Izinkanku Menulis Indahnya Saja
By : Sri Wiyanti
"Mi, mana lagi bukunya yang bisa dibaca?" terlihat dia sibuk membolak-balik buku di tangannya sambil melempar tanya padaku. Sejak aku menulis anak-anak memang terlihat semakin antusias membaca. Setiap kali paket buku menghampiri serasa mendapat kado istimewa. Bukan hanya aku yang penasaran pingin segera menimang bukunya, tiga krucil akan berebut membuka paket dan membuka plastik segel salah satunya.
"Buat kita satu buku kan, Mi?" pertanyaan rutin yang diajukan. Aku hanya mengangguk mengiyakan. Dan kali ini Si Kaka nomor empat sudah kembali bertanya tentang buku baru.
"Emang Kaka sudah selesai baca buku sampul biru?" tanyaku memastikan sambil menyebut judul buku yang kami terima dua hari lalu. Terlihat dia mengangkat bahu seperti kurang berselera.
"Isinya tentang lahiran semua," celetuknya membuatku tersenyum.
"Iya, Kaka. Kan emang kisah tentang perjuangan ibu melahirkan buah hatinya. Biar Kaka tahu gimana beratnya perjuangan ibu saat menanti kelahiran anak-anaknya," terangku dengan misi memancing empatinya.
"Iya sih...tapi...," bibirnya terlihat sedikit manyun. Dari kalimatnya yang tak selesai kutangkap bukan temanya yang tak dia sukai, namun dibaliknya ada rasa mengganjal mengapa bukan dia tokoh dalam kisahnya.
Kulangsung saja mengajukan pertanyaan demi mengobati harapannya yang agak berat dia ungkapkan. Mungkin dia juga tak ingin dikatakan iri hati pada saudaranya sendiri jika kalimat itu dituntaskan.
"Kaka mau Ummi tuliskan kisah lahirannya?" tanyaku sambil memperhatikan mimiknya.
"Insya Allah tentang kalian semua akan Ummi abadikan dalam coretan pena," imbuhku. Terlihat senyum malu-malu menghias pipinya yang kuning. Ah..tak sulit bagi hati seorang ibu membaca ungkapan hatimu, Nak!
Seperti pesan cinta dalam buku bersampul biru. Kalian semua adalah permata hati Ummi yang berhak mendapatkan 💯% cinta tanpa dibagi-bagi. Kalian semua adalah pelangi cinta dengan warna berbeda namun memberi cita rasa bahagia yang sama. Maka izinkan Ummi mengungkap rasa syukur dengan hadirmu dalam kisah-kisah kebaikan.
Biarlah hanya kebaikan yang tertuang agar terekam indah dalam memori kalian. Agar bahagia senantiasa hadir setiap kali membuka filenya kembali. Mengingatnya menjadi perekat hati. Kelemahan cukup menjadi pelajaran tanpa harus kita abadikan.
Bima, 18 April 2021
Ramadhan hari ke-6
💙💙💙💙💙💙💙
Tidak ada komentar:
Posting Komentar