Jumat, 05 Juni 2020

Menyemai Karakter Islami Pada Buah Hati (2)

❤❤❤Bagian ke dua (selesai)❤❤❤

❤MENYEMAI KARAKTER ISLAMI PADA BUAH HATI❤

By : Sri Wiyanti Ummu Khansa'

Setelah Menanamkan keteladanan yang baik, pembiasaan pada karakter positif dan nasehat bijak, maka dua hal mendasar berikutnya yang harus upayakan pada pendidikan anak adalah ;

4. Mendidik dengan Perhatian/ Pengawasan

Hampir di setiap kita menemukan anak-anak bermasalah selalu dilatarbelakangi oleh kurangnya perhatian dan pengawasan dari orang tua, guru atau orang dewasa lainnya. Bahasa kita sekarang anak-anak yang KUPER ( kurang perhatian namun kelebihan dalam pergaulan). Kurangnya perhatian dan pengawasan ini bisa disebabkan karena tidak memiliki orang tua disebabkan meninggal, orang tua sibuk dengan pekerjaan, orang tua bercerai atau kurangnya dasar keilmuan bagi orang tua dalam pendidikan anak.
Ketiadaan orang tua karena beberapa sebab di atas menjadikan anak kehilangan perhatian dan pengawasan. Perhatian dan pengawasan di sini meliputi fase perkembangan anak dalam pembentukan akidah, akhlak, mental dan sosialnya. Termasuk juga mengawasi perkembangan pendidikan fisik dan intelektualnya.
Kebenaran metode perhatian dan pengawasan yang proporsional pada pendidikan anak tidak diragukan sebagai dasar atau fondasi yang kuat dalam membentuk anak didik yang sukses dalam mengemban semua tanggung jawab pribadinya termasuk tanggung jawabnya sebagai bagian dari keluarga, masyarakat, agama dan bangsa.

Kesempurnaan Islam dalam prinsip-prinsip pendidikannya termasuk perintah untuk memperhatikan dan mengawasi ini sudah secara jelas disampaikan dalam kitab Al Qur'an yang mulia sebagaimana termaktub dalam Firman Allah SWT pada terjemahan QS. At-Tahrim (66) : ayat 6 ;

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar lagi keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan".

Sangatlah tidak mungkin seorang pendidik atau orang tua mengharapkan keluarga dan anak-anaknya terhindar dari siksa neraka tanpa adanya upaya mengajak mereka untuk melaksanakan kebaikan dan mencegah keburukan dan tanpa adanya perhatian dan pengawasan akan keadaan mereka. Sebagaimana sahabat mulia Ali Bin Abi Thalib Ra berkata tentang Firman Allah, " jagalah diri kalian," yaitu didiklah dan ajarilah mereka. Begitu pula Umar Bin Khattab ra berkata, " kalian larang mereka dari apa yang Allah larang untuk kalian, kalian perintah mereka dengan apa yang Allah perintahkan kepada kalian. Maka itulah yang menjadi penjaga antara mereka dan api neraka."

Adanya perhatian dan pengawasan dari orang tua atau pendidik menjadikan anak-anak didik merasa terpantau setiap aktifitasnya baik perkataan maupun perbuatannya bahkan sampai pada orientasi dan kecenderungannya sikap dan pemikirannya. Selain itu juga perhatian dan pengawasan ini memberikan kesempatan pada orang tua atau pendidik untuk memberikan penguatan terhadap tindakan anak-anak didik baik itu berupa penguatan positif sebagai apresiasi terhadap kebaikan yang dilakukan ataupun penguatan negatif atas pelanggaran atau penyimpangan yang dilakukan anak anak didiknya.

5. Mendidik dengan Hukuman

Sekecil apapun bentuk kesalahan ataupun pelanggaran yang dilakukan oleh anak anak didik, tidak sepantasnya orang tua atau guru membiarkan mereka dalam kekeliruan dan kesalahan. Jika upaya menasehati tidak memberikan perubahan berarti, maka pemberian hukuman adalah langkah  selanjutnya yang harus tempuh dalam penyelesaian anak - anak bermasalah.

Pemberian hukuman ini sangat beragam modelnya dan tergantung dari bentuk dan tingkatan kesalahan yang dilakukan. Sebagaimana Allah SWT menyampaikan dalam kitab Al Qur'an yang mulia dan hadist Rasulullah SAW, bahwa tingkatan hukuman itu berbeda-beda baik itu dalam kasus pembunuhan, pencurian, seseorang yang murtad, pelaku perzinahan, hukuman bagi peminum khamar atau perbuatan dosa lainnya. Begitu pula yang harus diperhatikan oleh orang tua atau seorang pendidik dalam memberikan hukuman.
Perbedaan usia, pengetahuan dan tingkatan sosial juga berpengaruh terhadap upaya pemberian hukuman. Seorang anak didik terkadang bisa berubah perangai buruknya hanya dengan nasehat lemah lembut, ada juga yang harus diberikan teguran keras baru tersadar, ada yang berubah dengan pukulan tongkat yang tidak sampai menciderai secara fisik.
Satu hal penting yang perlu diperhatikan oleh orang tua atau pendidik dalam memberikan hukuman adalah bahwasanya hukuman itu diberikan untuk menyadarkan anak akan kesalahannya dan melakukan upaya perbaikan setelahnya, bukan untuk melampiaskan emosi kekesalan orang tua atau pendidik atau melampiaskan hawa nafsunya, tidak juga karena kebencian atau tujuan membalas dendam.

Sebagaimana rambu-rambu dalam beberapa terjemahan hadist di bawah ini bahwasanya hukuman itu harus dilakukan dengan sikap yang lemah lembut ;
Diriwayatkan oleh Al- Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad :
"Hendaklah engkau bersikap murah hati dan jauhilah kekerasan dan kekejian."
Diriwayatkan oleh Al-Ajurriy :
"'Berbuat ariflah kalian dan jangan bertindak keras."
Setelah berlemah lembut dalam memberikan hukuman, perkara penting lainnya adalah hendaknya orang tua atau pendidik memperhatikan karakter anak yang melakukan kesalahan dalam memberikan hukuman sebab tiap anak berbeda-beda respon dan tingkat kecerdasannya sebagaimana mereka memiliki perbedaan karakter antara satu sama lainnya.
Selain dua hal di atas, pemberian hukuman juga harus dilakukan secara bertahap dari yang ringan tingkatannya hingga yang keras. Ibaratkan seorang dokter yang menangani pasiennya, tidak semua jenis dan dosis obat boleh diberikan pada pasien karena cara pengobatan sangat tergantung dari diagnosa terhadap penyakitnya.
Pemberian hukuman tetap harus dalam koridor untuk mencegah dan menahan anak dari akhlak buruk dan sifat tercela.

Demikian langkah-langkah yang harus dilakukan oleh orang tua dan pendidik dalam menyemai Karakter Islami pada buah hatinya sehingga tumbuh subur dan berdaun rindang serta berbuah ranum. Terbentuk pribadi yang kokoh aqidahnya, bagus ibadahnya dan terpuji akhlaknya sebagaimana akhlak Rasulullah SAW sang tauladan sepanjang zaman.

Kebenaran itu semata-mata dari Allah, kekeliruan datangnya dari hamba yang fakir ilmu. Semoga tulisan singkat ini bermanfaat bagi pribadi dan juga orang lain.

Talabiu, Jum'at Sore, 26 April 2019


Tidak ada komentar:

Posting Komentar