Sabtu, 23 April 2022

Gagal Move On dan Perselingkuhan




By : Sri Wiyanti


Membaca judul ini tentu yang ada dalam benak kita adalah cerita cinta anak remaja atau ABG (anak baru gede) atau anak-anak milenia yang lagi galau karena tak bisa melupakan kekasih atau pacarnya. Bisa juga ingatan kita tertuju pada remaja atau sekelas mahasiswa baru hijrah dan sudah terlanjur memiliki pacar dan dia ingin segera mengakhiri hubungannya sebab menurut pemahaman barunya, pacaran adalah satu praktek yang jauh dari nilai-nilai Islam.

Tapi saya sama sekali tidak sedang ingin membahas tentang mereka karena sudah menjadi keumuman dan sebuah trand masa kini. Menemui hal semacam ini adalah sesuatu yang kerap kita dapati di lingkungan sekitar kita.

Kali ini saya sedang ingin membahas sosok manusia dewasa bernama suami dan istri, ayah dan ibu yang ternyata juga bisa dihinggapi penyakit baru bernama 
"gagal move on". Satu penyakit serius namun sering tidak disadari diawal munculnya sehingga setelah menjadi parah dan kronis baru terhenyak. Nasi sudah menjadi bubur kata peribahasa, apa hendak dikata pilihan harus ditentukan, keputusan harus diambil, diteruskan atau diakhiri. Mempertahankan keutuhan keluarga ataukah membangun keluarga baru dan bahkan bisa jadi kedua-duanya harus dilepaskan dan semuanya harus hancur berserakan karena sebuah perselingkuhan.

Awalnya sederhana atau bahkan tak terduga. Ketemu secara tak sengaja di acara reunian, atau tetiba dapat nomor kontaknya dari seorang teman, bisa juga tersambung kan di akun facebooknya. Ada juga karena bertemu di suatu kota karena sebuah kunjungan kerja atau acara sejenisnya. Mulailah pembicaraan demi pembicaraan, chattingan demi chattingan. Awalnya sekedar nanya kabar, nanya keluarga, anak-anak, selanjutnya mulailah syaithon memperindahnya dengan pembicaraan lain seperti memuji kecantikan atau kebaikannya, mengingatkan pada moment dahulu, yang pada akhirnya bisa menjadi pembuka sebuah hubungan baru yakni perselingkuhan alias cinta lama bersemi kembali. Na'udzubillah.

Pantaslah ada sebagian orang yang sangat antipati mendengar kata reunian. Sebab kenyataannya reunian dengan teman lama sering kali menjadi pemicu munculnya perselingkuhan ( meskipun ada juga yang memanfaatkan reunian untuk kegiatan positif seperti agenda dakwah, donasi kemanusiaan dan kegiatan bermanfaat lainnya) dengan teman berstatus mantan.

Siapa yang bisa bertahan tak melayang-layang manakala ada orang lain memujinya? Sangat jarang, apalagi perempuan dipuji, ah...kamu masih saja cantik seperti dulu. Kamu memang perempuan idola bahkan hingga usiamu sekarang. Atau misalnya seorang laki-laki mendapatkan pujian, mas...kamu masih saja seperti kita bersama dulu, gagah, perhatian dan berwibawa. Sayang aku tak bisa menjadi pendampingmu. Kalimat kalimat indah pujian ini justru mungkin tidak pernah didengar dari pasangan halalnya. Jadilah hatinya berbunga-bunga, merasa tersanjung, mulai membanding-bandingkan pasangannya dengan sang mantan. Inilah awal terperosoknya ke dalam kubangan dosa. 

Kasus gagal move on dengan mantan tidak hanya  terjadi pada pasangan baru menikah,  kerap terjadi juga pada pasangan yang sudah lama menikah, bahkan memiliki anak-anak yang sudah dewasa. Alasannya bisa beragam, bisa karena terpaksa menikah katanya, pasangannya tidak sesuai harapan, atau karena memang tidak pernah berupaya melupakan bahkan mungkin sebaliknya selalu membangun mimpi-mimpi lama yang tak berkesudahan. Sehingga tiada kebahagiaan dalam rumah tangganya. Bersama namun hati tiada menyatu sebabnya rasa telah berpindah ke lain hati.

Terbuai dengan janji-janji indah yang sebenarnya fatamorgana. Mereka lupa bahwa hidup ini nyata adanya bukan khayalan, dan hidup berlangsung sesuai skenario Yang Maha Mengatur yaitu Allah SWT. Seandainya saja sang mantan adalah yang terbaik untuknya, tentu sudah Allah takdirkan bersanding dengannya, tentu Allah  akan menyatukan mereka dalam ikatan pernikahan. Namun kenyataannya tidak, karena Allah Maha Tahu, siapa yang lebih baik dan pantas untuk dia.

Bagaimana semuanya bisa terjadi tentunya tidak lain sebab minimnya rasa syukur dan banyaknya berangan - angan. Sibuk mencari cari celah untuk bisa kembali merenda cerita dengan sang mantan hingga lupa bagaimana menciptakan bahagia dengan pasangan halalnya. Jadilah jiwa-jiwa yang gelisah. Di depan mata tak mampu dinikmati dengan rasa syukur sementara hati berkelana jauh memikirkan sesuatu yang tak pasti bahkan hanya menipu. Demikian iblis menggelincirkan manusia pada kesesatan serta memalingkannya dari kebenaran.

Dengan mantan ingat banget kapan ultahnya terkadang ingin menjadi orang pertama yang mengucapkannya. Sementara dengan suami dan istri sendiri jangankan memberikan kado terindah dengan kata-kata mesra, sekedar mengingatpun belum tentu. Dengan mantan bisa catthingan mesra dengan pasangan halal suasana kaku dan gersang ibarat musim kemarau. Kalau sudah seperti ini perlu waspada tingkat tertinggi. Harus ada upaya untuk mengakhiri. Di sini perlu tameng khusus terutama bagi perempuan, sebab alaram kepekaan perasaan antara laki-laki dan perempuan memang berbeda. Perempuan harus lebih cepat menguasai diri, mengendalikan letupan emosi syahwati.  Karena laki-laki dalam kondisi seperti itu bisa buta mata hati. Jangankan yang tak berilmu, yang pahampun bisa tak terkendali

Lalu bagaimana upaya pencegahan agar penyakit gagal move on tidak berlanjut menjadi selingkuhan? Sebab di era digital dengan berbagai kemudahan berkomunikasi ini virusnya demikian mudah hinggap dan menyebar. Yuuuuuk.. lakukan beberapa hal di bawah ini :

1. Sadar diri, pahami posisi, entah sebagai istri ataukah sebagai suami yang sudah memiliki tanggung jawab pada keluarga. Yakinkan bahwa pilihan Allah adalah yang terbaik dan dia adalah pendampingmu saat ini, bukan mantanmu.

2. Tidak membuka peluang untuk menghubungi atau berkomunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung terutama apabila secara pribadi kita menyadari bahwa kita masih memiliki perasaan suka atau harapan terhadap mantan. Tiada yang lebih memahami hati kita melainkan diri kita sendiri, jika ada kekhawatiran terjatuh pada hal-hal yang tidak diinginkan tentunya menghindari terlebih dahulu menjadi langkah bijak.
 
3. Berkomunikasi seperlunya dan sewajarnya saja serta tidak bermudah-mudahan berkomunikasi  atau chattingan secara pribadi dengan lawan jenis terutama yang berstatus mantan, sebab sehebat apapun kita menahan diri virusnya bisa saja menjangkiti.

4.  Menjaga adab-adab islami ketika bertemu teman-teman terutama yang berbeda jenis, menghindari berjabat tangan dengan teman laki-laki, tidak membuka peluang berdua-duaan.

5. Jika sudah terjadi komunikasi atau chattingan yang mengarah pada perselingkuhan maka segera akhiri, istighfar dan bertaubat. Setelah itu segera blokir si mantan.



Talabiu Bima, Ahad 4 Agustus dan Senin 5 Agustus 2019
Repost

Tidak ada komentar:

Posting Komentar