Senin, 22 Juni 2020

Aku Harus Bisa!

Aku Harus Bisa!

Hari pertama hingga sepekan berlalu semuanya mengalir saja seperti air tanpa hambatan. Kesempatan mengedit sana-sini tulisan yang sudah ada pikirku. Kali. Ini dengan tema berbeda dari biasanya. Bukan tentang anak-anak. Yah sesuatu yang tidak biasa. Tapi Alhamdulillah terus mencoba mengasah diri agar bisa menuangkan ide yang ada di kepala.

Memasuki pekan ke dua, hambatan mulai menghadang. Harus belajar merangkai kata yang lebih santra. Tentu tak mudah bagiku yang biasanya bercerita apa adanya tentang hari-hariku di rumah bersama anak-anak. Apalagi merangkai sebuah kata yang sama sekali tak ada hubungannya dengan dunia yang ada dikepalaku.
Buntu, itu yang kurasa. Mencoba berkali-kali merangkai kata acak dengan menambah kata kerja tak biasa di belakangnya. Tak jua berhasil hingga semalam terus berpikir dan berlatih. Tapi tugas tak boleh diabaikan. Apapun tantangannya harus terus berusaha hingga tak ada lagi kata sulit tentangnya.

Dan, hasilnya seperti di bawah ini. Terasa horor. Hihihihi...

Kursi tua terlihat bergerak cepat ke arah pintu. Seakan menyambut tamu agung.
Lampu hias di ruang tengah meliuk-liuk  seperti sebuah tarian penyambutan. Kadang hidup kadang mati seakan tak ingin semua adegan terekam netraku. Tiba-tiba  terdengar suara sendok dan garpu beradu di atas meja makan diiringi cekikikan tanpa rupa. Asbak berputar semakin lama semakin cepat hingga menyeruak aroma dupa menyengat hidungku. Seperti sebuah pesta, tapi pesta apa? Aku terkesiap, jantungku berdetak cepat,  badanku gemetar dan tiba-tiba aku sudah ambruk ke lantai.

Kalau kulanjutkan paragraf ini nanti jadinya seperti apa yah?  Aku sendiri masih bertanya-tanya 😁

Talabiu Bima, 23 Juni 2020
πŸ“ Sri Wiyanti πŸ“

#Day19sore
#Terusberlatih
# SHSB

MUHASABAH PERJALANAN

 Muhasabah Perjalanan 

Pagi yang cerah, semburat mentari menghangatkan suasana. Berdua dengan kendaraan roda dua kami menyusuri jalan berkelok-kelok. 

Seakan diajak mengulang kisah lama. Di jalan ini dulunya biasa kulewati dengan bus umum. Ditemani bunda tercinta atau kadang Aku hanya sendirian dititip pada pak sopir. Masa kecil yang penuh ceriita dan dinamika. Entah sudah berapa tahun aku tak pernah melewatinya, jadi perjalanan ini sekaligus membangun romantisme masa lalu. 

Kali ini perjalananku bersama si dia pujaan hati pilihan Allah. Hanya berdua tanpa anak-anak belahan jiwa. Ada sesuatu yang tak biasa bagi hati seorang bunda yang biasa bersama. Tapi karena Sulungku dan Si Abang nomor dua ada di rumah lumayan merasa aman meninggalkan mereka. 

Perjalanan ini menjadi sebuah pembelajaran berharga karena betapa segala sesuatu itu mudah bagi Allah. Lebih sulit dari kita membalikkan telapak tangan. Mudah dibolak-balikkan. Sesuai titahNya. 

Pagi berangkat dengan penuh semangat dan harapan siapa sangka pulangnya dalam keadaan tergesa dan khawatir yang memuncak. Itulah hidup, tiada sesuatu yang kekal. Pagi tersenyum bisa jadi sore berderai air mata. Malam bertemu bisa jadi esok hari menjadi sebuah perpisahan abadi. Berharap semoga perjumpaan terakhir dalam keridho'anNya. 


Talabiu Bima,  23 Juni 2020 
πŸ“ Sri Wiyanti πŸ“

#Day19pagi
#Terusberlarih
#SHSB

Kamis, 18 Juni 2020

Faidahku Bertanya

Faidahku Bertanya

Selepas sholat subuh kulihat Kaka Zahra jalan menuju kamar mandi. Dari wajahnya aku menangkap ada sesuatu yang tak beres dengannya. 

"Kaka sakit? " Aku langsung menebak. 

"Hanya panas aja,  Mi! " jawabnya datar sambil lanjut ke kamar mandi. 

Setelahnya aku langsung mengikutinya ke kamar sambil membawa minyak herbal dan  segelas air. 

"Ayo Kak! obatnya diminum dulu" sambil ku sodorkan sebutir kapsul. 
"Jangan lupa baca Bismillah." kulihat Kaka manggut-manggut. 

Mulailah kubalurkan minyak di punggung dan perutnya sambil kubelai lembut. Lanjut kugosok daun telinganya, kupijat telapak kakinya hingga hangat. 

 "Makanya tuh Kaka.. sudah diingatkan sama Ummi, jangan suka jajan sembarangan, kan jadinya sakit begini. Ceramah singkatnya juga pastinya gak ketinggalan, hehehe.. seperti nunggu moment saja. 

"Astagfirullah...!" batas sadarku meronta,  ampunkan alpaku ya Allah, yang lupa mengingatkan Zahraku untuk bersabar atas sakitnya. Bahwa segala keadaan adalah baik bagi seorang hamba. Bahwa sakit bisa menjadi ladang pahala dan penggugur dosa bagi kami. Insyaa Allah belum terlambat." Segera kuingatkan Zahraku  untuk senantiasa berdo'a memohon kesembuhan dan diberikan kesabaran atas sakitnya. 

Faidah yang sedari tadi mendengarkan ikut nimbrung. 
"Ummi tuh sebenarnya mandangnya ke arah Edah atau Kaka Zahra sih?" mungkin dianya ngerasa keimbas dengan ceramahku. Kalau sudah begini biasanya akan ada pertanyaan lanjutan dari Faidah, benar saja dugaanku. 

"Mi, memangnya Allah bisa mendengar pembicaraan kita? 

"Bisa Kak.. " jawabku. 

"Biarpun kita ngomongnya pelan?"

"Iya,  Kak.. "

"Kalau ngomongnya dalam hati gimana,  Mi?"

"Iya, didengar juga sama Allah." 

"Kenapa bisa begitu?" nampaknya rasa ingin tahunya belum tuntas.

 " Karena Allah itu Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha Tahu, Kak. Makanya kita harus hati-hati berbuat sesuatu karena semuanya dalam pengawasan Allah.  Termasuk kalau kalian jajan sembarangan di luar, meski Ummi tidak melihat, Allah melihatnya, jadi gak boleh makan sembunyi-sembunyi apalagi sampai berbohong pada orang tua."

"Oh... berarti kita juga maha mendengar ya,  Mi!" 

"Bukan begitu Kak, kita ini hanya makhluk siptaan,  hamba dari Sang Pencipta sedangkan Allah adalah Sang Pencipta. Allah itu tidak sama dengan ciptaannya termasuk kita."

Diamnya setelah itu semoga saja menjadi pertanda bahwa Faidahku mengerti penjelasanku. 

Talabiu Bima, 30 Mei 2020 
πŸ“  Sri Wiyanti  πŸ“

#Day9pagi
#Terusberlatih
#SHSB

Silaturrahim Penuh Warna

Senin, 15 Juni 2020

Rumah Pertama

πŸ’ͺ🌺   Rumah Pertama  🌺πŸ’ͺ

Bagaimana rasanya ketika pertama kali memiliki rumah? Bahagia dan bersyukur tentunya. Begitupun perasaan kami ketika pertama kali bisa memiliki rumah.

Bangunan kayu ( kami di Bima menyebutnya Uma panggu) berukuran 4×6 meter itu menjadi sesuatu yang luar biasa bagi hati kami saat itu. Membangunnyapun di atas tanah pinjaman peninggalan almarhumah nenek.

Cara Allah memang tak terduga, dengan mengirim seorang saudara jauh suami  untuk membantu kami memiliki rumah itu. Dia meminjamkan kami uang 3 juta rupiah sekaligus juga saudara itu yang mencarikan kayu bahan bangunan rumah.

Sampai saya bertanya pada suami.
Bi...!  Gimana ceritanya kok kita bisa dikasi pinjaman duit? Terus bayarnya kapan dan cara pembayarannya gimana?

Beruntun pertanyaan itu ku ajukan bak penyidik yang sedang menghadapi kasus serius.

Janji ya Bi, gak ada penambahan pembayaran? Serius aku takut kejebak utang riba. Cercaan pertanyaan ku tak juga selesai.
"Tenang yah..  ,!  Akupun gak akan mau meminjam dengan jalan seperti itu", jawaban suami menenangkan hatiku.

Berkeiiling kebun kelapa dan mangga di desanya demi mencari bahan untuk membangun rumah kami, dia juga yang mengolah kayunya hingga jadi papan, kebetulan dia bisa menggunakan mesin sensor kayu.

Proses membangunnya dilanjutkan suami yang jadi tukang kayu dadakan. Alhamdulillah.

Di rumah pertama itu anak ke-3 dan ke-4 kami lahir.  Di rumah itu juga kami memulai mengajarkan mengaji anak-anak  tetangga. Menghidupkan taklim sekali sepekan secara bergilir dengan teman-teman.

Setiap musim hujan rumah kami selalu menjadi sasaran banjir. Kadang airnya naik hingga tangga ke empat. Syukurlah gak sampai atas.

Terkadang lumpur begitu tebal sehingga ketika berangkat mengajar kami berdua terpaksa  nenteng sepatu hingga ke jalan.
Oh... Indahnya perjuangan. 😊πŸ’ͺπŸ’ͺ

Melihat kehidupan kami, pandangan prihatin kadang tertangkap dari wajah sekeliling,  namun kami  merasakan hal berbeda. Menikmatinya tentulah hanya tentang sudut pandang, bersyukur ataukah mengkufuri?

Beberapa kali pernah terlontar pertanyaan dari lisanku.
"Gimana perasaan Abi tinggal di rumah mungil kita? Apa abi gak malu dengan orang lain? ".
Suami malah balik nanya, "terus perasaan kamu sendiri bagaimana? "
"Saya sih santai saja Bi, meski mungil ini kan rumah kita sendiri".
"Justru Abi yang saya khawatirkan, takut merasa gak pede tinggal di rumah tipe 3 S ini, (rumah sangat sangat sederhana)" 😁.

Rumah kecil berpenghuni enam anggota keluarga  tentunya bisa dibayangkan.  Empat orang anak-anak tidur berdesakan di satu dipan. Sesak?  Tentu saja!  Namun kami menikmatinya dengan hati lapang.

Saat-saat itu justru menjadi tarbiyah terindah bagi semua, anak-anak dan juga kami sebagai orang tua.

Menjadi moment tepat menanamkan kesederhanaan sebab prakteknya sudah terasa tanpa diminta.

Belajar menahan diri dari apa yang menjadi penyebab Allah murka. Bersabar hingga dikaruniakan apa yang ada di dalam dada. Dalam keadaan ia halal sehingga tertuai kebarokahan yang didamba.

Sampai akhirnya Allah memberi kami rezeki lain untuk bisa memiliki Rumah ke.-2.❤πŸ’ͺπŸ’ͺ

Kamis, 11 Juni 2020

Mengukur Kesuksesan

 πŸ’ͺ MENGUKUR KESUKSESAN πŸ’ͺ

Tiap orang punya standar kesuksesan berbeda-beda, untuk mengukurnya tidak boleh menggunakan standar kesuksesan orang lain. Mengukur kesuksesan harus dilihat dari mana dia memulai dan sudah sampai dimana,  diibaratkan seseorang yang berjalan.

Kesuksesan juga diukur dari seberapa besar tantangan yang dihadapi, seberapa gigih menjalani dan seberapa mampu melewati rintangan dalam perjalanan perjuangan. Serta sudahkah Istiqomah dengan melaziminya dalam keseharian.

Mari mulai mengukur capaian-capaian kita, adakah kita sudah jauh melampaui ataukah kita masih berdiri ditempat karena mengalami stagnasi?. Mencoba mengevaluasi mana capaian yang harus diperbesar kapasitasnya, mana yang perlu dirampingkan dan mana yang perlu dipangkas karena kenyataan tidak diperlukan.

Salam semangat awal Desember
8122019
By : Sri Wiyanti Ummu Khansa'

Seperti Membangun Istana Surga

πŸ’—πŸ’— Renungan siang πŸ’πŸ’

SEPERTI MEMBANGUN ISTANA SURGA

Ketika membangun istana kau akan mengerahkan segenap harta,  jiwa, dan raga sebab kau tak ingin ada cela. Memerlukan material dan bahan-bahan terbaik, memerlukan biaya yang tidak sedikit, pun memerlukan pekerja ahli nan penuh kreativitas, tangan- tangan terampil penuh dedikasi. Memerlukan manager tangguh yang tiada kenal peluh.

Membangun dakwah pun seperti membangun istana, membutuhkan jiwa-jiwa penuh semangat dan militansi yang tinggi. Karena kerja dakwah bukan aktifitas sambil lalu. Ia meminta banyak waktumu, ia membutuhkan tenaga dan pikiranmu, ia meminta bagian dari harta terbaikmu, bahkan ragamu jika perlu.
Karena membangun dakwah seperti membangun istana-istana surga.

By : Sri Wiyanti Ummu Khansa'

Rabu, 10 Juni 2020

Benih-Benih Kebaikan

✍✍  BENIH-BENIH KEBAIKAN ✍✍

Judul di atas kurasa bisa mewakili apa yang akan ku tulis.

Ini hanya sebuah cerita pangalaman yang sebenarnya sederhana namun tanpa kita sadari sesuatu yang kecil itu bisa memberi banyak kemudahan.Ini beberapa kisah ku tentang seorang "kusir benhur".

Kusir benhur A

Awalnya aku mengenal kusir benhur A ketika pindahan rumah dari Tente ke Talabiu tahun 2010. Saat itu aku kesulitan mencari benhur yg mau mengangkut barang-barang ku, maklum kalau cuma sendirian kusirnya gak mau, kasihan kudanya alasannya. 

Mungkin kasihan melihatku berdiri dipanas terik cabang tente dengan ciri khasku membawa bayi....(maklum dari awal menikah sampe sekarang selalu gendong bayi He...He...He...). 

Kusir yang satu ini akhirnya mau mengantarku. Sebagai tanda terimakasih kuberi bayaran lebih tanpa dia minta. Sejak saat itu, Setiap melihat ku di jalan kusir tersebut selalu menawarkan jasa untuk mengantarku pulang meski tanpa penumpang lain (maksud ku hanya aku dan anak2). 

Ketika suatu waktu, di hari Jum'at saat suami tidak sempat menjemput anak2 atau lebih pasnya lupa jemput padahal dah mendekati adzan, aku sudah sedikit panik, gimana nasib anak-anakku, sebab jam sekian sudah tidak ada orang di sekolahnya sementara mereka tidak punya uang buat ongkos pulang. Kalaupun ada mereka gak berani juga naik benhur tanpa ku.

Akhirnya kuputuskan tuk menjemput mereka, jalan kaki nyari benhur...Tapi jam segitu sudah sulit nyari benhur...Ada gak ya? 

Ketika ku bergegas keluar dari halaman rumah, tiba-tiba di ujung gang ku lihat ada benhur, dengan harap-harap cemas ku terus berdoa, semoga ada yang berbaik hati membantu anak-anakku. Subhanallah..... Alhamdulillah..... Allah mengabulkan do'aku. Siapa kusir yang berbaik hati itu? 

Ternyata dia adalah kusir A yang telah ku beri bayaran lebih tanpa dia minta... 6 tahun yang lalu! Anakku yang nomor tiga sampai bertanya: Ummi...Kenapa orang itu mau mengantar kami pulang padahal kami tidak punya uang? Dan kenapa dia tau alamat rumah kita?

Kusir Benhur B

Aku mengenalnya di pasar tente, sekali waktu aku pernah menumpang Benhur bapak ini, ketika itu penumpang penuh, maklum jam pulang ibu-ibu yang belanja, kuberi tau tujuanku ke Talabiu. Sesampainya di Talabiu kuminta bapak itu untuk mengantarku masuk gang sampai ke depan rumah.

Sebagai rasa terima kasih aku memberi bayaran 2 kali lipat. Berawal dari itu, Setiap ketemu di pasar dia akan segera menyongsong belanjaan ku, dan tanpa ku minta dia akan mengantarkan sampai depan rumah. Bahkan pada penumpang lain dia suka bilang begini...Aku gak takut ngantar ibu ini soalnya dia suka ngasi duit lebih. 

Pernah juga dua pekan yang lalu, aku lebih dulu menumpang benhur lain baru ketemu bapak itu, lebih kurang setengah jam aku duduk dibenhur menunggu penumpang lain.

Mungkin kasihan melihatku, bapak kusir benhur B sampai berucap pada temannya, eh...Kamu kok tega sekali nyuruh penumpang nunggu lama....Itu penumpang mu ibu guru...Ntar dia bisa terlambat sekolah ( segitunya padahal aku gak pernah memperkenalkan diri padanya). Dan yang kurasakan luar biasa...

Tadi pagi, baru keluar dari pasar aku ketemu bapak itu, aku minta maaf padanya karena hari itu aku tidak menumpang benhurnya karena ada suami yang menjemput. 

Subhanallah....Bapak itu tetap mengambil keranjang belanjaan ku dan membawanya sampai ke jalan. Rupanya dia gak tega melihat ku membawa keranjang berat di jalan yang penuh lumpur. Terimakasih ya pak!

Kusir benhur C

Bapak kusir Benhur yang satu ini tetangga kampung ku di Padolo, pertama kali aku mengenalnya ketika lewat seorang teman ku minta dia mengantar ku ke Kalampa, waktu itu giliran ku menyediakan menu berbuka buat suami yang sedang i'tiqaf. 

Karena dia menunggu lama ku beri bayaran lebih tentunya. Eh... lagi-lagi efeknya luar biasa...Sejak saat itu dia sangat akrab bahkan memanggil ku dengan sebutan "ana siwe".

Pernah ku minta mengantar kami sekeluarga ke Bandara ( wow...Ke Bandara naik benhur...Keren!!!). Sesampainya di sana kuminta dia pulang kerena tidak jelas jam berapa kami kembali. 

Meskipun ku minta dia untuk pulang , bapak itu tidak mau, dia tetap menunggu sampai kami pulang. Ketika ku tanya mengapa dia mau menunggu? Bapak itu menjawab, saya kasihan kalau ninggalin anak siwe sama anak-anaknya yang masih kecil, pasti pulangnya kesulitan mencari benhur. 

Maklum saat itu kami ke bandara mengantar suami dan anak pertama yang ke Solo. Sejak saat itu dan hingga sekarang bapak kusir benhur C siap mengantar jika ada keperluan meskipun tempat tujuan lumayan jauh.

Berapa sih kelebihan bayaran yang pernah saya berikan pada kusir-kusir benhur itu? Tidak seberapa....Dan bahkan mungkin tidak bernilai buat kita....Tapi bagi mereka itu sangat​ berarti dan mungkin hal kecil itulah yang telah mengikat kedekatan kami. 

Mereka menerima bayaran lebih tanpa mereka minta. Sebab terkadang ada penumpang benhur, sudah jauh-jauh diantar malah ongkosnya didiskon sehingga si kusir benhur terpaksa minta tambahan.

Memberi ....... bukan semata pada nilainya tapi...Niatnya
Memberi........Tidak harus menunggu banyak tapi apa yang kita punyai dan yang siap kita sisihkan buat orang lain.

By : Sri Wiyanti 
Talabiu Bima. 19 Maret 2017

PELAJARAN BERBOHONG



By : SRI WIYANTI S,Pd.

Setiap orang tua pasti mendambakan memiliki anak-anak yang berakhlak mulia, jauh dari sifat cercela, salah satunya adalah sifat pembohong. Namun dalam prakteknya kebiasaan berbohong pada anak justru tanpa disadari ,orang  tuanyalah yang telah berkontribusi atas munculnya sifat ini.

Dalam tulisan singkat ini saya ingin mencoba memaparkan beberapa penyebab yang dapat memicu anak-anak "belajar berbohong" : 

1. Kebiasaan orang tua yang tidak menepati janji.

Bukan rahasia lagi ketika menghadapi anak-anak yang merengek atau menangis meminta sesuatu yang diinginkannya sementara pertimbangan orang tua bahwa barang tersebut tidak terlalu dibutuhkan oleh si anak atau bahkan dia sudah memiliki barang yang sama. 

Biasanya  yang dilakukan para orang tua adalah berjanji akan membelikan yang lebih bagus atau lebih banyak dari yang diinginkan Si Anak pada waktu yang lain dengan tujuan Si Anak berhenti merengek atau menangis. 

Sesungguhnya kalimat itu hanya sebagai trik penolakan terhadap permintaan anak. Orang tua memang tidak bermaksud membelikannya. Mereka berpikir bahwa anak-anak akan melupakan setelah berlalunya waktu. 

Selintas memang anak-anak akan terdiam atau melupakan apa yangg dia minta namun dengan tidak menepati janji tersebut sesungguhnya orang tua sedang mengajarkan "pelajaran berbohong" pada anak.

2. Tidak memenuhi hak-hak anak.

Penyebab kedua ini masih ada kaitannya dengan penyebab pertama karena berhubungan pula dengan janji yang tidak ditepati, namun penekanan pada poin ke dua ini adalah terkait dengan kompetisi. 

Sebagai ilustrasi sederhana, jika kamu berhasil meraih juara satu pada perlombaan ini atau pada penerimaan raport semester ini misalnya, Ayah akan memberikanmu hadiah sebuah jam tangan yang bagus. Tapi setelah anak berhasil meraih juara orang tua tidak memberikan sebagaimana yang dijanjikan atau menukarnya dengan hadiah lain yang lebih murah dari yang dijanjikan. Percayalah sesungguhnya orang tua sedang mengajarkan "pelajaran berbohong" pada anak.

3. Lari dari tanggung jawab

Biasanya permasalahan ini muncul dalam keseharian kita berkaitan dengan interaksi kita dengan orang lain. 

Sebagai contoh, orang tua berjanji akan bertemu dengan seseorang pada waktu yang telah disepakati tapi ketika orang yang ingin menemuinya datang malah dia meminta anaknya untuk mengatakan pada tamunya tersebut bahwa dia tidak ada di rumah atau sedang bepergian. 

Peristiwa yang kerap terjadi dalam konteks ini adalah dalam perkara hutang piutang. Ketika dengan mudah kita berjanji akan membayar hutang, dan pada saat yang telah disepakati lalu kita menghindar dengan berdalih sedang tidak di rumah dengan perantara lisan anak kita. 

Dalam kasus ini orang tua akan terbebas dari tamu yang mencarinya, namun tidak pernah terbebas dari kewajibannya menunaikan janji. Praktik ini adalah satu bagian dari 'pelajaran berbohong' yang telah diberikan orang tua pada anaknya tanpa dia sadari.

4. Memuji anak secara berlebihan

Biasanya hal ini sering kita jumpai pada majelis atau pertemuan ibu-ibu, ketika bercerita tentang anak-anaknya rasanya kurang lengkap jika tidak saling mengungguli menceritakan kebaikan atau kehebatan anak masing-masing. 

Memuji anak boleh saja kita lakukan bahkan memuji juga dianjurkan sebagai bentuk apresiasi terhadap usaha positif anak, namun seringkali orang tua berlebih- lebihan dalam memuji anak sehingga terkadang ditambah-tambahkan di luar kenyataan sebenarnya dan hal itu dilakukan di depan anak.

Meski orang tua akan mendapatkan banjir pujian dari orang yang mendengar ceritanya, sadarlah sesungguhnya orang tua sedang mengajarkan "pelajaran berbohong" pada anak. Pada kesempatan lain anak akan melakukan hal yang sama demi mendapatkan pengakuan dari orang lain tentang eksistensi dirinya. Karena contoh atau keteladan dari orang tua adalah guru pertama bagi anak-anak. 

5. Terlalu berat ketika menghukum anak.

Seorang ibu bercerita tentang perilaku anaknya yang suka berbohong, padahal mereka merasa sebagai orang tua sangat menjaga diri dari kebiasaan berbohong ini, bagaimana hal ini bisa muncul pada anak?

Ternyata orang tua sering memberikan hukuman yang berat ketika anak melakukan kesalahan atau pelanggaran. Setiap melakukan kesalahan anak akan berbohong demi menghindari hukuman yang akan dia terima dari orang tua. 

Karena itu hendaklah orang tua memperhatikan model hukuman atau sanksi pada anak sesuai perkembangan usianya. Jangan sampai maksud kita mendnidik anak menjadi baik, justru membuat anak suka berbohong.

Semoga tulisan singkat ini bermanfaat bagi pribadi saya dan siapapun yang membacanya.


Tulisan lama dengan sedikit perubahan Talabiu Bima, 160422
Senin malam, 
29 Agustus 2017

Selasa, 09 Juni 2020

Tetap Semangat Menuntut Ilmu

πŸ’ͺ TETAP SEMANGAT MENUNTUT ILMU πŸ’ͺ

Hadiri majelis ilmu sudah lama bahkan bertahun-tahun atau berpuluh-puluh tahun, mungkin terbersit dalam pikiran kita, kok materi itu-itu saja yang di dengar, dari satu pemateri ke pemateri lain, dari satu ustadz/ ustadzah ke ustadz/ustadzah yang lain, sering kali materi yang sama tersaji meski dengan tema berbeda. Pernahkah terlintas rasa bosan atau jenuh? Lalu kita merasa malas dan bosan untuk menghadiri majelis ilmu karena sebab itu?

Atau kita merasa sering kali hadir di majelis ilmu namun ilmu serasa tiada bertambah?
Jika perasaan seperti ini muncul, cobalah untuk menelisik lebih jauh, mencoba membaca di sisi hati terdalam karena bisa jadi kita berada pada dua keadaan ini ;

1. Ilmu yang sudah kita dapatkan belum sempat kita amalkan atau sudah berusaha diamalkan namun belum maksimal. Sehingga dengan sering mendengarkan materi yang sama akan menyegarkan kembali ingatan, memacu semangat kita untuk mempraktekkan dalam kehidupan. Karena kemampuan tiap diri dalam mengamalkan ilmu itu berbeda-beda, ada yang sekali mendengar langsung dilaksanakan, ada juga yang setelah diulang-ulang baru tergerak hatinya untuk berbuat.

2. Bisa jadi ada anggota keluarga, sahabat, tetangga atau rekan kerja yang membutuhkannya. Sehingga dengan sering mendengar bisa menjadi sarana untuk bisa mendakwahkan atau mentransfernya pada orang lain yang membutuhkan.

Jadi tak ada sesuatu yang sia-sia dalam menuntut ilmu, semakin sering didengar akan semakin bagus, semakin melekat dalam hati. Menuntut ilmu jika benar-benar kita niatkan ikhlas karenaNya selalu akan kita temukan hal-hal baru. Tema boleh sama namun penjebaran bisa berbeda tergantung pengalaman pemateri dan kedalaman ilmunya.

By : Sri Wiyanti
Talabiu 8 April 2019

Surat Cinta Dari Pesantren

SURAT CINTA DARI PESANTREN

By : Sri Wiyanti 


Abi...Ummi ...
Tidak terasa waktu empat tahun itu hampir berlalu, satu episode perjuangan ini akan segera ku lewati. Terima kasih untuk semuanya, untuk keberanian Abi dan ummi melepaskan ku jauh ke pondok, padahal saat itu aku hanyalah seorang anak yang belum tau apa-apa, belum tau bagaimana mengiris makanan dengan pisau, belum tau bagiamana mencuci pakaian, bahkan sekedar menuangkan deterjen saja saat itu aku belum tau, juga kesabarannya memotivasi ku untuk bisa bertahan di pondok, ketulusannya mendo'akan ku sehingga Allah memudahkanku dalam menghafalkan lembar demi lembar kitab yang mulia ini.

Abi...Ummi...
Mungkin sebagian orang akan menganggapmu orang tua super tega. Orang tua yang tak punya rasa kasih karena melepasku untuk jarak yang jauh hanya demi belajar Al-Qu'ran. Padahal itu menjadi pengalaman pertamaku jauh dari Abi dan Ummi. 

Aku tau Ummi terkadang harus menahan tangis ketika ada yang bilang, kenapa  sih anak sekecil itu harus disuruh jauh-jauh mondok, apa gak ada tempat belajar yang bagus di sini? Toh orang lain juga yang sekolah di sini bisa sukses kok. Atau menahan tangis ketika rindu kami menyentak-nyentak hati.


Aku beruntung menjadi anak dari orang tua super tega seperti Abi dan ummi, berkat ketegaanmu aku sudah merasakan nikmatnya bercengkrama dengan Al Qur'an.

Abi... Ummi...
Do'akanku tetap Istiqomah dalam muroja'ah karena menjaga hafalan ternyata jauh lebih sulit dari sekedar menambah ayat demi ayat, lembar demi lembar hafalan ini. Jika saja Allah tak menjaga ku dari bermaksiat pada Nya niscaya hilanglah semua tanpa bekas. 

Sebab ayat-ayat ini hanya lekat pada hati yang senantiasa tunduk meski terkadang ujian itu kerap kali menggoda hati untuk berpaling. Karenanya jangan pernah lelah mendo'akanku dalam setiap sujud panjangmu.

Abi...Ummi ...
Setiap kali rasa jenuh dan lelah itu mengendorkan semangatku. Teringat kembali nasehat dalam suratmu, Nak, bersabarlah dalam menuntut ilmu karena sesungguhnya Imam Syafi'i pernah berpesan : 

"Barang siapa yang tak mau merasakan pahitnya menuntut ilmu sesaat, sepanjang hidupnya ia akan menjadi orang yang hina karena kebodohannya."

Kami rela menahan rindu dan menanggung semua kepedihan karena berpisah sesaat denganmu namun kami tak lebih mampu untuk melihatmu lalai dan jauh dari Al Qur'an.

Abi...Ummi...
Maafkan jika sesekali aku membuatmu kecewa, karena belum mampu memberi dunia yang membanggakan, tapi percayalah aku masih tetap memegang teguh cita-citaku yang kubacakan saat wisudah TPA sepuluh tahun lalu ; AKU INGIN MENJADI HAFIDZOH USTADZAH MUJAHIDAH. Menjadi perempuan kuat setegar shahabiyah mulia Al Khansa'. Seperti nama yang Abi dan Ummi sematkan padaku. 

Saat itu selangkah lagi akan tiba, ku ingin segera mampu mewujudkannya, semoga menjadi hadiah terindah bagi Abi dan Ummi di dunia lebih-lebih di akhirat kelak.


Merindu Dalam Do'a

πŸ’—Merindu dalam Do'aπŸ’—

Anak-anakku...
Rasanya baru kemarin ummi menggendong kalian sambil ummi nyanyikan nasyid, " tidur-tidurlah anakku tidurlah sayang, ummi senantiasa menjaga dan berdo'a, agar kelak kau dijadikan manusia pembebas durjana pelepas duka lara.... hingga kalian tertidur.
Rasanya baru kemarin kita tidur berdesak-desakan sambil ummi menuntun kalian membacakan do'a dan berdzikir sebelum tidur, membacakan surat-surat pendek hingga kalian tidur dalam tenang.
Rasanya belum lama juga, ketika setiap pagi ummi harus mengganti baju karena basah oleh pipis kalian di tempat tidur dan terpaksa pula mengganti seprei lebih sering dari biasanya.
Rasanya belum lama juga, kita berdesak-desakan di atas sepeda motor hanya untuk bisa bersama menikmati liburan, bahkan sering kali abimu harus rela bolak-balik demi menjemput kalian yang masih menunggu di rumah.
Memang seperti baru kemarin dan belum lama semuanya terjalin, ketika abimu harus menggendong kalian menuju masjid sementara di sebelahnya Kaka berjalan mengiringi Abi.
Masih lekat diingatan ummi, kalian berdua berlari berebut adzan di musholla samping rumah, atau ketika suara adzan kalian memecah hening subuh, memaksa mata untuk segera terbangun mengawali hari ....
Kini siang terasa sepi tanpa kalian, sepi dari tingkah kalian yang terkadang membuat ummi melotot...ah anakku maafkan semua itu πŸ˜₯πŸ˜₯πŸ˜₯
Tiada lagi Abang yg suka menghabiskan korek api di dapur, tiada lagi kalian yg meletakkan pakaian tidak pada tempatnya, tiada lagi teguran Abi karena alat-alat tukangnya sudah berantakan dan hilang. Ternyata semua itu kini membuat kami rindu.

Anak-anak ku...
Bersabarlah di tempatmu yang baru, InsyaaAllah di situ tempat terbaik bagi kalian, tempat dimana kalian belajar mencintai kami sebagai orang tua pada koridor yang Allah kehendaki. Bersabarlah dengan keadaan yang kalian temui karena keterbatasan atau ketidaknyamanan justru akan  mendidik kalian memiliki jiwa yg kuat.
Anak-anakku...mari kita sama-sama belajar untuk mengikhlaskan karena hanya itu kunci kesuksesan. Bersabarlah hingga kalian menjadi ahli Qur'an, hafidz/Hafidzah sejati.
Kami menyadari bahwa kalian hanyalah titipan, karenanya kami takut tak mampu mendidikmu di sini sesuai keinginan Sang Pemilikmu.
Jujur nak...kami rindu... namun biarlah kerinduan ini luruh dalam do'aπŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…

#Selamatmondoknak
#Mondokitukeren

By : Sri Wiyanti Ummu Khansa'
Talabiu Bima, 10 Juli 2018

Minggu, 07 Juni 2020

Puisi Sari Konde


PUISI SARI KONDE

Oleh : Sri Wiyanti

Puisi sari konde ternyata lebih tajam menusuk dari sebilah belati
Meletupkan emosi melukai hati sesiapapun yang mengaku muslim sejati
Namun iapun menjadi penyebab sadarnya yang alpa akan identitas diri
bahwa semakin Islam dibenci semakin pula ia di hati.
Meski kidungmu merdu tetap tak mampu mengalahkan kesyahduan adzan subuh di gelap pagi
Bagi hati nan rindu mengadu
pada Yang Maha Mengatur hari

Oleh : Sri Wiyanti
Bima, 4 April 2018

Nilai Perempuan

NILAI PEREMPUAN

By : Sri Wiyanti

Kondisi pertama ; Istrinya kok jelek amat ya padahal suaminya ganteng.
Kondisi ke dua ; istrinya cantik banget tapi sayang suaminya jelek, kayaknya gak pas deh.
Kondisi ke tiga; ini baru klop, suami istri serasi banget, istri cantik dan suaminya ganteng, pokoknya siip deh!
Kalimat-kalimat di atas sering kali kita dengar atau bahkan pernah kita ucapkan ketika melihat sepasang suami istri berlalu di depan kita.
Sekarang pertanyaannya :
Mengapa ada perempuan yang biasa-biasa saja secara fisik namun  menjadi pilihan lelaki tampan? Mengapa perempuan cantik mau menerima dinikahi laki-laki yang secara fisik tidak sepadan? Jika keduanya serasi emang pantas menjadi sejoli, katamu!
Jika kecantikan fisik semata menjadi alasan bagi seorang lelaki dalam memilih pendamping hidup tentu tak satupun perempuan berfisik kurang menarik akan menikah.
Jika kepandaiannya menjadi sebuah keharusan tentu hanya perempuan pintar yang akan menikah.
Jika kebangsawanannya menjadi alasan tentu hanya perempuan dari keluarga terpandang yang akan menikah
Jika hartanya menjadi alasan tentu hanya perempuan kaya yang akan menikah.
Lalu....?
Mengapa ada cerita perempuan cantik ditinggal suaminya hanya karena seorang perempuan biasa?
Mengapa ada cerita perempuan pintar ditinggal suaminya demi seorang perempuan lugu?
Mengapa ada cerita perempuan bangsawan ditinggal suaminya hanya demi memperjuangkan perempuan sederhana?
Mengapa ada cerita perempuan kaya ditinggal suaminya demi perempuan miskin tiada berharta?
Adakah fisikmu penentu nilaimu?
Adakah kecerdasanmu penentu nilaimu?
Adakah kebangsawananmu penentu nilaimu?
Ataukah hartamu penentu nilaimu?
Iya....namun ia tiada semata
Karena nilaimu sesungguhnya ada pada
KESHOLIHAHANMU!

Cinta Lagi Cinta Lagi

Cinta 

By : Sri Wiyanti 

Cinta....
Cinta lagi... cinta lagi....
Lagi lagi tentang cinta
Satu kata yang tak pernah habis waktu untuk mengurai makna
Tak habis waktu untuk mencerna rasa
Semua akan berhamburan tanpa rupa namun sarat aroma
Ah....cinta lagi cinta lagi
Satu kata teramat sederhana namun memberi cita rasa luar biasa

Bima, Senin 2 April 2018

Penantian Tak Berujung

Penantian Tak Berujung
By Sri Wiyanti 

Bahkan dia tidak pernah tau
Kenapa dia hadir di sini
Di suatu tempat yang teramat asing 
Menunggu dalam kesendirian tanpa satu kepastian
Adakah yang dinanti kan hadir menemani hari?
Tiada jelas...
Semua pekat.... gelap!
Namun dia tetap bertahan
Karena sepotong hatinya telah tertambat di sini.

Bima, 2 April 2018

Akhir Desember Adalah Rindu Kita

Akhir Desember Adalah Rindu Kita


Anak-anakku


Akhir Desember adalah saat yang kami tunggu-tunggu, gimana tidak, waktu itu saatnya kita melihat hasil dari perjuangan kita selama satu semester ini sayang. Perjuangan kalian menghafal lembar demi lembar kitab Al Qur'an nan suci, perjuangan kalian dalam menepis kerinduan demi tujuan tinggi, perjuangan kalian dalam menahan diri hidup dalam keterbatasan dan makan seadanya, sesekali harus berhadapan dengan kondisi yang tak nyaman demi cita-cita sejati menjadi hafidz hafidzoh. Kami sebagai orang tua juga berjuang  nak....berjuang membunuh rasa sepi dan rindu yang kadang menyelinap datang dan pergi...tak pernah ada kata lelah mempersiapkan segalanya demi kalian. Tak cukup waktu dan materi diberi namun do'a tulus terus teriring berharap mampu menembus pintu-pintu langit sehingga Allah ridho dengan usaha kita.


Anak-anakku

Akhir Desember ini juga masih sama seperti sebelumnya. Kamar sudah tertata rapi menunggu kepulanganmu. Sudah terpikir menyiapkan menu-menu kesukaanmu, lalu kumasak dengan penuh cinta. Lalu kita akan makan bersama dan adik-adikmu akan berucap : "Masakan Ummi selalu enak, maklum masakan penuh cinta.  Begitulah cara kalian mengekspresikan kecintaan pada kami dengan bahasa sederhana namun sarat makna bagi hati seorang Bunda. 

Anak-anakku


Akhir Desember inipun masih ku tunggu cerita-ceritamu, tentang hafalanmu yang tak mudah, tentang tugas belajarmu yang  kadang membuat lelah, tentang teman-teman mu yang penuh warna, atau cerita sesekali tertidur di kelas karena kantuk tak tertahan sebab semalam mengejar target muroja'ah. 


Anak-anakku 


Maafkan jika sesekali telpon untuk mu tak berdering, bukan karena kami tak ingat namun jadwal antri harus dipahami. Maafkan pula jika sesekali tak melihat kami diantara kerumunan wali santri saat menjemput kepulangan nanti
Maafkan jika akhir Desember ini tetap menjadi rindu...rindu kalian...rindu kami...rindu kita bersama...
Rindu yang kan kita balut dengan do'a hingga perjumpaan terindah.

Sri Wiyanti Ummu Khansa'
Talabiu, 16 Desember 2018

Laut Hari Ini

LAUT HARI INI

By :  Sri Wiyanti

Laut hari ini....

Debur ombak perlahan memecah pantai

Diingiri desau angin siang menerpa wajah kami

Begitu syahdu....

Seakan bercerita tentang bahagiaku

dalam kebersamaan yang indah

Bersama si dia selalu kuharap kata setia

Seperti pantai yang senantiasa merindu

ombak menepi

Talabiu Bima,  28 Januari 

Obral Romantisme

              OBRAL ROMANTISME

By : Sri Wiyanti 

Romantis .... kenapa enggak?
Apalagi dengan pasangan halal
Rasulullah SAW saja menjadi contoh terbaik kita dalam hal keromantisan 
Tapi....bukan romantis yang berlebih-lebihan, dengan status-status alay atau koment-koment lebay di media sosial. 

Karena keromantisan bukan untuk dipertontonkan namun untuk dirasakan dan dihayati bersama pasangan, cukup berdua saja....kasihan yang lain, mereka serasa menumpang di duniamu.

Sekedar bersenda gurau sesekali di media sosial tiada mengapa, namun tetap harus kau ingat bahwa banyak mata melihat dan memandangmu secara tidak langsung. Karena di media sosial itu banyak orang menjalin pertemanan denganmu. Ada perempuan berkeluarga, ada perempuan jomblo, ada pula laki-laki, yang engkau tidak tahu apa yang berkecamuk dipikiran mereka melihatmu mengobral keromantisan bersama pasangan halalmu.

Bisa jadi perempuan berkeluarga akan mulai membanding-bandingkan pasangannya dengan pasanganmu, lantas mulai menuntut pasangannya agar bisa seperti pasanganmu, mulai menilai pasangannya dengan standar keromantisanmu. 

Bukan mustahil jika tidak segera disadari hal itu akan menjadi sumber masalah bagi keluarganya.
Atau para perempuan jomblo akan mulai berangan-angan semoga kelak bisa mendapatkan pendamping seperti pasanganmu. Tidak menutup kemungkinan pula pikirannya akan menjelajah lebih jauh..... membayangkan jika pasanganmu adalah juga pendampingnya. 

Lalu salahkah menurutmu jika mereka memberanikan diri...atau bahkan menawarkan diri? Jika pikiran ini dibiarkan dia akan semakin liar, bisa saja akan  berujung pada kehancuran bahtera rumah tanggamu. 

Tidak sampai disitu permasalahannya, laki-laki yang melihat obralan romantis di depannya, akan membandingkan pula pasangannya dengan dirimu atau dia akan mulai membayangkan sesuatu tentang dirimu.... naudzubillah...!
Keromantisan tidak untuk diobral agar tetap sakral. 


Bima, 14 Maret 2018

Aku Juga Ibu Indonesia

πŸ‘‘πŸ‘‘πŸ‘‘AKU JUGA IBU INDONESIA πŸ‘‘πŸ‘‘πŸ‘‘

Oleh : Sri Wiyanti

Aku juga Ibu Indonesia
Sama sepertimu Bu....
Tapi aku merasa begitu terluka...
Atau lebih tepatnya aku kecewa
Membaca dan mendengar puisimu yang begitu berani membandingkan budaya dengan syari'at
Aku juga Ibu Indonesia ....
Sama sepertimu Bu....
Yang menjunjung tinggi nilai budaya Nusantara
Karenanya aku tak pernah menghina sari konde atau kidungmu
Karena ku tau cadar dan adzan terlalu indah untuk dibandingkan dengan budaya
Ia terlalu suci sebab titah Sang Illahi Robbi
Aku juga ibu Indonesia....
Sama sepertimu Bu...
Yang di lahirkan di Dana Mbojo
Dana Mbojo wilayah Nusantara juga Bu...
Jika engkau belum mengenalnya
Biarkan aku yang memperkenalkan
Dana Mbojo memiliki budaya mulia yang mengusung syari'at
Budaya rimpu yang mencirikan rasa keta'atan dan penghambaan
Budaya yang menggambarkan betapa perempuan Dana Mbojo begitu terjaga
Dalam balutan budaya di atas syari'at
Bahkan jauh sebelum Nusantara ini merdeka
Aku juga ibu Indonesia....
Sama sepertimu Bu....
Tapi aku juga muslimah yang harus taat pada Rabb Semesta

Bima, 3 April 2018

Karena Aku Guru

 πŸ‘‘πŸ‘‘  KARENA AKU GURU  πŸ‘‘πŸ‘‘

By ; Sri Wiyanti 

Karena Aku Guru...
Bersepatu rapi itu perlu
Berharap siswa-siswiku akan meniru
Setiap tutur kata dan perilakuku
Membaca buku tentu lebih perlu
Agar pembelajaran kaya dan bermutu
Selalu berusaha untuk maju
Siswa-siswi pun ikut terpacu

Karena Aku Guru... 
Selalu berpacu dengan waktu
Teringat siswa-siswiku yang sudah menunggu
Saat di kelas peduli selalu
Meluruskan siswa-siswi yang keliru
Handphone cukup kusimpan di saku
Ku ambil hanya jika perlu
Sekedar untuk mengontrol waktu
Peduli muridku tentu nomor satu
Mencetak generasi hebat cita-citaku

Karena Aku Guru...
Tugas adalah amanah karenanya
tak ingin Aku berkhianat
Jika sesekali datang terlambat
Meminta maaf tentu lebih selamat
Bila gajiku terlambat
Aku harus berpikir cermat
Agar dompetku tak sekarat
Tanpa perlu untuk mengumpat

Karena Aku Guru...
Tugas diberi untuk evaluasi
Penjelasan tentu sudah mengawali
Kelasku ramai tak pernah sepi
Dengan pelajaran asyik penuh gizi
Tak lupa sesi presentasi
siswaku belajar mengkomunikasi

Karena Aku Guru...
Tak pernah risau dengan kecilnya gaji
Atau tunjangan yang sering telat cair dari gaji sertifikasi
Sebab hak akan mengikuti
Setelah tugas dan tanggung jawab selesai

Karena Aku Guru...
Selalu berusaha untuk tetap digugu dan ditiru
Demi cintaku pada siswa-siswi ku
Mari berjuang bersama untuk maju!

Talabiu Bima, 26 November 2018

Mau Jadi Apa.. Aku Ini!

    ✍️ MAU JADI APA ... AKU INI ✍

By : Sri Wiyanti

Mau jadi apa... aku ini?
Baju sekolah tak pernah rapi
selalu lupa  make dasi
datang terlambat itu pasti
akhirnya tiap hari kena sanksi

Mau jadi apa... aku ini?
Sekolah hanya sekedar mengisi absensi
Tak tau apa yang dicari
Ilmu tiada diberkahi karena ke sekolah cuma nyari sensasi

Pelajaran tak satupun nyantol di hati
Tugas-tugas tak pernah ku urusi
Kerjaan ku hanya berkelahi
Meski karena perkara kecil tiada arti
Selalu alasanku cuma pingin uji nyali

Mau jadi apa... aku ini?
Tiap hari hanya nongkrong sana sini
Tak punya jati diri karena tergerus arus gombalisasi
Jadilah diri tiada berarti karena tak mampu bersaing di era globalisasi

Syukurnya aku tak sampai lupa diri
Semuanya segera ku insafi
Bahwa masa muda ini cuma sekali
Harusnya ku isi dengan sesuatu yang berarti
Kini saatnya aku berbenah diri
Menjadi siswa penuh prestasi
Untuk bekal kehidupan nanti

SMPN 1 MONTA
21 November 2019
Coretan hati seorang guru.

Sebuah renungan untuk anak- anak didikku:
di Peringatan Hari Guru Nasional ke 74.

Nyanyian Hujan

  

By : Sri Wiyanti

Hujan deras tiba-tiba mengguyur bumi. Ku hentikan laju mobilku dan memarkirnya di pinggir  jalan. Jarak beberapa meter terlihat seorang anak kecil penyewa payung sedang menjajakan payungnya. 

"Payung....payung... payung, Pak!" Suaranya seakan berpacu dengan hujan yang menderas. 

Berlalu beberapa menit sebuah mobil lain juga berhenti tidak jauh dari tempatku memarkir mobilku. Seorang lelaki dan anak berusia sekitar sembilan tahun turun dari mobilnya. Anak kecil penyewa payung sudah siap menyambut mereka. 

"Payungnya, Pak!" tawarnya sambil menyodorkan payung pada lelaki pemilik mobil. 

Ayah dan anaknya berjalan beriringan memakai payung yang sama. Sementara anak kecil penyewa payung mengikuti dari belakang. Keduanya nampak begitu akrab,  terbaca dari bahasa tubuhnya. Sang anak terlihat begitu bahagia. Mungkin ayahnya sedang ingin memberikannya hadiah dengan mengajaknya mampir di sebuah toko mainan. 

"Terima kasih payungnya ya nak," ucap Bapak itu terlihat menyerahkan selembar uang berwarna biru. "Sisanya untukmu,"  lanjutnya.

 "Terima kasih Pak!"  jawab anak kecil penyewa payung dengan terkesima melihat lembaran uang yang baginya sangat banyak untuk harga sewa sebuah payung. 

Beberapa menit berselang, terlihat wajahnya mulai menunduk sambil sesekali menatap punggung anak dan ayah baik hati tadi hingga memasuki toko.  Air matanya tiba-tiba menderas bersama hujan. 

Lirih dia berucap "Andai aku memiliki Ayah seperti Bapak tadi." 

Aku yang sedari awal memperhatikan mereka, ikut merekam adegan bahagia ayah dan anak tadi. Akhirnya aku memutuskan turun dari mobil. Menghampiri anak penyewa payung tanpa memedulikan pakaianku yang jadi sedikit basah.  

"Bapak mau menyewa payung?" tanyanya sambil menyeka air matanya, mungkin dia tidak ingin aku tahu kalau dia habis menangis. "Iya, jawabku." Diserahkannya payung itu padaku. Aku mengambil payung lalu berdiri bersama anak kecil itu. 

"Bapak mau kemana? Biar saya antar," ucapnya menawarkan jasa. 

"Saya hanya ingin di sini bersamamu menikmati hujan ini," jawabku. 

Mata kecilnya mulai terlihat berbinar, dari bibirnya tersungging senyuman. "Kamu tinggal di mana?" lanjutku membuka obrolan. 

"Saya biasa tidur di sekitar sini," jawabnya sambil menunjuk emperan toko. 

"Orang tuamu ke mana?" selidikku. 
 Tiba-tiba wajahnya tertunduk, air mukanya terlihat memerah. Tak lama bulir bening itu sudah membasahi pipinya. 

"Menurut cerita Ibu, Ayah pergi meninggalkan ibu ketika saya masih dalam kandungan. Ibu baru sebulan lalu meninggal setelah lama sakit-sakitan," urainya dengan suara bergetar menahan pilu. Mataku mulai berkaca-kaca, tak sanggup mendengar kelanjutan ceritanya. 

Kenangan dua puluh tahun silam seakan terpampang di depan mata. Aku berdiri di tengah hujan deras menawarkan payung-payungku. Aku yang begitu terpukul dengan kepergian Ibu yang tiba-tiba sementara ayahku tidak pernah kutahu rimbanya hingga hari ini. Gubuk kamipun digusur sehingga setiap malam aku harus tidur berpindah-pindah dari satu emperan toko ke emperan toko lainnya. 

Hingga suatu hari aku bertemu seorang Bapak baik hati penyewa payungku. Beliau mengajakku untuk tinggal di rumahnya, setelah mendengar cerita piluku. Katanya,  aku akan menjadi kado terindah bagi istrinya karena selama ini mereka belum dikaruniai momongan. Sedang hidup mereka berlimpah harta. 

"Nak, maukah kamu ikut bersama Bapak?" Bola matanya tiba-tiba membesar, senyum mengembang dari bibir kecilnya. 
"Benarkah?" tanyanya dengan nada tak percaya. "Iya benar," jawabku mencoba meyakinkannya. Bapak akan mengajakmu tinggal bersama Bapak di rumah. Di sana kau tidak akan kesepian lagi, banyak teman-teman seusiamu. Kau bisa belajar dan bermain bersama mereka. 

Derai hujan mengiringi langkah kami, dua hati yang sedang bernyanyi.

 Bima,  08 Mei 2020

Kran Rejeki

            KRAN REJEKI 

By : Sri Wiyanti

Rezeki memang luar biasa, jika kita ibaratkan kran air, menjemputnya sangatlah mudah, cukup dengan memutarnya sebagai bentuk ikhtiar kita. Tentunya dengan penuh keyakinan bahwa disitu akan mengalir bagian rezeki kita yang telah Allah tetapkan.

Jika kita memiliki satu kran rezeki maka tentunya dia akan keluar menderas di situ. Tapi jika kita membuka beberapa kran rejeki maka bersabarlah jika tidak sederas sebelumnya karena dia memiliki porsi tersendiri karena sudah terbagi-bagi Jangan katakan bahwa Allah telah mengurangi jatah rezeki kita sebab dia telah menyebarnya pada banyak tempat dengan porsi berbeda sehingga jikapun kita kumpulkan akan sama dengan sebelumnya sebab hakikat rezeki selalu sesuai dengan kebutuhan hidup.

Tanamkan keyakinan bahwa ketika satu kran rezeki tertutup tentu akan ada peluang dibukanya kran rezeki yang lain. Tanpa sedikitpun mengurangi jatah rezeki kita.

Lalu bagiamana jika kran rezeki kita tidak lancar?  yang keluar sedikit? Atau bahkan mampet sama sekali? Tentu yang harus kita lakukan adalah memeriksa krannya. Mungkin tersumbat sehingga rezeki tersendat-sendat, atau terjadi kebocoran pada pipa sehingga arus rezeki kita terhambat.

Sumbatan itu bisa berupa kurang kencangnya do'a-do'a kita atau terhalang sebab tidak diperkenankannya do'a karena dalam ikhtiar kita masih tercampur antara halal dan haram, ataukah praktek ribawi yang tanpa sadar sehingga menghilangkan keberkahan rezeki.

Coretan malam
Talabiu Bima19 Desember 2019
Salam semangat menjemput rezeki halal dan barokah.πŸ’ͺπŸ’ͺπŸ’ͺ

Jumat, 05 Juni 2020

Mondokin Anak itu Nikmat

MONDOKIN ANAK ITU NIKMAT

By Sri Wiyanti 

Bisa memasukkan anak ke pondok itu nikmat sebab betapa banyak orang tua yang menginginkan anaknya bisa mondok namun tidak siap untuk melepas buah hatinya untuk hidup jauh mandiri, mengerjakan semuanya sendiri, belum lagi membayangkan buah hati sewaktu-waktu sakit tak ada bunda yang membelai lembut di sisi. 

Padahal di pondok ananda tidak sendiri, jika sakit ada sahabat sejati setia menemani secara berganti, ada ustadz/ ustadzah yang selalu menasehati bahwa kesabaran dibalik ujian sakit ada pahala  menanti.

Bisa memasukkan anak ke pondok itu nikmat sebab betapa banyak orang tua yang menginginkan anaknya bisa mondok namun tak siap berderai air mata saat melepas ananda pergi.

Bukannya tak menyadari bahwa mereka pergi untuknya kembali dengan membawa bekal ilmu yang sangat berarti, namun kekhawatiran terlalu menghantui sehingga keputusan menuruti ego diri.

Bisa memasukkan anak ke pondok itu nikmat karena betapa banyak orang tua yang menginginkan anak-anaknya mondok namun tak siap mengambil keputusan tepat sebab ayah dan ibu tak sehati. 

Urusan duit bagi mereka tak berarti hanya terkendala pikiran ke depan nanti takutnya ananda kalah bersaing dengan temannya yang berpenampilan seksi lagi berdasi. Mereka lupa,  jika usahanya sedang menghijabi ananda dari kerasnya zaman ke depan ini yang siap menerkam dari segala lini.

Bisa memasukkan anak ke pondok memang nikmat, karenanya mari siapkan diri dengan penuh semangat. Agar tetap membersamai ananda hingga ke akhirat menuju surga Allah yang penuh nikmat.

#ayomondokmondokitukeren
Coretan pagi
Talabiu Bima
Selasa, 9 Oktober 2018

MUHASABAH

MUHASABAH
By: Sri Wiyanti

Wahai diri
Kemana engkau hendak lari? Ke pantai? Ke gunung atau tempat yang menurutmu lebih tinggi? Tersembunyi? Sehingga engkau bisa lepas dari kematian yang engkau takutkan padahal ia adalah pasti.
Wahai diri
Akan tiba saatnya dimana pujian manusia bagimu tiada berarti
Bahkan ia telah menjadi bagian kelalaian diri
Ataukah justru akan berbalik menghakimi?
Dihadapan pengadilan Illahi Robbi
Ketika itu retorika mu seperti basi, hilang arti, menghadirkan aroma bangkai,
namun masa mu telah usai tinggalkan sesal yang tak terperi.
Wahai diri
Sebelum engkau jauh berlari dalam rimba kesesatan yang mengelabui
ingatlah jalan untuk kembali menuju cahaya pertaubatan hakiki, bukan perjumpaan terakhir sedangkan perniagaan mu telah merugi.

Coretan sore
Talabiu
Rabu, 10 Dzulhijjah 1439 H/ 22 Agustus 2018

Sepenggal Episode Guru dan Siswa Zaman Now

✍  SEPENGGAL EPISODE GURU DAN SISWA ZAMAN NOW ✍

By : Sri Wiyanti Ummu Khansa'

Di sebuah kelas pada jam pelajaran pertama. Seorang guru memasuki ruangan kelas dengan ucapan salam.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh.... sebagian siswa menjawab salam sementara sebagiannya sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Seusai mengabsen kehadiran siswa sang guru  berdiri di depan kelas sambil mengajukan pertanyaan. Bagaimana kabar anak-anak pagi ini? Tanya sang guru ! Baik buuuuu....jawab siswa lumayan semangat, maklum pelajaran pertama. Kembali sang  guru mengajukan pertanyaan. Anak-anak! ibu masih punya dua pertanyaan, ibu minta dijawab dengan jujur ya! Iya buuuu... timpal anak-anak lagi. Sebelum berangkat sekolah siapa yang sempat pamitan pada orang tua dan mencium tangannya? Yang melakukan silakan mengacungkan jari, ujar sang guru. Terlihat beberapa anak dengan malu-malu mengacungkan jari...ya sekitar empat atau lima orang anak. Siswa lain mulai kasak-kusuk, sebagian membully teman-temannya yang mengacungkan jari. Huuuuuu.... bohong buuuuuu...mana pernah dia mencium tangan orang tuanya....timpal teman-temannya. Kalau dia sih sukanya main kartu Bu.... padahal anak perempuan lho! Celetuk salah seorang siswa laki-laki pada temannya. Huuuuuu... kembali suasana kelas hiruk pikuk dengan teriakan dan saling membully.
Sudah....sudah...sudah...sang guru berusaha menenangkan suasana kelas. Ayo... Siapa tadi yang menunaikan sholat subuh? Anak-anak terlihat saling pandang, namun tak satupun yang mengacungkan jari. Setelah memberikan nasehat singkat sang guru memulai pelajaran hari itu hingga bel pergantian jam berbunyi.
Di sebuah kelas dengan jenjang berbeda, sang guru kembali membuka pelajaran dengan pertanyaan yang sama dengan kelas sebelumnya. Kondisi kelas inipun tidak jauh berbeda dengan kelas sebelumnya. Hanya beberapa siswa yang terbiasa mencium tangan kedua orang tuanya sebelum berangkat sekolah. Sementara yang menunaikan sholat subuh hanya dua siswa. Mulailah sang guru memberikan nasehat pada siswanya... ketika suasana sedang serius tiba-tiba seorang siswa nyeletuk. Bu....kapan kita belajarnya? Lebih enak dikasi tugas latihan di LKS saja Bu, ....timpalnya! Dari tadi ibu ngomongnya sholat melulu....mending belajar bu....! Nampaknya bagi mereka konsep belajar hanya terbatas pada mengerjakan tugas-tugas latihan yang ada di buku ataupun LKS mereka....
Di sela-sela kemirisan hati melihat tingkah polah siswa-siswinya....sang guru bergumam lirih dalam hati....wahai ayah ibu... adakah kalian telah tiada sebelum kematian merenggut? Ya Allah... sungguh kasihan mereka... memiliki orang tua namun tiada yang peduli bahwa mereka tidak pernah sholat... mereka lupa mengajarkan adab-adab yang baik pada anak-anaknya.... haruskah zaman dijadikan kambing hitam? Sedang setiap masa memiliki tantangannya masing-masing? Semua tanya hanya mampu di simpan dalam dada.
Di sebuah kelas pada pelajaran terakhir. Seorang guru memasuki sebuah kelas dengan ucapan salamnya. Assalamu'alaikum.... beberapa siswa terdengar menjawab salam. Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh! Namun salah seorang siswa terlihat tidak peduli dengan kehadiran sang guru, dia begitu serius membaca sebuah buku.
Sambil berjalan menuju meja, sang guru penasaran sehingga sempat melirik buku yang dibaca siswa tersebut, oh... ternyata sebuah novel remaja. Suasana kelas perlahan-lahan mulai tertib karena pelajaran akan segera dimulai namun cerita dalam novel lebih indah dan menarik sehingga mengalahkan kehadiran sang guru di depan kelas.
Tidak ingin menyinggung perasaan siswanya, sang guru bertanya, bolehkah ibu meminjam bukunya sebentar?  Dengan malas-malasan buku itu diberikan. Ini Bu...! melihat dan membaca judul novelnya membuatnya semakin ingin tahu, rasa penasaran mengajaknya untuk segera membaca sembari mengawasi siswa yang sedang mengerjakan tugas....
Dari judul bukunya sebenarnya sudah bisa ditebak apa isinya namun kata hati sang guru berusaha menepis pikiran-pikiran buruk yang mulai mengganggu. Membaca dengan harapan bahwa judul tidak selalu mencerminkan isi. Bisa jadi hanya gaya bahasa penulis yang sengaja ingin memancing rasa ingin tahu. Membaca sinopsisnya saja tidak cukup menuntaskan rasa ingin tahunya, kembali dia membuka lembar demi lembar buku secara acak.
Tiba disebuah halaman buku, tertulis kalimat " Gilang hanya diam saja, membiarkan kekasihnya terus menatap wajahnya. Bahkan Gilang tetap diam, ketika tangan Suci dengan lembut membelai kedua pipinya. Di halaman yang lain dari buku itu tertulis, " kedua orang tua Suci, membiarkan putri mereka senantiasa bersama, dengan gilang. Bahkan jika suci ingin tidur bersama Gilangpun, mereka mengijinkan. Sebab mereka tahu, cinta Gilang pada Suci tulus dan suci. Hati sang guru mulai membuncah, ada sesak tiba-tiba menyeruak hadir setelah membaca beberapa lembar novel di tangannya.
Ayo Pacaran, judul buku yang menghasung pembacanya untuk melazimkan cinta jahiliyah, sebuah ajakan yang jelas, mengajak remaja berpacaran, mengajak pada perzinahan dan seks bebas. Ternyata inilah bagian dari sumber masalah anak-anak didiknya, mereka sudah terkontaminasi oleh bacaan-bacaan penuh racun mematikan, memang tidak membunuh fisiknya namun mematikan hatinya. Mata sang guru mulai berkaca-kaca menahan kegelisahan di dada, namun segera diusap air matanya, tak ingin siswanya mengetahui bahwa dia menangis.
Setelah siswa selesai mengumpulkan tugas,  buku novel tadi dikembalikan pada siswanya, ditahannya pula keinginan untuk memarahi siswanya, namun dalam hati dia bergumam bahwa dia harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan siswa-siswinya.
Sepulang sekolah, sesampainya di rumah, pikirannya masih diliputi tentang siswanya, tentang perilaku mereka, tentang akhlak mereka terhadap orang tua dan gurunya, tentang ketidaktahuan dan keengganannya menunaikan ibadah sholat. Tiba-tiba ada perasaan bersalah muncul dalam dirinya. Adakah aku telah menjadi bagian dari semua kealpaan mereka? Batinnya meronta!
Terbayang wajah putrinya yang saat itu sedang menempuh pendidikan di sebuah pondok pesantren, ya siswa-siswinya persis seusia putrinya, tentunya juga dia sedang berada pada masa-masa yang sama tapi mereka berbeda, putrinya dididik oleh ustadz dan ustadzah yang senantiasa mengajaknya untuk dekat pada Allah dan menjadikannya sebagai satu-satunya tujuan dalam menuntut ilmu.... ya Allah jagalah putriku dari keganasan zaman ini, jauhkanlah dia dari prilaku seperti apa yang ditemukan pada siswa-siswinya, bimbing pula aku ya Allah agar menjadi guru yang pantas digugu dan di tiru, do'a lirih sang guru.
Dia mulai membuka kembali lembaran-lembaran ingatannya tentang bagaimana dia mengajar akhir-akhir ini, ya..sebuah proses yang tidak lebih dari hanya sekedar pemenuhan persyaratan bahwa kelak siswa-siswinya harus mendapatkan nilai bagus pada raportnya. Ternyata dia telah lupa menyisipkan nilai-nilai yang tidak kalah penting dari sekedar nilai raport tinggi. Kesadaran itu akhirnya hadir, seharusnya pada materi Interpretasi Peta dengan Bentuk dan Pola Muka Bumi aku menyisipkan pesan bahwa ada bukti ke MahaanNya Allah dalam penciptaannya. Bahwa pada materi Interaksi Sosial dapat kutanamkan bahwa siapapun yang menjaga interaksinya dengan Allah, akan dijaga kualitas interaksinya dengan yang lain, begitupun pada materi-materi pelajaran yang lain, batin sang guru di tengah kesadarannya yang kembali hadir mengetuk nalurinya sebagai seorang pendidik.
Dengan semangat yang kembali membuncah, sang guru bertekad, zaman boleh berubah, zaman boleh keras menggilas namun aku tidak boleh kehilangan idealisme sebagai seorang pengajar dan pendidik generasi. Aku harus melakukan sesuatu untuk mereka, siswa-siswiku , sekecil apapun, sebab mereka adalah bagian dari kehidupanku yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah.

Bima,  Selasa, 6 Februari 2018

Menyemai Karakter Islami Pada Buah Hati (2)

❤❤❤Bagian ke dua (selesai)❤❤❤

❤MENYEMAI KARAKTER ISLAMI PADA BUAH HATI❤

By : Sri Wiyanti Ummu Khansa'

Setelah Menanamkan keteladanan yang baik, pembiasaan pada karakter positif dan nasehat bijak, maka dua hal mendasar berikutnya yang harus upayakan pada pendidikan anak adalah ;

4. Mendidik dengan Perhatian/ Pengawasan

Hampir di setiap kita menemukan anak-anak bermasalah selalu dilatarbelakangi oleh kurangnya perhatian dan pengawasan dari orang tua, guru atau orang dewasa lainnya. Bahasa kita sekarang anak-anak yang KUPER ( kurang perhatian namun kelebihan dalam pergaulan). Kurangnya perhatian dan pengawasan ini bisa disebabkan karena tidak memiliki orang tua disebabkan meninggal, orang tua sibuk dengan pekerjaan, orang tua bercerai atau kurangnya dasar keilmuan bagi orang tua dalam pendidikan anak.
Ketiadaan orang tua karena beberapa sebab di atas menjadikan anak kehilangan perhatian dan pengawasan. Perhatian dan pengawasan di sini meliputi fase perkembangan anak dalam pembentukan akidah, akhlak, mental dan sosialnya. Termasuk juga mengawasi perkembangan pendidikan fisik dan intelektualnya.
Kebenaran metode perhatian dan pengawasan yang proporsional pada pendidikan anak tidak diragukan sebagai dasar atau fondasi yang kuat dalam membentuk anak didik yang sukses dalam mengemban semua tanggung jawab pribadinya termasuk tanggung jawabnya sebagai bagian dari keluarga, masyarakat, agama dan bangsa.

Kesempurnaan Islam dalam prinsip-prinsip pendidikannya termasuk perintah untuk memperhatikan dan mengawasi ini sudah secara jelas disampaikan dalam kitab Al Qur'an yang mulia sebagaimana termaktub dalam Firman Allah SWT pada terjemahan QS. At-Tahrim (66) : ayat 6 ;

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar lagi keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan".

Sangatlah tidak mungkin seorang pendidik atau orang tua mengharapkan keluarga dan anak-anaknya terhindar dari siksa neraka tanpa adanya upaya mengajak mereka untuk melaksanakan kebaikan dan mencegah keburukan dan tanpa adanya perhatian dan pengawasan akan keadaan mereka. Sebagaimana sahabat mulia Ali Bin Abi Thalib Ra berkata tentang Firman Allah, " jagalah diri kalian," yaitu didiklah dan ajarilah mereka. Begitu pula Umar Bin Khattab ra berkata, " kalian larang mereka dari apa yang Allah larang untuk kalian, kalian perintah mereka dengan apa yang Allah perintahkan kepada kalian. Maka itulah yang menjadi penjaga antara mereka dan api neraka."

Adanya perhatian dan pengawasan dari orang tua atau pendidik menjadikan anak-anak didik merasa terpantau setiap aktifitasnya baik perkataan maupun perbuatannya bahkan sampai pada orientasi dan kecenderungannya sikap dan pemikirannya. Selain itu juga perhatian dan pengawasan ini memberikan kesempatan pada orang tua atau pendidik untuk memberikan penguatan terhadap tindakan anak-anak didik baik itu berupa penguatan positif sebagai apresiasi terhadap kebaikan yang dilakukan ataupun penguatan negatif atas pelanggaran atau penyimpangan yang dilakukan anak anak didiknya.

5. Mendidik dengan Hukuman

Sekecil apapun bentuk kesalahan ataupun pelanggaran yang dilakukan oleh anak anak didik, tidak sepantasnya orang tua atau guru membiarkan mereka dalam kekeliruan dan kesalahan. Jika upaya menasehati tidak memberikan perubahan berarti, maka pemberian hukuman adalah langkah  selanjutnya yang harus tempuh dalam penyelesaian anak - anak bermasalah.

Pemberian hukuman ini sangat beragam modelnya dan tergantung dari bentuk dan tingkatan kesalahan yang dilakukan. Sebagaimana Allah SWT menyampaikan dalam kitab Al Qur'an yang mulia dan hadist Rasulullah SAW, bahwa tingkatan hukuman itu berbeda-beda baik itu dalam kasus pembunuhan, pencurian, seseorang yang murtad, pelaku perzinahan, hukuman bagi peminum khamar atau perbuatan dosa lainnya. Begitu pula yang harus diperhatikan oleh orang tua atau seorang pendidik dalam memberikan hukuman.
Perbedaan usia, pengetahuan dan tingkatan sosial juga berpengaruh terhadap upaya pemberian hukuman. Seorang anak didik terkadang bisa berubah perangai buruknya hanya dengan nasehat lemah lembut, ada juga yang harus diberikan teguran keras baru tersadar, ada yang berubah dengan pukulan tongkat yang tidak sampai menciderai secara fisik.
Satu hal penting yang perlu diperhatikan oleh orang tua atau pendidik dalam memberikan hukuman adalah bahwasanya hukuman itu diberikan untuk menyadarkan anak akan kesalahannya dan melakukan upaya perbaikan setelahnya, bukan untuk melampiaskan emosi kekesalan orang tua atau pendidik atau melampiaskan hawa nafsunya, tidak juga karena kebencian atau tujuan membalas dendam.

Sebagaimana rambu-rambu dalam beberapa terjemahan hadist di bawah ini bahwasanya hukuman itu harus dilakukan dengan sikap yang lemah lembut ;
Diriwayatkan oleh Al- Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad :
"Hendaklah engkau bersikap murah hati dan jauhilah kekerasan dan kekejian."
Diriwayatkan oleh Al-Ajurriy :
"'Berbuat ariflah kalian dan jangan bertindak keras."
Setelah berlemah lembut dalam memberikan hukuman, perkara penting lainnya adalah hendaknya orang tua atau pendidik memperhatikan karakter anak yang melakukan kesalahan dalam memberikan hukuman sebab tiap anak berbeda-beda respon dan tingkat kecerdasannya sebagaimana mereka memiliki perbedaan karakter antara satu sama lainnya.
Selain dua hal di atas, pemberian hukuman juga harus dilakukan secara bertahap dari yang ringan tingkatannya hingga yang keras. Ibaratkan seorang dokter yang menangani pasiennya, tidak semua jenis dan dosis obat boleh diberikan pada pasien karena cara pengobatan sangat tergantung dari diagnosa terhadap penyakitnya.
Pemberian hukuman tetap harus dalam koridor untuk mencegah dan menahan anak dari akhlak buruk dan sifat tercela.

Demikian langkah-langkah yang harus dilakukan oleh orang tua dan pendidik dalam menyemai Karakter Islami pada buah hatinya sehingga tumbuh subur dan berdaun rindang serta berbuah ranum. Terbentuk pribadi yang kokoh aqidahnya, bagus ibadahnya dan terpuji akhlaknya sebagaimana akhlak Rasulullah SAW sang tauladan sepanjang zaman.

Kebenaran itu semata-mata dari Allah, kekeliruan datangnya dari hamba yang fakir ilmu. Semoga tulisan singkat ini bermanfaat bagi pribadi dan juga orang lain.

Talabiu, Jum'at Sore, 26 April 2019


Menyemai Karakter Islami Pada Buah Hati

Bagian pertama

πŸ’–πŸ’–MENYEMAI KARAKTER ISLAMI PADA BUAH HATIπŸ’–πŸ’–

By : Sri Wiyanti Ummu Khansa'

Mendidik anak, generasi, buah hati itu ibaratkan seorang petani yang menyemai tanaman, setelah proses memilih bibit unggul maka ada serangkaian proses selanjutnya yg harus dilakukan sehingga bibit tanaman yang disemai dapat tumbuh subur, terhindar dari gulma dan hama sehingga menghasilkan panen maksimal.
Begitupun dalam menyemai karakter islami pada anak dan buah hati kita.

Tantangan pendidikan bagi orang tua di zaman kekinian dan era kesejagatan ini sudah bukan rahasia lagi, menemukan anak-anak "bermasalah" menjadi sebuah keniscayaan, dari masalah kecil misalnya anak tidak disiplin, tidak rapi, malas belajar, suka membantah.... hingga masalah-masalah besar seperti kenakalan remaja( miras dan tramadol), tawuran/perkelahian antar sekolah yg sedang marak karena berebut pacar ,seks bebas ( yang diawali dengan proses pacaran), dan masih banyak lagi permasalahan lain yang tentunya sangat kompleks menjadi PR besar bagi kita sebagai orang tua. Lantas bagaimana Islam memberikan solusi terhadap pembetukan pendidikan Ilahiah ini sehingga bisa membantu kita dalam menangani dan menjadi bagian solusi dari permasahan keluarga dan lingkungan sosial kita.
Di antaranya ada 3 perkara mendasar sehingga karakter yang kita semai pada buah hati kita akan tumbuh subur, berdaun dan rindang sehingga bermanfaat bagi kita sebagai orang tua, masyarakat dan ummat.... Maka minimal ada lima perkara mendasar yg harus kita lakukan untuk tercapainya tujuan kita;

1. MENDIDIK DENGAN KETELADANAN

Keteladanan dalam pendidikan adalah cara yg paling efektif dan berhasil dalam mempersiapkan anak dari segi akhlak, membentuk mental dan sosialnya.
Agar anak terbiasa melakukan kebaikan, maka orang pertama yang harus melakukannya adalah kita sebagai orang tua.,... sebelum menyuruh anak holat, baca Alquran, bersedekah, qiyamullail, belajar, disiplin, amanah, tidak berbohong, semuanya harus ada contoh nyata dari orang tua. Tanpa keteladanan sangat sulit kita mengharapkan anak mau melakukan satu bentuk amal Sholeh.

Sebagaimana Allah mengutus Nabi Muhammad SAW untuk menjadi teladan sepanjang sejarah di setiap waktu dan tempat bak lampu yg menerangi kaum muslimin dan suluruh ummat manusia.
Sebagai mana bunyi terjemahan ayat 21 dari Surat Al Ahzab ; QS 33:21.
"Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharap Rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia.banyak menyebut nama Allah".

Itulah jawaban kenapa dakwah Rasulullah Saw mudah diterima dan tak satupun cela dari sikap, tingkah laku dalam keseharian maupun dakwahnya ditemukan ketidakbaikan hingga saat ini meskipun orang-orang kafir dan munafik berusaha mencari-cari kelemahan beliau.
Sebagai contoh ; orang tua melarang anaknya main HP tapi orang tua sendiri kerjaannya main HP, jika kita adalah orang tua yang bekerja dengan menggunakan HP atau laptop maka anak harus dirangkul disuruh melihat langsung apa yg kita lakukan dengan HP/laptop sambil memberikan pemahaman pada mereka....
Ada satu cerita ; putra saya  yg ke empat protes,  ummi kenapa sih ummi juga MAIN HP terus? Saya lihat dikit-dikit ngirim gambar-gambar, ngapain gambar orang itu terus yg dikirim ke FB, kirim foto saya saja mi, katanya.... mendengar itu saya tersenyum dan berusaha memberikan penjelasan ......... dan ternyata memang anak itu banyak meniru dari perilaku orang tua.
Jadi tidak salah jika ada pepatah mengatakan " BUAH ITU JATUH TAK JAUH DARI POHON" yang artinya Sifat dan perilaku anak tidak jauh dari orang tua.
Ancaman Allah sangat berat bagi orang-orang berbicara tentang sesuatu yang tidak dia kerjakan/ tiada keteladanan dalam dirinya sebagaimana Firman Allah SWT dalam QS As-Shaf (61) ayat 2-3 yg artinya;
Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak.kamu kerjakan. Amat besar kebencian di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.

Betapa banyak orang tua di zaman ini memerintahkan sesuatu pada anak yang tidak dilakukannya sendiri. Menginginkan anak rajin belajar dan berprestasi namun orang tua tidak pernah membiasakan diri membaca, menghadiri majelis ilmu atau kegiatan yang mendukung keilmuan lainnya. Meminta anak disiplin namun sering kali orang tua menunjukkan sikap sebaliknya. Mengharapkan anak menegakkan sholat dan mencintai Al Qur'an namun tidak pernah mengarahkan anak untuk melangkahkan kaki ke Masjid atau senantiasa berinteraksi dengan Al Qur'an.
Ini beberapa perkara yang menyebabkan apa yang diinginkan oleh orang tua tidak disambut baik oleh anak-anak sebab antara kata dan kenyataan tidak bersesuaian.

2. MENDIDIK DENGAN KEBIASAAN

Mendidik dengan kebiasaan di sini meliputi kebiasaan  pendiktean, pendisiplinan pribadi dan pembiasaan di lingkungan bermain  dan bergaul anak, kebiasaan yang baik ini baru akan bertahan dan membekas di memori anak harus  dengan menanamkan tauhid yang benar dan kuat ( mengenalkan Allah dengan sifat-sifat Agungnya), akhlak mulia, jiwa yang agung, dan etika syari'ah yang lurus.

Mengenai pentingnya faktor pendidikan Islam ini Nabi SAW telah menguatkannya dengan beberapa hadist diantaranya ; HR. At-Tirmidzi
"Tidak ada hadiah yang diberikan seorang ayah kepada anaknya yg lebih baik daripada pendidikan yang baik".
Jika sebagai orang tua kita mampu memberikan hadiah-hadiah mewah berupa materi kepada anak-anak kita seperti HP/gatget, pakaian, dan sejenisnya, maka dari sekarang mari kita sama-sama melirik hadiah-hadiah yang lebih kekal yang akan dibawa oleh anak-anak kita hingga bertemu RabbNya yakni berupa Pendidikan yang baik/ pendidikan Islami.
Setelah pondasi kuat dalam keluarga, kedua orang tuanya Sholeh,  senantiasa mengajarkan prinsip-prinsip iman dan Islam  yang kuat, maka hal  berikut yang harus diperhatikan adalah faktor lingkungan, karena lingkungan ini juga akan sangat menentukan corak watak pribadi anak, sebagaimana Rasulullah Saw mengingatkan dalam sebuah hadits riwayat At-Tirmidzi yg artinya ;
"Seseorang itu tergantung kepada agama temannya. Maka perhatikanlah oleh salah seorang dari kalian dengan siapa seseorang itu berteman"..

Ada satu kisah dalam sebuah hadits yang diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim:
"Dari ummat sebelum kalian ada seseorang yg telah membunuh 99 orang, kemudian ia bertanya tentang orang yang terpandai di muka bumi. Si pembunuh ditunjukkan pada seorang Rahib. Ia mendatangi sang Rahib dan berkata bahwa dirinya telah membunuh 99 orang, apakah ada kemungkinan bagi dirinya untuk bertaubat. Sang Rahib menjawab tidak, lalu dibunuh lah sang Rahib tersebut sehingga genaplah korban yg dibunuhnya menjadi 100 orang. Kemudian dia kembali bertanya tentang orang terpandai di muka bumi, lalu ditunjukkan padanya seorang ulama. Ia berkata pada ulama bahwa dirinya telah membunuh 100 orang, apakah ada kesempatan bagi dirinya untuk bertaubat? Ia menjawab, "Ya, siapakah yang bisa menghalangi seseorang untuk bertaubat? Pergilah ke suatu daerah karena di sana ada banyak orang yang beribadah kepada Allah. Beribadah kepada Allah bersama mereka dan jangan lagi kamu kembali ke negerimu karena itu adalah negeri yang buruk".
Sang pembunuh pun pergi sampai ketika ia tiba-tiba di tengah perjalanan mendapati ajalnya. Saat itu malaikat azab dan malaikat rahmat berselisih. Malaikat rahmat berkata, ia mati dalam keadaan bertobat pada Allah. Malaikat azab berkata, ia belum pernah melakukan kebaikan sedikitpun kemudian datang malaikat yg berwujud manusia untuk mendamaikan di antara ke duanya. Ia berkata, ' ukurlah oleh kalian di antara dua daerah mana yang paling dekat, maka itu menentukan nasib si pembunuh ini.
Akhirnya merekapun mengukurnya. Ternyata daerah yang paling dekat dengan si pembunuh itu adalah daerah yang sedang di tuju. Malaikat rahmatpun langsung  mengambilnya" (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Jika dalam pergaulan kita dilarang pilih-pilih teman karena sebab materi dan urusan dunia lainnya, maka dalam urusan Dien justru sebaliknya kita harus pandai-pandai memilih teman bergaul termasuk teman bergaul anak-anak kita. Karena berapa banyak anak-anak terjerumus pada keburukan disebabkan teman bergaulnya.
Contoh :  kasus, maraknya penggunaan tramadol, pacaran.seksbebas dll...... semuanya tidak lepas dari pengaruh teman bergaul

Ada satu cerita.... siswa di sebuah sekolah saat ujian hari pertama ada, ketika memasuki hari berikutnya siswa tersebut tidak datang, ditanyakan orang tua dan keluarga tidak ada yg tau kemana perginya, setelah teman-teman sekolahnya diinterogasi ternyata mereka tau ceritanya, bahkan mereka tau temannya pergi dengan siapa karena merekalah yang mengantarnya sementara orang tua dan keluarga malah kebingungan mencari.
Demikianlah besarnya pengaruh teman bermain atau bergaul bagi anak-anak kita karenanya sudah menjadi tugas orang tua untuk mengarahkan anak pada teman-teman yang baik.

Namun ketika kita menghadapi kondisi lingkungan yang buruk kita tidak boleh serta merta menyalahkan, namun bagaimana kita bisa menjadi bagian dari solusi permasalahan tersebut. Berusahalah menciptakan suasana kondusif bagi anak dan lingkungan bermainnya.

Contoh solusi yang bisa kita lakukan ;

1. Membuat kelompok belajar di rumah tentunya sesuai bidang dan kemampuan yg kita miliki, sehingga anak kita dan anak-anak tetangga bisa berada dalam suasana belajar, mereka bermain bersama dan juga belajar bersama di bawah pengawasan kita sebagai orang tua.

2. Membuat TPA/TPQ, taman pendidikan Al-Qur'an atau kegiatan belajar membaca Al Qur'an di rumah dengan mengajak anak-anak tetangga sekitar atau semisalnya.

3. MENDIDIK DENGAN NASEHAT

Entah sudah berapa kali dinasehati tidak mempan, lelah saya terus mengingatkan, entah apalagi kalimat semisal mungkin pernah kita ucapkan ketika berhadapan dengan anak bermasalah, jika seperti itu mari dari sekarang kita sama-sama belajar untuk merubah kalimat kita dengan untaian nasehat dan kata-kata bijak, sebagaimana digambarkan dalam terjemahan Al Qur'an Surat LUKMAN: ayat 13 , yang artinya :

Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi pelajaran padanya. " Hai anakku janganlah kamu menyekutukan Allah, sesungguhnya menyekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar".

Metode menasehati bisa dengan bercerita kisah-kisah mengandung pelajaran ( seperti kisah para sahabat/ sahabiyah)
dengan metode dialog yg memerlukan jawaban dari pertanyaan, menyampaikan nasehat dengan memberikan contoh nyata sehingga mudah dipahami:
Perumpamaan orang yang membaca Al Qur'an seperti buah utrujah, baunya harum dan rasanya enak, perumpamaan orang yang bersedekah itu ibaratnya sebiji bulir padi  dan tiap-tiap bulir....atau perumpamaan orang baik itu seperti pohon besar yang rindang dan berbuah lebat dll.
Perumpamaan mukmin itu seperti bangunan satu sama lain saling menguatkan, sambil Rasulullah menjalinkan jemarinya.
Contoh-contoh di atas adalah contoh metode pendidikan Islami yang bisa diterapkan pada anak-anak dan merupakan metode Ilahiah. Al Qur'an sudah sedemikian jelas memberikan gambaran.

Tulisan sebelumnya dengan sedikit penambahan.

Bersambung pada tulisan berikutnya.
Talabiu Bima

31 Maret 2019 

Kamis, 04 Juni 2020

Ujian Itu Pasti

πŸ’ πŸ’ πŸ’  UJIAN ITU PASTI πŸ’ πŸ’ πŸ’ 

Oleh : Sri Wiyanti

Semangat ketika muda akan diuji ketika memasuki usia tua, akankah ia digerogoti masa dalam resah?
Harapan orang yang sendiri akan diuji ketika bersama, akankah ia mampu merenda ukhuwah?
Komitmen berkeluarga akan diuji setelah menikah, akankah ia meraih sakinah mawaddah warohmah?
Cita-cita memiliki anak yang banyak akan diuji setelah memiliki satu anak, akankah ia justru berganti keluh kesah?
Istiqomah di jalan Allah akan diuji setelah hijrah, akankah ia berbalik jahiliyah?
Perjuangan di jalan dakwah akan diuji dengan berjuta masalah, akankah ia melemah?
Di setiap fase kehidupan kau pasti menemui ujian sebagai evaluasi dalam meniti tangga ketaatan sebab yang kau tuju adalah surga yang penuh kenikmatan.

 πŸ’ Talabiu Bima,  Jum'at 28 April 2018πŸ’ 

Bunga Dan Lebah

BUNGA DAN LEBAH

By :  Sri Wiyanti 

Bunga....
Hampir semua orang menyukai bunga, bunga mampu menghadirkan damai kala memandangnya, warna yang menawan menjadi daya tarik yang memukau siapapun yang melihatnya, aroma semerbak membuat siapapun ingin mendekat.
Lebah .....
Serangga pencinta bunga......, warna bunga yang memukau telah menjadi daya tarik bagi lebah untuk menghampiri, lalu hinggap dan mendapatkan sari bunganya. Sang lebah kemudian akan menghasilkan madu aneka warna yang sangat kaya manfaat bagi kehidupan....
Bunga dan lebah hanya sebuah simbol...
Ketika kau menjadi istri penuh pesona, menyambut sang suami dengan penuh ceria, melayaninya sepenuh hati dengan cinta.... bahkan kau mampu melebihi pesona bunga.....
Sang suami yang terpesona akan pengabdian sempurna seorang istri kan melebihi lebah....karena darinya kan lahir kekuatan dahsyat untuk menyelesaikan tugas-tugas penuh tantangan, menjadi seorang suami, ayah, sekaligus pengemban dakwah dan misi keummatan. 
Darinya kan lahir generasi Robbany yang tangguh sebagai penerus perjuangan yang tiada pernah putus....

Ahad, 1 Oktober 2017

Jangan Lelah Beristigfar

JANGAN LELAH BERISTIGHFAR

By : SRI WIYANTI

Ketika ada perasaan tidak senang melihat atau mendengar kesuksesan dan kebahagiaan saudaramu .....istigfarlah...karena sesungguhnya hatimu sedang diliputi perasaan iri.
Ketika ada perasaan senang melihat atau mendengar duka dan nestapa menimpa saudaramu..... istigfarlah....karena sesungguhnya hatimu sedang diliputi perasaan dengki.
Ketika rasa bangga menyeruak tatkala pujian dan sanjungan kau dapatkan... istigfarlah.... karena sesungguhnya hatimu sedang dihinggapi rasa sombong.
Ketika kau ingin semua orang tau kebaikan-kebaikan mu... istigfarlah....karena sesungguhnya hatimu sedang diterpa ujub dan riya'.
Istigfarlah.... istigfarlah....dan jangan lelah beristighfar.
Semoga dengan istigfarmu Allah mengangkat sifat iri, dengki, sombong, ujub dan riya' yang bersarang di hatimu
Semoga dengan istigfarmu Allah mengampuni dosa-dosa mu
Semoga dengan istigfarmu Allah mengabulkan do'a-do'a mu
Jadikan istighfar sebagai bagian hari-hari mu.

Kamis malam
5 Oktober 2017

Selasa, 02 Juni 2020

Gagal Move On dan Perselingkuhan part 2

,πŸ’”Gagal Move on dan PerselingkuhanπŸ’”

Bagian ke dua ( selesai )

Kasus gagal move on dengan mantan tidak hanya  terjadi pada pasangan baru menikah,  kerap terjadi juga pada pasangan yang sudah lama menikah, bahkan memiliki anak-anak yang sudah dewasa. 

Alasannya bisa beragam, bisa karena terpaksa menikah katanya, pasangannya tidak sesuai harapan, atau karena memang tidak pernah berupaya melupakan bahkan mungkin sebaliknya selalu membangun mimpi-mimpi lama yang tak berkesudahan. Sehingga tiada kebahagiaan dalam rumah tangganya. Bersama namun hati tiada menyatu sebabnya rasa telah berpindah ke lain hati.

Terbuai dengan janji-janji indah yang sebenarnya fatamorgana. Mereka lupa bahwa hidup ini nyata adanya bukan khayalan, dan hidup berlangsung sesuai skenario Yang Maha Mengatur yaitu Allah SWT.

Seandainya saja sang mantan adalah yang terbaik untuknya, tentu sudah Allah takdirkan bersanding dengannya, tentu Allah  akan menyatukan mereka dalam ikatan pernikahan. Namun kenyataannya tidak, karena Allah Maha Tahu, siapa yang lebih baik dan pantas untuk dia.

Bagaimana semuanya bisa terjadi tentunya tidak lain sebab minimnya rasa syukur dan banyaknya berangan - angan. Sibuk mencari cari celah untuk bisa kembali merenda cerita dengan sang mantan hingga lupa bagaimana menciptakan bahagia dengan pasangan halalnya. Jadilah jiwa-jiwa yang gelisah. 

Di depan mata tak mampu dinikmati dengan rasa syukur sementara hati berkelana jauh memikirkan sesuatu yang tak pasti bahkan hanya menipu. Demikian iblis menggelincirkan manusia pada kesesatan serta memalingkannya dari kebenaran.

Dengan mantan ingat banget kapan ultahnya terkadang ingin menjadi orang pertama yang mengucapkannya. Sementara dengan suami dan istri sendiri jangankan memberikan kado terindah dengan kata-kata mesra, sekedar mengingatpun belum tentu.

Dengan mantan bisa catthingan mesra dengan pasangan halal suasana kaku dan gersang ibarat musim kemarau. Kalau sudah seperti ini perlu waspada tingkat tertinggi. Harus ada upaya untuk mengakhiri. 

Di sini perlu tameng khusus terutama bagi perempuan, sebab alaram kepekaan perasaan antara laki-laki dan perempuan memang berbeda. Perempuan harus lebih cepat menguasai diri, mengendalikan letupan emosi syahwati.  Karena laki-laki dalam kondisi seperti itu bisa buta mata hati. Jangankan yang tak berilmu, yang pahampun bisa tak terkendali

Lalu bagaimana upaya pencegahan agar penyakit gagal move on tidak berlanjut menjadi selingkuhan? Sebab di era digital dengan berbagai kemudahan berkomunikasi ini virusnya demikian mudah hinggap dan menyebar. Yuuuuuk.. lakukan beberapa hal di bawah ini :

1. Sadar diri, pahami posisi, entah sebagai istri ataukah sebagai suami yang sudah memiliki tanggung jawab pada keluarga. Yakinkan bahwa pilihan Allah adalah yang terbaik dan dia adalah pendampingmu saat ini, bukan mantanmu.

2. Tidak membuka peluang untuk menghubungi atau berkomunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung terutama apabila secara pribadi kita menyadari bahwa kita masih memiliki perasaan suka atau harapan terhadap mantan. Tiada yang lebih memahami hati kita melainkan diri kita sendiri, jika ada kekhawatiran terjatuh pada hal-hal yang tidak diinginkan tentunya menghindari terlebih dahulu menjadi langkah bijak.
 
3. Berkomunikasi seperlunya dan sewajarnya saja serta tidak bermudah-mudahan berkomunikasi  atau chattingan secara pribadi dengan lawan jenis terutama yang berstatus mantan, sebab sehebat apapun kita menahan diri virusnya bisa saja menjangkiti.

4.  Menjaga adab-adab islami ketika bertemu teman-teman terutama yang berbeda jenis, menghindari berjabat tangan dengan teman laki-laki, tidak membuka peluang berdua-duaan.

5. Jika sudah terjadi komunikasi atau chattingan yang mengarah pada perselingkuhan maka segera akhiri, istighfar dan bertaubat. Segera blokir si mantan πŸ˜ŠπŸ‘πŸ‘

By :  Sri Wiyanti

Talabiu, Senin 5 Agustus 2019

Gagal Move On dan Perselingkuhan

Gagal Move On dan Perselingkuhan

By : Sri Wiyanti


Membaca judul ini tentu yang ada dibenak kita adalah cerita cinta anak remaja atau ABG atau anak-anak milenia yang lagi galau karena tak bisa melupakan kekasih atau pacarnya. Bisa juga ingatan kita tertuju pada remaja atau sekelas mahasiswa baru hijrah dan sudah terlanjur memiliki pacar dan dia ingin segera mengakhiri hubungannya sebab menurut pemahaman barunya, pacaran adalah satu praktek yang jauh dari nilai-nilai Islam.

Tapi saya sama sekali tidak sedang ingin membahas tentang mereka karena sudah menjadi keumuman dan sebuah trand masa kini. Menemui hal semacam ini adalah sesuatu yang kerap kita dapati di lingkungan sekitar kita.

Kali ini saya sedang ingin membahas sosok manusia dewasa bernama suami dan istri, ayah dan ibu yang ternyata juga bisa dihinggapi penyakit baru bernama " gagal move on".

Satu penyakit serius namun sering tidak disadari diawal munculnya sehingga setelah menjadi parah dan kronis baru terhenyak. Nasi sudah menjadi bubur kata peribahasa, apa hendak dikata pilihan harus ditentukan, keputusan harus diambil, diteruskan atau diakhiri.

Mempertahankan keutuhan keluarga ataukah membangun keluarga baru dan bahkan bisa jadi kedua-duanya harus dilepaskan dan semuanya harus hancur berserakan karena sebuah perselingkuhan.

Awalnya sederhana atau bahkan tak terduga. Ketemu secara tak sengaja di acara reunian, atau tetiba dapat nomor kontaknya dari seorang teman, bisa juga tersambung kan di akun facebooknya. Ada juga karena bertemu di suatu kota karena sebuah kunjungan kerja atau acara sejenisnya.

Mulailah pembicaraan demi pembicaraan, chattingan demi chattingan. Awalnya sekedar nanya kabar, nanya keluarga, anak-anak, selanjutnya mulailah syaithon memperindahnya dengan pembicaraan lain seperti memuji kecantikan atau kebaikannya, mengingatkan pada moment dahulu, yang pada akhirnya bisa menjadi pembuka sebuah hubungan baru yakni perselingkuhan alias cinta lama bersemi kembali. Na'udzubillah.

Pantaslah ada sebagian orang yang sangat antipati mendengar kata reunian. Sebab kenyataannya reunian dengan teman lama sering kali menjadi pemicu munculnya perselingkuhan ( meskipun ada juga yang memanfaatkan reunian untuk kegiatan positif seperti agenda dakwah, donasi kemanusiaan dan kegiatan bermanfaat lainnya) dengan teman berstatus mantan.

Siapa yang bisa bertahan tak melayang-layang manakala ada orang lain memujinya? Sangat jarang, apalagi perempuan dipuji, ah...kamu masih saja cantik seperti dulu. Kamu memang perempuan idola bahkan hingga usiamu sekarang. Atau misalnya seorang laki-laki mendapatkan pujian, mas...kamu masih saja seperti kita bersama dulu, gagah, perhatian dan berwibawa. Sayang aku tak bisa menjadi pendampingmu.

Kalimat kalimat indah pujian ini justru mungkin tidak pernah didengar dari pasangan halalnya. Jadilah hatinya berbunga-bunga, merasa tersanjung, mulai membanding-bandingkan pasangannya dengan sang mantan. Inilah awal terperosoknya ke dalam kubangan dosa.

Bersambung pada tulisan berikutnya

Talabiu,  Ahad, 4 Agustus 2019

MENJADI SEORANG IBU (Kisah Inspiratif)


Penulis : SRI WIYANTI, S.Pd.

Guru SMPN 1 MONTA BIMA NTB

        Ada satu kenangan yang tak terlupakan tentang sosok ibu, meski tidak terlalu lama aku bersamanya namun kenangan itu terpatri indah dalam hati, menjadi sumber inspirasi bagiku untuk belajar menjadi ibu yang penuh cinta.
Sejak aku duduk di bangku Taman Kanak-kanak hingga kelas 3 Sekolah Dasar, ibu memiliki kebiasaan menyiapkan keperluan sekolahku, aku biasanya disuruh duduk di kursi kayu, mulailah ibu menyisir rambutku lalu mengepangnya dengan sangat rapi dan tidak lupa memasangkan pita, selanjutnya ibu memakaikan kaos kaki dan sepatu. Serasa seperti seorang putri aku diperlakukan, satu hal yang hingga saat ini sangat jarang bisa kulakukan pada anak-anakku, karena mereka kudidik dengan kemandirian, berbeda dengan cara ibu memanjakanku meski dalam kesedehanaan. Inilah satu kebiasaan ibu yang menjadi sumber inspirasi bagiku untuk bisa menjadi sosok ibu yang akan dikenang sepanjang masa oleh anak-anaknya, namun dengan cara berbeda, caraku...menjadi seorang ibu!
        Menyandang predikat sebagai ibu adalah sebuah kesempatan luar biasa, karena tidak semua perempuan diberikan kesempatan yang sama oleh Allah, karenanya aku berusaha semaksimal mungkin memaknai peran itu sebagai bentuk perjuanganku demi menjadi madrasah terbaik bagi anak-anak  ku, bagi generasi penerusku.
Menjadi wanita pekerja dengan enam orang anak yang masih kecil-kecil, tanpa didampingi orang tua, keluarga dan tanpa bantuan khadimat (pembantu rumahtangga) adalah satu tugas yang tidak mudah, namun semangatku untuk bisa memberikan yang terbaik bagi anak-anak ku menjadikan semuanya terasa mudah dan ringan, tentunya dengan bantuan dan kerjasama suami tercinta.
         Cerita ini adalah tentang bagaimana aku berusaha memberikan pengasuhan terbaik dan makanan terbaik bagi keenam anakku di masa-masa awal pertumbuhan mereka, yaitu ASI, sehingga dengan jalan itu aku berusaha mempersiapkan tumbuhnya generasi masa depan yang gemilang, in syaa Allah!. Mengapa masalah pengasuhan dan pemberian ASI eksklusif serta menyempurnakannya hingga dua tahun menjadi sesuatu yang kurasa istimewa? Karena di zaman yang serba canggih dan instan ini semakin jarang ditemukan ibu yang rela berlelah-lelah mengasuh dan menyusui anak-anaknya, mereka lebih senang menitipkan anaknya pada orang tua mereka yang sudah seharusnya istirahat  dari rutinitas tersebut, atau mempercayakan pengasuhan anaknya pada pembantu atau baby sister atau mempercayakan nutrisi anaknya pada susu formula. Ada saja alasannya, ASI kuranglah, tidak ingin terganggu waktu tidur, ingin menjaga keindahan tubuh dan masih banyak alasan lain sebagai pembenaran. Apalagi untuk perempuan yang bekerja di luar rumah lebih -lebih yang memiliki anak banyak sepertiku.
        Perjuangan ini kumulai ketika melahirkan anak pertama di tahun 2004, ketika itu aku bekerja sebagai guru honorer di sebuah SMA Muhammadiyah di Kota Singaraja Bali, hanya lima belas hari setelah melahirkan aku harus mulai kembali menjalankan tugasku. Untuk bisa tetap menyusui anakku aku terpaksa membawanya ke sekolah, terkadang aku harus menggendongnya sambil mengajar, Alhamdulillah Si Kecil tidak pernah rewel sehingga tidak menggangu kegiatan belajar. Ketika ujian sekolah tiba dan aku menjadi salah satu guru yang ditugaskan mengoreksi hasil ujian siswa, ada perasaan galau memikirkan bayi kecilku yang harus kutinggalkan di kamar kost ku, kasihan padanya karena berarti aku tidak bisa menyusuinya hampir seharian. Kemudahan dari Allah datang, Kepala Sekolah mengizinkanku membawa Si Kecil ke tempat koreksi ujian bahkan lengkap dengan perlengkapan tidurnya.             Ketika ada test CPNS di tahun itu, aku memilih untuk tidak mengikutinya karena lagi-lagi aku belum siap meninggalkan si kecil, sementara jarak Singaraja - Denpasar lumayan jauh jika mengandalkan menumpang kendaraan umum. Bagiku saat itu, bersama Si Kecil, menyusui dan merawatnya adalah hal terindah dari apapun jua, biarlah hidup dalam kesederhanaan dengan gaji pas-pasan asalkan anakku tidak kehilangan hari-hari indahnya dalam sentuhan tangan dan kasih seorang ibu. 
        Bahkan ketika usianya baru satu tahun aku sudah hamil lagi anak kedua. Kondisi itu membuatku sedih yang luar biasa, aku takut tidak bisa menggenapkan masa persusuannya hingga dua tahun, namun aku     tetap berusaha menepiskan rasa yang menggangu, demi menjaga kualitas ASI agar Si Kecil tetap bisa menyusui hingga dua tahun dan Alhamdulillah, kembali aku tak lupa bersyukur pada-Nya atas segala kemudahan itu. Aku telah berhasil mematahkan "mitos" dalam masyarakat yang mengatakan bahwa menyusui bayi dalam keadaan hamil akan membahayakan bayi, terbukti bayiku tetap sehat dan kandunganku juga sehat. Namun tentunya tetap dengan berkonsultasi pada dokter sebagai ahlinya. Kini putriku telah tumbuh menjadi anak yang sehat dan cerdas, Allah mengaruniakannya kemudahan dalam menghafal Al Qur'an, di usianya yang baru 13 tahun dia telah merampungkan hafalannya hingga 30 juz.
        Ketika putra ke dua lahir, aku telah kembali ke kampung halamanku di Bima NTB. Memulai tugas baru di sebuah desa, di Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima. Tinggal di desa yang kesulitan air dengan dua anak kecil, apalagi terkadang suami tidak bisa menemani karena tempat tugas yang berjauhan.
            Kembali dengan cerita perjuanganku menggenapkan masa persusuan bagi anak ku yang kedua, di sekolah baru inipun aku tetap membawanya ke sekolah, terkadang kutidurkan bayiku di musholla sekolah, ketika musim hujan tiba atau ketika harus lanjut mengajar siang hari terkadang kami harus beristirahat dan menikmati makan siang di musholla sekolah, bahkan pernah aku dan kedua anakku jatuh dari motor di jalan berlumpur selepas hujan, maklum jalanan desa belum diaspal jadi ketika hujan penuh lumpur dan becek, semua demi tetap bisa bersama kedua anakku. Aku tidak bisa menitipkannya pada orang lain selagi masa persusuannya, kini diapun tumbuh menjadi anak yang sehat, kulihat daya kreativitasnya tinggi, psikomotoriknya lebih terlihat menonjol, dia sangat pandai membuatkan mainan buat adik-adiknnya yang masih kecil. Meski kemampuan menghafalnya tidak secepat putri pertama namun dia tetap bercita-cita menjadi seorang hafidz. Anak ke tiga hingga keenam kulalui di tempat kerja yang baru lagi setelah dimutasi dari tempat kerja sebelumnya. Fenomena menggendong bayi menjadi satu rutinitas yang tetap menyenangkan bagiku meskipun kulakukan sambil bekerja. Semangat untuk tetap memberikan ASI eksklusif tetap menjadi pilihan yang tidak tergantikan.
        Memang untuk tetap memberikan ASI pada bayi bisa dilakukan dengan memerah ASI untuk disimpan dalam botol minum bayi namun aku tidak ingin melakukannya karena kurasa ada satu proses yang sangat berbeda. Ketika menyusui ada seni dan cinta yang tersemai karena aku bisa sambil membelainya, menunjukkan berbagai ekspresi, sambil bercanda dengannya, membacakannya ayat-ayat Al Qur'an atau bahkan sambil menyanyikannya lagu-lagu nasyid penggugah jiwa, satu sentuhan yang akan menjadi awal kedekatan hati sang ibu dan buah hati tentunya dan aku merasa telah membuktikannya. Anak-anakku kini tumbuh menjadi anak-anak yang sehat dan sangat peka terhadap sekecil apapun ekspresi ku sebagai ibunya. Misalkan ketika melihatku menangis, anakku yang baru berusia lima tahun akan bertanya, "Ummi, kenapa ummi menangis setiap menonton video Kaka?"  Atau putriku yang nomor empat, hampir setiap hari dia membelai rambutku agar aku bisa segera tertidur ketika istirahat siang, putra nomor dua bahkan sudah terbiasa membantuku memandikan dan menjaga adik-adiknnya jika libur sekolah. 
        Meskipun baru hal-hal  kecil yang dapat mereka lakukan namun bagiku mereka tetaplah anak-anak yang istimewa karena tak perlu menunggu esok, lusa atau sekian puluh tahun untuk menuai keindahannya. Ibarat seorang petani, tugasku sebagai seorang ibu adalah mempersiapkan benih terbaik, menyiapkan lahan yang baik, menyiangi dan merawat sepenuh hati, untuk tumbuh kembang mereka. Tentang hasil, biarlah Yang Maha Menentukan yang akan mengaturnya.

Ahad, 17 Desember 2017
Semoga menginspirasi!!! πŸ’–πŸ’–πŸ’–