Selasa, 02 Juni 2020

MENJADI SEORANG IBU (Kisah Inspiratif)


Penulis : SRI WIYANTI, S.Pd.

Guru SMPN 1 MONTA BIMA NTB

        Ada satu kenangan yang tak terlupakan tentang sosok ibu, meski tidak terlalu lama aku bersamanya namun kenangan itu terpatri indah dalam hati, menjadi sumber inspirasi bagiku untuk belajar menjadi ibu yang penuh cinta.
Sejak aku duduk di bangku Taman Kanak-kanak hingga kelas 3 Sekolah Dasar, ibu memiliki kebiasaan menyiapkan keperluan sekolahku, aku biasanya disuruh duduk di kursi kayu, mulailah ibu menyisir rambutku lalu mengepangnya dengan sangat rapi dan tidak lupa memasangkan pita, selanjutnya ibu memakaikan kaos kaki dan sepatu. Serasa seperti seorang putri aku diperlakukan, satu hal yang hingga saat ini sangat jarang bisa kulakukan pada anak-anakku, karena mereka kudidik dengan kemandirian, berbeda dengan cara ibu memanjakanku meski dalam kesedehanaan. Inilah satu kebiasaan ibu yang menjadi sumber inspirasi bagiku untuk bisa menjadi sosok ibu yang akan dikenang sepanjang masa oleh anak-anaknya, namun dengan cara berbeda, caraku...menjadi seorang ibu!
        Menyandang predikat sebagai ibu adalah sebuah kesempatan luar biasa, karena tidak semua perempuan diberikan kesempatan yang sama oleh Allah, karenanya aku berusaha semaksimal mungkin memaknai peran itu sebagai bentuk perjuanganku demi menjadi madrasah terbaik bagi anak-anak  ku, bagi generasi penerusku.
Menjadi wanita pekerja dengan enam orang anak yang masih kecil-kecil, tanpa didampingi orang tua, keluarga dan tanpa bantuan khadimat (pembantu rumahtangga) adalah satu tugas yang tidak mudah, namun semangatku untuk bisa memberikan yang terbaik bagi anak-anak ku menjadikan semuanya terasa mudah dan ringan, tentunya dengan bantuan dan kerjasama suami tercinta.
         Cerita ini adalah tentang bagaimana aku berusaha memberikan pengasuhan terbaik dan makanan terbaik bagi keenam anakku di masa-masa awal pertumbuhan mereka, yaitu ASI, sehingga dengan jalan itu aku berusaha mempersiapkan tumbuhnya generasi masa depan yang gemilang, in syaa Allah!. Mengapa masalah pengasuhan dan pemberian ASI eksklusif serta menyempurnakannya hingga dua tahun menjadi sesuatu yang kurasa istimewa? Karena di zaman yang serba canggih dan instan ini semakin jarang ditemukan ibu yang rela berlelah-lelah mengasuh dan menyusui anak-anaknya, mereka lebih senang menitipkan anaknya pada orang tua mereka yang sudah seharusnya istirahat  dari rutinitas tersebut, atau mempercayakan pengasuhan anaknya pada pembantu atau baby sister atau mempercayakan nutrisi anaknya pada susu formula. Ada saja alasannya, ASI kuranglah, tidak ingin terganggu waktu tidur, ingin menjaga keindahan tubuh dan masih banyak alasan lain sebagai pembenaran. Apalagi untuk perempuan yang bekerja di luar rumah lebih -lebih yang memiliki anak banyak sepertiku.
        Perjuangan ini kumulai ketika melahirkan anak pertama di tahun 2004, ketika itu aku bekerja sebagai guru honorer di sebuah SMA Muhammadiyah di Kota Singaraja Bali, hanya lima belas hari setelah melahirkan aku harus mulai kembali menjalankan tugasku. Untuk bisa tetap menyusui anakku aku terpaksa membawanya ke sekolah, terkadang aku harus menggendongnya sambil mengajar, Alhamdulillah Si Kecil tidak pernah rewel sehingga tidak menggangu kegiatan belajar. Ketika ujian sekolah tiba dan aku menjadi salah satu guru yang ditugaskan mengoreksi hasil ujian siswa, ada perasaan galau memikirkan bayi kecilku yang harus kutinggalkan di kamar kost ku, kasihan padanya karena berarti aku tidak bisa menyusuinya hampir seharian. Kemudahan dari Allah datang, Kepala Sekolah mengizinkanku membawa Si Kecil ke tempat koreksi ujian bahkan lengkap dengan perlengkapan tidurnya.             Ketika ada test CPNS di tahun itu, aku memilih untuk tidak mengikutinya karena lagi-lagi aku belum siap meninggalkan si kecil, sementara jarak Singaraja - Denpasar lumayan jauh jika mengandalkan menumpang kendaraan umum. Bagiku saat itu, bersama Si Kecil, menyusui dan merawatnya adalah hal terindah dari apapun jua, biarlah hidup dalam kesederhanaan dengan gaji pas-pasan asalkan anakku tidak kehilangan hari-hari indahnya dalam sentuhan tangan dan kasih seorang ibu. 
        Bahkan ketika usianya baru satu tahun aku sudah hamil lagi anak kedua. Kondisi itu membuatku sedih yang luar biasa, aku takut tidak bisa menggenapkan masa persusuannya hingga dua tahun, namun aku     tetap berusaha menepiskan rasa yang menggangu, demi menjaga kualitas ASI agar Si Kecil tetap bisa menyusui hingga dua tahun dan Alhamdulillah, kembali aku tak lupa bersyukur pada-Nya atas segala kemudahan itu. Aku telah berhasil mematahkan "mitos" dalam masyarakat yang mengatakan bahwa menyusui bayi dalam keadaan hamil akan membahayakan bayi, terbukti bayiku tetap sehat dan kandunganku juga sehat. Namun tentunya tetap dengan berkonsultasi pada dokter sebagai ahlinya. Kini putriku telah tumbuh menjadi anak yang sehat dan cerdas, Allah mengaruniakannya kemudahan dalam menghafal Al Qur'an, di usianya yang baru 13 tahun dia telah merampungkan hafalannya hingga 30 juz.
        Ketika putra ke dua lahir, aku telah kembali ke kampung halamanku di Bima NTB. Memulai tugas baru di sebuah desa, di Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima. Tinggal di desa yang kesulitan air dengan dua anak kecil, apalagi terkadang suami tidak bisa menemani karena tempat tugas yang berjauhan.
            Kembali dengan cerita perjuanganku menggenapkan masa persusuan bagi anak ku yang kedua, di sekolah baru inipun aku tetap membawanya ke sekolah, terkadang kutidurkan bayiku di musholla sekolah, ketika musim hujan tiba atau ketika harus lanjut mengajar siang hari terkadang kami harus beristirahat dan menikmati makan siang di musholla sekolah, bahkan pernah aku dan kedua anakku jatuh dari motor di jalan berlumpur selepas hujan, maklum jalanan desa belum diaspal jadi ketika hujan penuh lumpur dan becek, semua demi tetap bisa bersama kedua anakku. Aku tidak bisa menitipkannya pada orang lain selagi masa persusuannya, kini diapun tumbuh menjadi anak yang sehat, kulihat daya kreativitasnya tinggi, psikomotoriknya lebih terlihat menonjol, dia sangat pandai membuatkan mainan buat adik-adiknnya yang masih kecil. Meski kemampuan menghafalnya tidak secepat putri pertama namun dia tetap bercita-cita menjadi seorang hafidz. Anak ke tiga hingga keenam kulalui di tempat kerja yang baru lagi setelah dimutasi dari tempat kerja sebelumnya. Fenomena menggendong bayi menjadi satu rutinitas yang tetap menyenangkan bagiku meskipun kulakukan sambil bekerja. Semangat untuk tetap memberikan ASI eksklusif tetap menjadi pilihan yang tidak tergantikan.
        Memang untuk tetap memberikan ASI pada bayi bisa dilakukan dengan memerah ASI untuk disimpan dalam botol minum bayi namun aku tidak ingin melakukannya karena kurasa ada satu proses yang sangat berbeda. Ketika menyusui ada seni dan cinta yang tersemai karena aku bisa sambil membelainya, menunjukkan berbagai ekspresi, sambil bercanda dengannya, membacakannya ayat-ayat Al Qur'an atau bahkan sambil menyanyikannya lagu-lagu nasyid penggugah jiwa, satu sentuhan yang akan menjadi awal kedekatan hati sang ibu dan buah hati tentunya dan aku merasa telah membuktikannya. Anak-anakku kini tumbuh menjadi anak-anak yang sehat dan sangat peka terhadap sekecil apapun ekspresi ku sebagai ibunya. Misalkan ketika melihatku menangis, anakku yang baru berusia lima tahun akan bertanya, "Ummi, kenapa ummi menangis setiap menonton video Kaka?"  Atau putriku yang nomor empat, hampir setiap hari dia membelai rambutku agar aku bisa segera tertidur ketika istirahat siang, putra nomor dua bahkan sudah terbiasa membantuku memandikan dan menjaga adik-adiknnya jika libur sekolah. 
        Meskipun baru hal-hal  kecil yang dapat mereka lakukan namun bagiku mereka tetaplah anak-anak yang istimewa karena tak perlu menunggu esok, lusa atau sekian puluh tahun untuk menuai keindahannya. Ibarat seorang petani, tugasku sebagai seorang ibu adalah mempersiapkan benih terbaik, menyiapkan lahan yang baik, menyiangi dan merawat sepenuh hati, untuk tumbuh kembang mereka. Tentang hasil, biarlah Yang Maha Menentukan yang akan mengaturnya.

Ahad, 17 Desember 2017
Semoga menginspirasi!!! 💖💖💖

Tidak ada komentar:

Posting Komentar