dengan interaksi kita dengan orang lain.
Sebagai contoh, orang tua berjanji akan bertemu dengan seseorang pada waktu yang telah disepakati tapi ketika orang yang ingin menemuinya datang malah dia meminta anaknya untuk mengatakan pada tamunya tersebut bahwa dia tidak ada di rumah atau sedang bepergian.
Peristiwa yang kerap terjadi dalam konteks ini adalah dalam perkara hutang piutang. Ketika dengan mudah kita berjanji akan membayar hutang, dan pada saat yang telah disepakati lalu kita menghindar dengan berdalih sedang tidak di rumah dengan perantara lisan anak kita.
Dalam kasus ini orang tua akan terbebas dari tamu yang mencarinya, namun tidak pernah terbebas dari kewajibannya menunaikan janji. Praktik ini adalah satu bagian dari 'pelajaran berbohong' yang telah diberikan orang tua pada anaknya tanpa dia sadari.
4. Memuji anak secara berlebihan
Biasanya hal ini sering kita jumpai pada majelis atau pertemuan ibu-ibu, ketika bercerita tentang anak-anaknya rasanya kurang lengkap jika tidak saling mengungguli menceritakan kebaikan atau kehebatan anak masing-masing.
Memuji anak boleh saja kita lakukan bahkan memuji juga dianjurkan sebagai bentuk apresiasi terhadap usaha positif anak, namun seringkali orang tua berlebih- lebihan dalam memuji anak sehingga terkadang ditambah-tambahkan di luar kenyataan sebenarnya dan hal itu dilakukan di depan anak.
Meski orang tua akan mendapatkan banjir pujian dari orang yang mendengar ceritanya, sadarlah sesungguhnya orang tua sedang mengajarkan "pelajaran berbohong" pada anak. Pada kesempatan lain anak akan melakukan hal yang sama demi mendapatkan pengakuan dari orang lain tentang eksistensi dirinya. Karena contoh atau keteladan dari orang tua adalah guru pertama bagi anak-anak.
5. Terlalu berat ketika menghukum anak.
Seorang ibu bercerita tentang perilaku anaknya yang suka berbohong, padahal mereka merasa sebagai orang tua sangat menjaga diri dari kebiasaan berbohong ini, bagaimana hal ini bisa muncul pada anak?
Ternyata orang tua sering memberikan hukuman yang berat ketika anak melakukan kesalahan atau pelanggaran. Setiap melakukan kesalahan anak akan berbohong demi menghindari hukuman yang akan dia terima dari orang tua.
Karena itu hendaklah orang tua memperhatikan model hukuman atau sanksi pada anak sesuai perkembangan usianya. Jangan sampai maksud kita mendnidik anak menjadi baik, justru membuat anak suka berbohong.
Semoga tulisan singkat ini bermanfaat bagi pribadi saya dan siapapun yang membacanya.
Tulisan lama dengan sedikit perubahan Talabiu Bima, 160422
Senin malam,
29 Agustus 2017
Mantap...dan bermanfaat
BalasHapusMasya Allah, super sekali umm
BalasHapusAlhamdulillah semoga bermanfaat
HapusAlhamdulillah, sangat bermanfaat 👍
BalasHapus