Minggu, 30 Mei 2021

Berjumpa dan Berpisah karena Allah

Berjumpa dan Berpisah Karena-Nya.

By; Sri Wiyantt

Tiga hari itu bagiku terasa lebih berat menahan rindu dari berpisah setahun. Menunggu perjalanan darat serasa waktu berjalan merambat. Lama...meski sebenarnya jarak tempuh tiada berubah. 

Perasaan hatiku lah yang membuatnya lama, ah...tepatnya terasa lebih lama. Karena memang pembandingnya dengan transportasi udara, yah...wajar saja.

Bukan sekali kuajukan keberatanku dengan rencana perjalanan yang memakan waktu berhari-hari itu. Pada akhirnya aku harus menahan diri dan mencoba memahami jalan pikiran ayahnya. Memperlakukan anak lelaki memang tak harus sama dengan anak perempuan. Pergi diantar, pulang dijemput.

Sebagai ayah tentu semuanya sudah dipertimbangkan baik buruknya. Ketimbang mengikuti inginku yang kadang didominasi perasaan dibanding logika. Naluri keibuanku terlalu peka pada kondisi seperti ini. Sudah seharusnya aku mengalah selagi untuk kebaikan bersama. 

Benar saja, apa yang menjadi kekhawatiranku  tidak terjadi. Keduanya tiba dengan kondisi sangat membahagiakan. Perjalanan mereka telah Allah mudahkan. Meski dengan selang waktu yang cukup menguras rindu. Kuusap lembut kepalanya, sebagai ungkapan syukurku akan perjumpaan kami, disertai gerimis di sudut netraku. Rasa ini telah sempurna kuhirup dalam dekapan damai bersama buah hatiku.

Hanya empat hari bersama, akhir.Ramadhan kembali harus berpisah jarak. Terus belajar untuk mengikhlaskan setiap perjumpaan dan juga perpisahan. Bukankah ini hanya sebentar? Bisik hatiku mencoba menguatkan. Bukankah ini bagian dari do'a-do'a yang kau langitkan? Menempa mereka dalam kebaikan dan inilah bagian dari perjalanan itu.

Di akhir Ramadhan ini, kembali kurangkai harap tulusku pada Rabb Semesta Alam. Memohon dikuatkan hatiku untuk tetap teguh meniti jalan keridhoan. Ridho pada setiap ketetapan meski kadang hawa nafsu ingin menyelisihi. 

Saling mendoakan saat dekat maupun jauh. Saling menguatkan di kala hati lemah ingin berpaling dari ketaatan pada-Nya. Sandarkan semuanya pada Allah agar tiada berat beban di pundak. Bersama kita bisa, selagi tujuan kita satu, yakni Jannah-Nya.

Bima, 7 Mei 2021
💙💙💙💙💙💙

Jazakillah khairan kathsira Bund Neni Nurfauziah untuk pictnya.💖🙏

Senin, 03 Mei 2021

Ketika Alam Tak Lagi Bersahabat

Ketika Alam Tak Lagi Bersahabat

By : Sri Wiyanti

Air bah menderas
Memporak-poranda
Mengganas menerjang menggila
Semua tersapu tanpa tersisa

Ternak-ternak mengerjap
timbul tenggelam di antara deru air
bercampur lumpur gunung yang ikut tergerus.
Rumah-rumah tergenang bahkan nyaris tertelan hingga atap
Manusia berlarian mencari jalan selamat

Lalu....aku berteriak lantang
Menyalahkan hujan yang tak jua mau berhenti
Sedang ia hanya melaksanakan titah Rabbnya
Menebar manfaat menumbuhkan keberkahan
Lalu...aku menyalahkan gunung
mengapa tak lagi mampu menahan hujan

Aku jadi mendadak lupa
Jika tangan kotorku lah yang telah mencabik-cabiknya dengan serakah
nafsu angkara murkaku yang telah meluluh-lantakkan tanpa rasa
Membabatnya hingga tiada tersisa
Daratan tak lagi mampu membendung hasrat duniaku
Isi lautan tak lagi cukup memenuhi rasa inginku yang haus dan tamak

Sedang perutku hanya butuh sepiring nasi, segelas air
kusadari semua itu, namun...
jiwaku yang kotor tak lagi mampu memilah antara keinginan dan kebutuhan
Nuraniku telah tercerabut hingga akarnya

Jadi pantaslah
Banjir bandang yang datang
Tak lagi membedakan mana kawan dan lawan. Tak lagi bertanya siapa salah dan benar.

Bima, 5 April 2021

Tarbiyah Menuju Taqwa

Tarbiyah Menuju Taqwa

By; Sri Wiyanti

Untuk hasil lebih baik butuh latihan intensif, mengatur ritme tarikan dengan embusan nafas yang harus selaras. Fokus membidik target dengan sedikit kesabaran menahan tarikan untuk kemudian dilepaskan. Tangan bagian depan tetap harus kokoh hingga lesatan mencapai target. Mata pun harus tetap fokus tak boleh sedikit pun mengerling apalagi berpaling. Memang tak mudah.

Sedemikian pun kerasnya ikhtiar belum tentu harapan sesuai impian. Bisa jadi masih melenceng ke sana-kemari. Mengenai target namun belum pada level maksimal. Di sinilah letak kesabaran diuji, segera mengakhiri atau terus mengulang latihan hingga menemukan forrmulasi terbaik dari potensi yang dimiliki.

Begitu juga Allah menjadikan Ramadhan yang mulia sebagai bulan tarbiyah bagi hamba-Nya yang beriman. Untuk terus melatih diri dalam membiasakan nilai-nilai kebaikan dan amal sholeh. Untuk belajar menahan amarah saat puncaknya ingin meledak. Menekan emosi ketika ingin meluap. Menahan lisan dari kata-kata dusta, menggantinya dengan nasehat bermanfaat. Melatih diri dari berlepas terhadap sesuatu amalan sia-sia. Bukankah yang didamba predikat taqwa?

Bukan sekali Allah beri kesempatan, bahkan sudah berpuluh-puluh Ramadhan terlewatkan. Agar kita terus melatih kesabaran, sampai pada puncak penghambaan, ketika kita mampu mengikhlaskan semua amalan. Itulah sebenar-benarnya tujuan.

Tiada sesuatu yang instan apalagi dengan harapan ganjaran pahala yang besar. Butuh perjuangan keras untuk melunakkan hati agar mudah melazimi kebaikan. Apakah kita menyiapkkan amalan biasa untuk hadiah istimewa? Tentu saja tidak. Di bulan mulia ini pula kita di seleksi untuk ujian tahap kehidupan kita setelahnya. Semoga Istiqomah hingga diujung masa. Hanya dengan kasih-Nya yang akan membimbing kita hingga tahap diridhoi.

Saatnya Kembali Pulang

SAATNYA KEMBALI PULANG

By : Sri Wiyanti


Tak biasanya sepagi ini ada pesan masuk di WA group sekolah. Apalagi ujian sudah berakhir sejak kemarin. Dalam hati bertanya siapa mengirim pesan sepagi ini? Terdorong rasa ingin tahu akhirnya kubuka juga. Ternyata berisi berita duka  Suami salah seorang teman telah kembali menghadap Rabbnya di subuh hari tadi. Innalilahi wainnailaihi rooji'uun. Semoga menjadi.akhir yang baik.

Kepergian yang tiada pernah disangka bahkan mungkin oleh sang istri tercinta. Karena terkadang tanpa aba-aba, semua tiba-tiba. Begitulah rahasia kematian menghampiri tiap diri.

Masih lekat diingatanku pesan masuk di messenger tiga hari lalu menanyakan stok koko lebaran buat suami tercinta. Aku berjanji akan mengabarkannya jika pesanan sudah tiba. Dan sejak sore kemarin sudah beberapa kali kupilihkan model dan warna sesuai seleranya namun qodarullah hingga semalam selalu mendapat jawaban bahwa stok barang habis. Rencananya akan kulanjutkan hari ini meminta informasi stok barang ready. Namun pagi ini kabar duka lebih awal kuterima. Skenario tiada terduga dari Sang Pencipta.

Kisah kembali yang begitu sederhana, hanya muntah-muntah sebentar dan akhirnya tiba masa untuk pulang keharibaan-Nya.

Pagiku menjadi terhenyak, semudah itu Allah mengambil ketika usia titipan telah sampai batasnya. Tiada seorang pun mampu mengelak darinya. Entah dalam keadaan.siap ataukah lalai. Apakah dalam keadaan ridho atau pun tidak.

Menjadi momentum muhasabah bagi diri bahwa saatnya pulang caranya tak sama, jalannya berbeda-beda. Ada yang terbaring lama dengan ujian sakit baru akhirnya dijemput. Ada yang kepergiannya biasa-biasa saja. Namun ada pula yang dijemput tiba-tiba secara paksa. Na'udzubillahi mindzalik.

Kutanya pada hatiku, apakah kau sudah siap jika kau pun dijemput saat sekarang? Bekal apa yang akan kau bawa menghadap Rabbmu? adakah hari-harimu dalam keta'atan ataukah penuh kubangan lumpur kemaksiatan? Aku hanya tergugu dalam diam. Kusadari aku belum memiliki apa-apa sebagai investasi akhiratku.

Karenanya, di bulan penuh rahmat dan ampunan ini, diri terus melangitkan pinta dalam do'a sembari tetap memaksimalkan ikhtiar. Berharap ketika tiba masanya untuk pulang ada bekal cukup untuk perjalanan panjang menuju akhirat. Saatnya dipanggil pulang berharap dalam keta'atan sehingga berakhir seperti dambaan banyak orang, yakni, husnul khatimah (sebuah akhir yang baik). Insya Allah.

Bima, Sabtu 24 April 2021
 Ramadhan hari ke-12.

💙💙💙💙💪💪💪

Ada Rindu Dalam Doaku

Ada Rindu Dalam Doaku.

Dua rasa ini berpadu tanpa mampu kutepis. Bahagia juga rindu yang menderu. Menghadirkan sendu luruh menganak sungai di pipi yang mulai menua. Bertemu dengan bulan penuh magfirah menempa diri dalam tangga-tangga ketaatan adalah nikmat tak terkira. Kesempatan yang tidak mungkin terulang. Ada bahagia membuncah menikmati hari demi harinya berlalu.

Namun juga diri tak mampu menepis rindu yang kerap mengganggu. Ia datang dan pergi begitu saja. Seperti desau angin sore, terasa lembut namun menusuk ke sisi hati terdalam. Rindu pada dua anak lelaki yang hanya mampu kuucap dalam doa.

Saat mendengar suaranya dari gawai di sesekali jadwal menelpon, diri harus menahan rasa agar tak tumpah ruah menambah gelisah raga yang ingin segera bersua. 

Bersabarlah, hanya itu kata pamungkas pengobat rindu. Tiba masanya nanti rindu itu akan tunai berlabuh. Saling mendoakan tatkala jauh. Berharap perjumpaan nanti menjadi bait-bait kisah penuh makna dalam catatan perjalanan hidup kita. Menjadi pemberat amal kebaikan agar tiada sesal saat perjumpaan dengan-Nya kelak.

Ikhlaskan hati dalam menimba ilmu Dien, pesan yang tiada pernah lelah terucap. Sebab hanya itu kunci sukses yang hakiki. Bukan dunia yang kita tuju sebab kita sudah di sini. Namun akhirat lah yang kita perjuangkan agar berkah dan tiada sia-sia.

Sri Wiyanti
Bima, 17 April 2021
Ramadhan hari ke 5

izinkanku Menulis Indahnya Saja

Izinkanku Menulis Indahnya Saja

By : Sri Wiyanti

"Mi, mana lagi bukunya yang bisa dibaca?" terlihat dia sibuk membolak-balik buku di tangannya sambil melempar tanya padaku. Sejak aku menulis anak-anak memang terlihat semakin antusias membaca. Setiap kali paket buku menghampiri serasa mendapat kado istimewa. Bukan hanya aku yang penasaran pingin segera menimang bukunya, tiga krucil akan berebut membuka paket dan membuka plastik segel salah satunya.

"Buat kita satu buku kan, Mi?" pertanyaan rutin yang diajukan. Aku hanya mengangguk mengiyakan. Dan kali ini Si Kaka nomor empat sudah kembali bertanya tentang buku baru.

"Emang Kaka sudah selesai baca buku sampul biru?" tanyaku memastikan sambil menyebut judul buku yang kami terima dua hari lalu. Terlihat dia mengangkat bahu seperti kurang berselera.

"Isinya tentang lahiran semua," celetuknya membuatku tersenyum.

"Iya, Kaka. Kan emang kisah tentang perjuangan ibu melahirkan buah hatinya. Biar Kaka tahu gimana beratnya perjuangan ibu saat menanti kelahiran anak-anaknya," terangku dengan misi memancing empatinya.

"Iya sih...tapi...," bibirnya terlihat sedikit manyun. Dari kalimatnya yang tak selesai kutangkap bukan temanya yang tak dia sukai, namun dibaliknya ada rasa mengganjal mengapa bukan dia tokoh dalam kisahnya.

Kulangsung saja mengajukan pertanyaan demi mengobati harapannya yang agak berat dia ungkapkan. Mungkin dia juga tak ingin dikatakan iri hati pada saudaranya sendiri jika kalimat itu dituntaskan.

"Kaka mau Ummi tuliskan kisah lahirannya?"  tanyaku sambil memperhatikan mimiknya.
"Insya Allah tentang kalian semua akan Ummi abadikan dalam coretan pena," imbuhku. Terlihat senyum malu-malu menghias pipinya yang kuning. Ah..tak sulit bagi hati seorang ibu membaca ungkapan hatimu, Nak!

Seperti pesan cinta dalam buku bersampul biru. Kalian semua adalah permata hati Ummi yang berhak mendapatkan 💯% cinta tanpa dibagi-bagi. Kalian semua adalah pelangi cinta dengan warna berbeda namun memberi cita rasa bahagia yang sama. Maka izinkan Ummi mengungkap rasa syukur dengan hadirmu dalam kisah-kisah kebaikan.

Biarlah hanya kebaikan yang tertuang agar  terekam indah dalam memori kalian. Agar bahagia senantiasa hadir setiap kali membuka filenya kembali. Mengingatnya menjadi perekat hati. Kelemahan cukup menjadi pelajaran tanpa harus kita abadikan.

Bima, 18 April 2021
Ramadhan hari ke-6
💙💙💙💙💙💙💙

Olah Fisik dan Tarbiyah Hati

Olah Fisik dan Tarbiyah Hati

Gemuruh riuhnya tepuk sorai tak terdengar di sini. Gegap gempitanya telah  berganti takbir dan tahmid. Hati pun harus selaras merasa rendah  mengharap Allah mudahkan. Sedetik hati berpaling, melesatlah ia tanpa arah. Sungguh tak bisa direka-reka apalagi dibuat sandiwara.
Embusan nafas yang tak seirama dengan hati bahkan mampu memalingkannya meski mata sudah membidik dengan seksama.

Saat itu sulit menyembunyikan perasaan karena tremor dasar hati pun akan terdeteksi jelas dalam lesatan dari tiap bidikan. Bagiku ini bukan sekedar olahraga fisik tapi juga tarbiyah bagi hati. Belajar menyeleksi mana kotoran hati, mana ambisi dan mana tujuan suci.

Membedakannya memang tidak mudah tapi bukan berarti tak bisa. Hanya butuh berjuang lebih keras sembari tetap menautkan asa pada Yang Maha Menggenggam Hati. Agar niat tiada berbelok arah dan diteguhkan dalam keistiqomahan. Terus melatih kemampuan demi mengasah kepekaan

Memanah itu menyehatkan dan membahagiakan. Mari semangat untuk terus  belajar.

Bima,  30 Januari 2021 

Arti Kehadiranmu

    ARTI KEHADIRANMU

Hadirmu telah memberi banyak warna, menghias relung hati mengisi hari-hari dengan kesyukuran tanpa batas.
Hadirmu mengajarkan kami arti perjuangan menerima amanah pengasuhan, belajar mencintai sepenuh jiwa, mendidik dengan tulus meski zaman semakin keras menggerus.

Hadirmu menjadi tarbiyah untuk terus berbenah, mencari celah alpa untuk ditambal sulam dengan istigfar dalam pintalan do'a melangit harap diteguhkan.
Hadirmu menggenapkan bahagia kami menjadi terasa begitu sempurna.

Rasa itulah yang akan menjelma pada setiap orang tua ketika dikaruniakan buah hati. Rasa yang selalu hadir melilit tak mau pergi meski coba dan ujian mendera. Rasa yang menjadikan indah pada pandangan mata, menentramkan jiwa meski lelah sering kali menyelinap datang mencoba menggerogoti.

Cintalah yang kembali menyatukan semuanya. Cinta yang bersumber dari Pemilik Cinta Sejati, Dialah Allah Sang Maha Rahman dan Rahim.

💖💖💖💖💖💖
By : Sri Wiyanti
Bima, 5 Maret 2021

Buku ini berisi kisah-kisah para bunda tentang buah hati penyejuk mata pengobat jiwa. Membacanya pasti mengharu biru.

Mari dipinang di nomor WA 085338884878 atau hubungi kami di messenger .

Bianglala

Bianglala

By Sri Wiyanti

Bianglala
Menghias sore
Melukis warna-warni cinta
Pertanda Agung Pemilik Semesta

Menatapmu
Luruhkan angkuh
Hadirmu senantiasa bertasbih
Sedang aku kerap lalai

Mejikuhibiniu
Spektrum warnamu
Semua suka memandangmu
Sembari memuji Sang Pelukismu

Puisi Patidusa
Bima, 9 Maret 2021