Jumat, 05 Juni 2020

Menyemai Karakter Islami Pada Buah Hati

Bagian pertama

💖💖MENYEMAI KARAKTER ISLAMI PADA BUAH HATI💖💖

By : Sri Wiyanti Ummu Khansa'

Mendidik anak, generasi, buah hati itu ibaratkan seorang petani yang menyemai tanaman, setelah proses memilih bibit unggul maka ada serangkaian proses selanjutnya yg harus dilakukan sehingga bibit tanaman yang disemai dapat tumbuh subur, terhindar dari gulma dan hama sehingga menghasilkan panen maksimal.
Begitupun dalam menyemai karakter islami pada anak dan buah hati kita.

Tantangan pendidikan bagi orang tua di zaman kekinian dan era kesejagatan ini sudah bukan rahasia lagi, menemukan anak-anak "bermasalah" menjadi sebuah keniscayaan, dari masalah kecil misalnya anak tidak disiplin, tidak rapi, malas belajar, suka membantah.... hingga masalah-masalah besar seperti kenakalan remaja( miras dan tramadol), tawuran/perkelahian antar sekolah yg sedang marak karena berebut pacar ,seks bebas ( yang diawali dengan proses pacaran), dan masih banyak lagi permasalahan lain yang tentunya sangat kompleks menjadi PR besar bagi kita sebagai orang tua. Lantas bagaimana Islam memberikan solusi terhadap pembetukan pendidikan Ilahiah ini sehingga bisa membantu kita dalam menangani dan menjadi bagian solusi dari permasahan keluarga dan lingkungan sosial kita.
Di antaranya ada 3 perkara mendasar sehingga karakter yang kita semai pada buah hati kita akan tumbuh subur, berdaun dan rindang sehingga bermanfaat bagi kita sebagai orang tua, masyarakat dan ummat.... Maka minimal ada lima perkara mendasar yg harus kita lakukan untuk tercapainya tujuan kita;

1. MENDIDIK DENGAN KETELADANAN

Keteladanan dalam pendidikan adalah cara yg paling efektif dan berhasil dalam mempersiapkan anak dari segi akhlak, membentuk mental dan sosialnya.
Agar anak terbiasa melakukan kebaikan, maka orang pertama yang harus melakukannya adalah kita sebagai orang tua.,... sebelum menyuruh anak holat, baca Alquran, bersedekah, qiyamullail, belajar, disiplin, amanah, tidak berbohong, semuanya harus ada contoh nyata dari orang tua. Tanpa keteladanan sangat sulit kita mengharapkan anak mau melakukan satu bentuk amal Sholeh.

Sebagaimana Allah mengutus Nabi Muhammad SAW untuk menjadi teladan sepanjang sejarah di setiap waktu dan tempat bak lampu yg menerangi kaum muslimin dan suluruh ummat manusia.
Sebagai mana bunyi terjemahan ayat 21 dari Surat Al Ahzab ; QS 33:21.
"Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharap Rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia.banyak menyebut nama Allah".

Itulah jawaban kenapa dakwah Rasulullah Saw mudah diterima dan tak satupun cela dari sikap, tingkah laku dalam keseharian maupun dakwahnya ditemukan ketidakbaikan hingga saat ini meskipun orang-orang kafir dan munafik berusaha mencari-cari kelemahan beliau.
Sebagai contoh ; orang tua melarang anaknya main HP tapi orang tua sendiri kerjaannya main HP, jika kita adalah orang tua yang bekerja dengan menggunakan HP atau laptop maka anak harus dirangkul disuruh melihat langsung apa yg kita lakukan dengan HP/laptop sambil memberikan pemahaman pada mereka....
Ada satu cerita ; putra saya  yg ke empat protes,  ummi kenapa sih ummi juga MAIN HP terus? Saya lihat dikit-dikit ngirim gambar-gambar, ngapain gambar orang itu terus yg dikirim ke FB, kirim foto saya saja mi, katanya.... mendengar itu saya tersenyum dan berusaha memberikan penjelasan ......... dan ternyata memang anak itu banyak meniru dari perilaku orang tua.
Jadi tidak salah jika ada pepatah mengatakan " BUAH ITU JATUH TAK JAUH DARI POHON" yang artinya Sifat dan perilaku anak tidak jauh dari orang tua.
Ancaman Allah sangat berat bagi orang-orang berbicara tentang sesuatu yang tidak dia kerjakan/ tiada keteladanan dalam dirinya sebagaimana Firman Allah SWT dalam QS As-Shaf (61) ayat 2-3 yg artinya;
Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak.kamu kerjakan. Amat besar kebencian di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.

Betapa banyak orang tua di zaman ini memerintahkan sesuatu pada anak yang tidak dilakukannya sendiri. Menginginkan anak rajin belajar dan berprestasi namun orang tua tidak pernah membiasakan diri membaca, menghadiri majelis ilmu atau kegiatan yang mendukung keilmuan lainnya. Meminta anak disiplin namun sering kali orang tua menunjukkan sikap sebaliknya. Mengharapkan anak menegakkan sholat dan mencintai Al Qur'an namun tidak pernah mengarahkan anak untuk melangkahkan kaki ke Masjid atau senantiasa berinteraksi dengan Al Qur'an.
Ini beberapa perkara yang menyebabkan apa yang diinginkan oleh orang tua tidak disambut baik oleh anak-anak sebab antara kata dan kenyataan tidak bersesuaian.

2. MENDIDIK DENGAN KEBIASAAN

Mendidik dengan kebiasaan di sini meliputi kebiasaan  pendiktean, pendisiplinan pribadi dan pembiasaan di lingkungan bermain  dan bergaul anak, kebiasaan yang baik ini baru akan bertahan dan membekas di memori anak harus  dengan menanamkan tauhid yang benar dan kuat ( mengenalkan Allah dengan sifat-sifat Agungnya), akhlak mulia, jiwa yang agung, dan etika syari'ah yang lurus.

Mengenai pentingnya faktor pendidikan Islam ini Nabi SAW telah menguatkannya dengan beberapa hadist diantaranya ; HR. At-Tirmidzi
"Tidak ada hadiah yang diberikan seorang ayah kepada anaknya yg lebih baik daripada pendidikan yang baik".
Jika sebagai orang tua kita mampu memberikan hadiah-hadiah mewah berupa materi kepada anak-anak kita seperti HP/gatget, pakaian, dan sejenisnya, maka dari sekarang mari kita sama-sama melirik hadiah-hadiah yang lebih kekal yang akan dibawa oleh anak-anak kita hingga bertemu RabbNya yakni berupa Pendidikan yang baik/ pendidikan Islami.
Setelah pondasi kuat dalam keluarga, kedua orang tuanya Sholeh,  senantiasa mengajarkan prinsip-prinsip iman dan Islam  yang kuat, maka hal  berikut yang harus diperhatikan adalah faktor lingkungan, karena lingkungan ini juga akan sangat menentukan corak watak pribadi anak, sebagaimana Rasulullah Saw mengingatkan dalam sebuah hadits riwayat At-Tirmidzi yg artinya ;
"Seseorang itu tergantung kepada agama temannya. Maka perhatikanlah oleh salah seorang dari kalian dengan siapa seseorang itu berteman"..

Ada satu kisah dalam sebuah hadits yang diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim:
"Dari ummat sebelum kalian ada seseorang yg telah membunuh 99 orang, kemudian ia bertanya tentang orang yang terpandai di muka bumi. Si pembunuh ditunjukkan pada seorang Rahib. Ia mendatangi sang Rahib dan berkata bahwa dirinya telah membunuh 99 orang, apakah ada kemungkinan bagi dirinya untuk bertaubat. Sang Rahib menjawab tidak, lalu dibunuh lah sang Rahib tersebut sehingga genaplah korban yg dibunuhnya menjadi 100 orang. Kemudian dia kembali bertanya tentang orang terpandai di muka bumi, lalu ditunjukkan padanya seorang ulama. Ia berkata pada ulama bahwa dirinya telah membunuh 100 orang, apakah ada kesempatan bagi dirinya untuk bertaubat? Ia menjawab, "Ya, siapakah yang bisa menghalangi seseorang untuk bertaubat? Pergilah ke suatu daerah karena di sana ada banyak orang yang beribadah kepada Allah. Beribadah kepada Allah bersama mereka dan jangan lagi kamu kembali ke negerimu karena itu adalah negeri yang buruk".
Sang pembunuh pun pergi sampai ketika ia tiba-tiba di tengah perjalanan mendapati ajalnya. Saat itu malaikat azab dan malaikat rahmat berselisih. Malaikat rahmat berkata, ia mati dalam keadaan bertobat pada Allah. Malaikat azab berkata, ia belum pernah melakukan kebaikan sedikitpun kemudian datang malaikat yg berwujud manusia untuk mendamaikan di antara ke duanya. Ia berkata, ' ukurlah oleh kalian di antara dua daerah mana yang paling dekat, maka itu menentukan nasib si pembunuh ini.
Akhirnya merekapun mengukurnya. Ternyata daerah yang paling dekat dengan si pembunuh itu adalah daerah yang sedang di tuju. Malaikat rahmatpun langsung  mengambilnya" (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Jika dalam pergaulan kita dilarang pilih-pilih teman karena sebab materi dan urusan dunia lainnya, maka dalam urusan Dien justru sebaliknya kita harus pandai-pandai memilih teman bergaul termasuk teman bergaul anak-anak kita. Karena berapa banyak anak-anak terjerumus pada keburukan disebabkan teman bergaulnya.
Contoh :  kasus, maraknya penggunaan tramadol, pacaran.seksbebas dll...... semuanya tidak lepas dari pengaruh teman bergaul

Ada satu cerita.... siswa di sebuah sekolah saat ujian hari pertama ada, ketika memasuki hari berikutnya siswa tersebut tidak datang, ditanyakan orang tua dan keluarga tidak ada yg tau kemana perginya, setelah teman-teman sekolahnya diinterogasi ternyata mereka tau ceritanya, bahkan mereka tau temannya pergi dengan siapa karena merekalah yang mengantarnya sementara orang tua dan keluarga malah kebingungan mencari.
Demikianlah besarnya pengaruh teman bermain atau bergaul bagi anak-anak kita karenanya sudah menjadi tugas orang tua untuk mengarahkan anak pada teman-teman yang baik.

Namun ketika kita menghadapi kondisi lingkungan yang buruk kita tidak boleh serta merta menyalahkan, namun bagaimana kita bisa menjadi bagian dari solusi permasalahan tersebut. Berusahalah menciptakan suasana kondusif bagi anak dan lingkungan bermainnya.

Contoh solusi yang bisa kita lakukan ;

1. Membuat kelompok belajar di rumah tentunya sesuai bidang dan kemampuan yg kita miliki, sehingga anak kita dan anak-anak tetangga bisa berada dalam suasana belajar, mereka bermain bersama dan juga belajar bersama di bawah pengawasan kita sebagai orang tua.

2. Membuat TPA/TPQ, taman pendidikan Al-Qur'an atau kegiatan belajar membaca Al Qur'an di rumah dengan mengajak anak-anak tetangga sekitar atau semisalnya.

3. MENDIDIK DENGAN NASEHAT

Entah sudah berapa kali dinasehati tidak mempan, lelah saya terus mengingatkan, entah apalagi kalimat semisal mungkin pernah kita ucapkan ketika berhadapan dengan anak bermasalah, jika seperti itu mari dari sekarang kita sama-sama belajar untuk merubah kalimat kita dengan untaian nasehat dan kata-kata bijak, sebagaimana digambarkan dalam terjemahan Al Qur'an Surat LUKMAN: ayat 13 , yang artinya :

Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi pelajaran padanya. " Hai anakku janganlah kamu menyekutukan Allah, sesungguhnya menyekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar".

Metode menasehati bisa dengan bercerita kisah-kisah mengandung pelajaran ( seperti kisah para sahabat/ sahabiyah)
dengan metode dialog yg memerlukan jawaban dari pertanyaan, menyampaikan nasehat dengan memberikan contoh nyata sehingga mudah dipahami:
Perumpamaan orang yang membaca Al Qur'an seperti buah utrujah, baunya harum dan rasanya enak, perumpamaan orang yang bersedekah itu ibaratnya sebiji bulir padi  dan tiap-tiap bulir....atau perumpamaan orang baik itu seperti pohon besar yang rindang dan berbuah lebat dll.
Perumpamaan mukmin itu seperti bangunan satu sama lain saling menguatkan, sambil Rasulullah menjalinkan jemarinya.
Contoh-contoh di atas adalah contoh metode pendidikan Islami yang bisa diterapkan pada anak-anak dan merupakan metode Ilahiah. Al Qur'an sudah sedemikian jelas memberikan gambaran.

Tulisan sebelumnya dengan sedikit penambahan.

Bersambung pada tulisan berikutnya.
Talabiu Bima

31 Maret 2019 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar