Selasa, 26 April 2022

Aman Bermedsos Tanpa Baperan



By ; Sri Wiyanti

Reaksi seseorang terhadap sesuatu itu sesuai dengan kadar keilmuan dan juga keimanannya. Sehingga untuk satu keadaan atau fenomena tertentu bisa memunculkan beragam reaksi. Ada yang suka dan tidak. Ada yang mendukung dan mengapresiasi. Ada juga cibiran dan nyinyiran. Ada yang mencinta dan membenci. Semua reaksi itu wajar saja selagi tidak sampai menghujat, karena isi kepala tiap orang berbeda. Maksud hati pun belum tentu sama. 

Ada postingan tentang tauhid, bagi pelaku kesyirikan bisa saja dipandang sebagai sesuatu yang dibenci. Larangan maksiat dianggap sok suci atau suka kepoin urusan orang. Meski di sebaliknya tetap ada yang mengambil pelajaran lalu bertaubat. 

Begitu pun ketika seseorang memosting aktifitasnya, kisah kesuksesan, capaiannya. Tentu tidak semua orang akan mengapresiasi, mendukung atau ikut merasakan kebahagiaan yang sama. Pun bisa jadi dipandang sok pamer, riya' atau sejenisnya. 

Mengisahkan kedukaan juga tidak serta merta membuat orang simpati apalagi berempati. Bisa jadi justru menuai cibiran atau sebaliknya menerima penghakiman. 
Begitu lah hidup selalu dihadapkan dengan dua sisi berlawanan. 

Melihat kisah tentang sebuah keluarga, ada saja komentar miring. Ah, belum tentu kenyataan seperti itu, paling juga pencitraan. Seperti itu lah pandangan manusia. Selalu pandai melihat celah kelemahan dari sisi kebaikan meski porsinya lebih banyak. 

Apakah lagi mendengar orang tua memuji anaknya, tidak sedikit nyinyiran akan disematkan. Meski sebenarnya memuji anak itu menjadi bagian fitrah orang tua. Selagi pujian tidak berlebihan dan tidak ada unsur kebohongan di dalamnya ya sah-sah saja. Jika ada perasaan tersinggung bagi pendengar, bukan berarti orang yang bercerita layak disalahkan. Justru kita lah yang meski memuhasabah diri. Jangan-jangan virus  iri hati sudah menjangkiti. 

Artinya setiap aktifitas kita tidak akan bisa lepas dari tanggapan serta komentar orang lain. Entah tanggapan positf atau negatif. Kalimat nasehat sekalipun yang disampaikan akan menuai reaksi berbeda. Bagi hati yang bersih nasehat akan dijadikan sebagai wasilah untuk terus menata diri. Sedang bagi hati yang ada penyakitnya akan dianggap sebagai sesuatu yang memerihkan. Nasehat puna da pendukung dan penentangnya. 

Lalu bagaimana sikap kita menghadapi kondisi demikian? Insya Allah beberapa kiat di bawah ini dapat kita praktekkan. 

1. Perjelas tujuan, niat kita harus jelas bahwa kita tidak akan memosting hal-hal  negatif, sesuatu yang buruk. Karena kita menyadari bahwa semuanya pasti akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah. Bukan kah tujuan kita hanya ridho-Nya semata? 

2. Pastikan ada pesan kebaikan dan hal-hal positif dari tulisan atau postingan kita. Bercita-citalah mengumpulkan kebaikan meski sedikit. Asalkan menjadi rutinitas kebaikan itu kelak akan menjadi besar. 

3. Kita tidak akan pernah mampu mengenyangkan selera manusia. Jadi fokus lah pada tujuan bukan pada cibiran atau nyinyiran. Sehebat apa pun kita menghindari tetap saja ada orang-orang yang tidak seide dengan kita. Menghindari orang-orang berpola pikir negatif akan sangat membantu kita menemukan ketenangan diri. 

4. Tanamkan keyakinan dalam diri bahwa semakin kita memancarkan aura kebaikan, maka kebaikan akan mendekat. Keburukan akan menjauh. Ini Sunnatullah.

5. Kita sedang mempersiapkan bekal perjalanan kita, bukan bekal perjalanan bagi orang lain. Maka persiapkan segala sesuatu yang kita perlukan agar perjalanan selamat hingga akhir tujuan, yakni surga-Nya. Pernak-pernik di sekeliling kita cukup direspon seperlunya. 

6. Tanamkan keyakinan, bahwa orang-orang baik lebih banyak di sekelilingmu, mendukungmu dibanding mereka yang tak sejalan. Jadi abaikan saja jika memang itu tak perlu. 

7. Ketika mencontohkan sebuah kisah sebagai pembelajaran. Hendaknya tidak menyebut nama orang secara langsung atau jelas. Karena teknik berkisah ini diperbolehkan. Bahkan banyak terdapat dalam Al Qur'an dan Hadist Nabi. Berkisah adalah salah satu cara efektif menyampaikan pesan moral. Mudah dipahami dan ditangkap oleh orang lain. 

Lalu dengan penyampaian dan coretan penamu kemudian ada yang baperan, merasa tersindir dan sejenisnya. Gak apa-apa, itu haknya, biarkan saja. Jangan ikutan baperan lagi, kan sebelas duabelas namanya. 

Ketika semua cara di atas sudah diupayakan namun setelahnya tetap ada pembenci, nyinyiran, cibiran atau sejenisnya. Tak usah diambil hati. Waktu akan menggilasnya dan semua akan usai. Fokus lah pada sesuatu yang lebih berarti. 

Sekian coretan sederhana ini. Semoga bermanfaat bagi diri dan orang lain. 

Talabiu Bima, 26 April 2022
Ramadan hari ke-25

Senin, 25 April 2022

Jejak Digital dan Catatan Amal


By : Sri Wiyanti


Di era kesejagatan atau globalisasi yang di barengi praktek gombalisasi sekarang ini, berselancar di dunia maya atau di media sosial menjadi sebuah kebutuhan. Kebanyakan orang lebih mampu menahan haus dan lapar dibanding bertahan untuk tidak bermedsos ria. Meski hanya sekedar membuat status-status alay atau komen-komen lebay. 

Artinya hampir setiap individu memiliki jejak digital (digital footprint).
Jejak digital tiap orang berbeda-beda tergantung tujuan dia hadir di media sosial. Apakah untuk berbagi kebaikan dan hal-hal positif, berbagi cerita, mencari teman ataukah sekedar menunjukkan eksistensi diri dan mengharapkan pengakuan publik.

Pribadi dengan tipe positif akan melakukan satu bentuk kebaikan walau sekecil apapun. Sebaliknya pribadi dengan tipe negatif cenderung pada aktifitas ngehoax, mengadu domba atau ngebully atau sederet aktifitas negatif lainnya.

Efek jejak digital dapat menimbulkan kehebohan di dunia maya ataupun di dunia nyata. Melalui jejak digital aktifitas seseorang terpantau sehingga jejak kebaikan ataupun keburukan dapat diketahui oleh orang lain, meski tidak semua jejak digital berpengaruh terhadap kehidupan seseorang.

Rekaman kebaikan sekian tahun yang lalu mungkin saja menjadi viral karena ada pihak yang mengetahui jejak digital seseorang. Entah dengan tujuan politik atau tujuan lainnya. Begitu pula dengan catatan keburukan atau tindakan kriminalitas seseorang. 

Pada banyak kasus, tertangkapnya pelaku pencurian, penipuan, penganiayaan anak di bawah umur, sindikat pengedar narkoba, kasus korupsi, kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), perselingkuhan hingga perceraian dan banyak kasus lainnya tidak dapat dilepaskan dari kontribusi adanya jejak digital seseorang. 

Mengingat begitu besarnya dampak jejak digital bagi kehidupan seseorang sudah seharusnya kita berhati-hati ketika berselancar di media sosial, pastikan aktifitas kita adalah aktivitas positif dan bertanggung jawab.

Paling ditakutkan jika jejak digital kita menimbulkan ketidakbaikan, berujung pada perpecahan, atau berurusan dengan pihak berwajib dan akhirnya diseret ke pengadilan hingga dijatuhi hukuman.

Apabila jejak digital sedemikian berpengaruh dan mampu membawa perubahan pada kehidupan seseorang lalu bagiamana dengan catatan amal kita yang setiap detik, setiap menit malaikat Allah tidak pernah lalai dalam mencatatnya? 

Jika jejak digital masih bisa dihapus, masih ada celah untuk melakukan lobi-lobi atau pendekatan- pendekatan untuk terhindar dari dampak buruknya, masih berpeluang  meminta maaf untuk mengakhiri permasalahannya, masih ada praktek suap-menyuap untuk terhindar dari jerat hukum, lantas bagiamana dengan pertanggungjawaban di hadapan pengadilan Allah yang semua upaya tidak lagi berguna? 

Bullyan manusia saja sudah sedemikian beratnya untuk dihadapi apakah lagi dengan  neraka Allah yang siap mencampakkan kita dalam puncak kehinaan? 

Masihkah kita merasa aman dengan jejak digital kita, dengan catatan-catatan rahasia  kita di media sosial, sementara jejak yang kita tinggalkan adalah jejak-jejak gelap, penuh maksiat. Boleh saja jejak digital kita lolos dari pengawasan manusia namun tidak akan lepas dari pengawasan Allah. Lantas siapakah yang lebih kita takutkan? Manusia? Ataukah Allah?



Talabiu Bima
Rabu, 19 September 2018
Repost Rabu 26 April 2022

Sabtu, 23 April 2022

Gagal Move On dan Perselingkuhan




By : Sri Wiyanti


Membaca judul ini tentu yang ada dalam benak kita adalah cerita cinta anak remaja atau ABG (anak baru gede) atau anak-anak milenia yang lagi galau karena tak bisa melupakan kekasih atau pacarnya. Bisa juga ingatan kita tertuju pada remaja atau sekelas mahasiswa baru hijrah dan sudah terlanjur memiliki pacar dan dia ingin segera mengakhiri hubungannya sebab menurut pemahaman barunya, pacaran adalah satu praktek yang jauh dari nilai-nilai Islam.

Tapi saya sama sekali tidak sedang ingin membahas tentang mereka karena sudah menjadi keumuman dan sebuah trand masa kini. Menemui hal semacam ini adalah sesuatu yang kerap kita dapati di lingkungan sekitar kita.

Kali ini saya sedang ingin membahas sosok manusia dewasa bernama suami dan istri, ayah dan ibu yang ternyata juga bisa dihinggapi penyakit baru bernama 
"gagal move on". Satu penyakit serius namun sering tidak disadari diawal munculnya sehingga setelah menjadi parah dan kronis baru terhenyak. Nasi sudah menjadi bubur kata peribahasa, apa hendak dikata pilihan harus ditentukan, keputusan harus diambil, diteruskan atau diakhiri. Mempertahankan keutuhan keluarga ataukah membangun keluarga baru dan bahkan bisa jadi kedua-duanya harus dilepaskan dan semuanya harus hancur berserakan karena sebuah perselingkuhan.

Awalnya sederhana atau bahkan tak terduga. Ketemu secara tak sengaja di acara reunian, atau tetiba dapat nomor kontaknya dari seorang teman, bisa juga tersambung kan di akun facebooknya. Ada juga karena bertemu di suatu kota karena sebuah kunjungan kerja atau acara sejenisnya. Mulailah pembicaraan demi pembicaraan, chattingan demi chattingan. Awalnya sekedar nanya kabar, nanya keluarga, anak-anak, selanjutnya mulailah syaithon memperindahnya dengan pembicaraan lain seperti memuji kecantikan atau kebaikannya, mengingatkan pada moment dahulu, yang pada akhirnya bisa menjadi pembuka sebuah hubungan baru yakni perselingkuhan alias cinta lama bersemi kembali. Na'udzubillah.

Pantaslah ada sebagian orang yang sangat antipati mendengar kata reunian. Sebab kenyataannya reunian dengan teman lama sering kali menjadi pemicu munculnya perselingkuhan ( meskipun ada juga yang memanfaatkan reunian untuk kegiatan positif seperti agenda dakwah, donasi kemanusiaan dan kegiatan bermanfaat lainnya) dengan teman berstatus mantan.

Siapa yang bisa bertahan tak melayang-layang manakala ada orang lain memujinya? Sangat jarang, apalagi perempuan dipuji, ah...kamu masih saja cantik seperti dulu. Kamu memang perempuan idola bahkan hingga usiamu sekarang. Atau misalnya seorang laki-laki mendapatkan pujian, mas...kamu masih saja seperti kita bersama dulu, gagah, perhatian dan berwibawa. Sayang aku tak bisa menjadi pendampingmu. Kalimat kalimat indah pujian ini justru mungkin tidak pernah didengar dari pasangan halalnya. Jadilah hatinya berbunga-bunga, merasa tersanjung, mulai membanding-bandingkan pasangannya dengan sang mantan. Inilah awal terperosoknya ke dalam kubangan dosa. 

Kasus gagal move on dengan mantan tidak hanya  terjadi pada pasangan baru menikah,  kerap terjadi juga pada pasangan yang sudah lama menikah, bahkan memiliki anak-anak yang sudah dewasa. Alasannya bisa beragam, bisa karena terpaksa menikah katanya, pasangannya tidak sesuai harapan, atau karena memang tidak pernah berupaya melupakan bahkan mungkin sebaliknya selalu membangun mimpi-mimpi lama yang tak berkesudahan. Sehingga tiada kebahagiaan dalam rumah tangganya. Bersama namun hati tiada menyatu sebabnya rasa telah berpindah ke lain hati.

Terbuai dengan janji-janji indah yang sebenarnya fatamorgana. Mereka lupa bahwa hidup ini nyata adanya bukan khayalan, dan hidup berlangsung sesuai skenario Yang Maha Mengatur yaitu Allah SWT. Seandainya saja sang mantan adalah yang terbaik untuknya, tentu sudah Allah takdirkan bersanding dengannya, tentu Allah  akan menyatukan mereka dalam ikatan pernikahan. Namun kenyataannya tidak, karena Allah Maha Tahu, siapa yang lebih baik dan pantas untuk dia.

Bagaimana semuanya bisa terjadi tentunya tidak lain sebab minimnya rasa syukur dan banyaknya berangan - angan. Sibuk mencari cari celah untuk bisa kembali merenda cerita dengan sang mantan hingga lupa bagaimana menciptakan bahagia dengan pasangan halalnya. Jadilah jiwa-jiwa yang gelisah. Di depan mata tak mampu dinikmati dengan rasa syukur sementara hati berkelana jauh memikirkan sesuatu yang tak pasti bahkan hanya menipu. Demikian iblis menggelincirkan manusia pada kesesatan serta memalingkannya dari kebenaran.

Dengan mantan ingat banget kapan ultahnya terkadang ingin menjadi orang pertama yang mengucapkannya. Sementara dengan suami dan istri sendiri jangankan memberikan kado terindah dengan kata-kata mesra, sekedar mengingatpun belum tentu. Dengan mantan bisa catthingan mesra dengan pasangan halal suasana kaku dan gersang ibarat musim kemarau. Kalau sudah seperti ini perlu waspada tingkat tertinggi. Harus ada upaya untuk mengakhiri. Di sini perlu tameng khusus terutama bagi perempuan, sebab alaram kepekaan perasaan antara laki-laki dan perempuan memang berbeda. Perempuan harus lebih cepat menguasai diri, mengendalikan letupan emosi syahwati.  Karena laki-laki dalam kondisi seperti itu bisa buta mata hati. Jangankan yang tak berilmu, yang pahampun bisa tak terkendali

Lalu bagaimana upaya pencegahan agar penyakit gagal move on tidak berlanjut menjadi selingkuhan? Sebab di era digital dengan berbagai kemudahan berkomunikasi ini virusnya demikian mudah hinggap dan menyebar. Yuuuuuk.. lakukan beberapa hal di bawah ini :

1. Sadar diri, pahami posisi, entah sebagai istri ataukah sebagai suami yang sudah memiliki tanggung jawab pada keluarga. Yakinkan bahwa pilihan Allah adalah yang terbaik dan dia adalah pendampingmu saat ini, bukan mantanmu.

2. Tidak membuka peluang untuk menghubungi atau berkomunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung terutama apabila secara pribadi kita menyadari bahwa kita masih memiliki perasaan suka atau harapan terhadap mantan. Tiada yang lebih memahami hati kita melainkan diri kita sendiri, jika ada kekhawatiran terjatuh pada hal-hal yang tidak diinginkan tentunya menghindari terlebih dahulu menjadi langkah bijak.
 
3. Berkomunikasi seperlunya dan sewajarnya saja serta tidak bermudah-mudahan berkomunikasi  atau chattingan secara pribadi dengan lawan jenis terutama yang berstatus mantan, sebab sehebat apapun kita menahan diri virusnya bisa saja menjangkiti.

4.  Menjaga adab-adab islami ketika bertemu teman-teman terutama yang berbeda jenis, menghindari berjabat tangan dengan teman laki-laki, tidak membuka peluang berdua-duaan.

5. Jika sudah terjadi komunikasi atau chattingan yang mengarah pada perselingkuhan maka segera akhiri, istighfar dan bertaubat. Setelah itu segera blokir si mantan.



Talabiu Bima, Ahad 4 Agustus dan Senin 5 Agustus 2019
Repost

Senin, 11 April 2022

Menulis Qoute Asyik Lagi Menarik




By : Sri Wiyanti


Cara menulis paling mudah dan sederhana adalah dengan membuat kata-kata mutiara atau kalimat bijak yang sering kita kenal dengan istilah qoutes. Menulis qoutes ini terasa mudah karena hanya terdiri dari beberapa kata dan kalimat namun menggugah karena memiliki makna mendalam. 

Meski terlihat mudah dan berupa catatan sederhana, pada prakteknya tidak semua orang mampu membuat qoutes. Memilih kalimat singkat dan sarat makna bagi sebagian orang justru terasa lebih sulit  dibanding menulis kisah berlembar-lembar. 

Bagaimana caranya agar kita mampu membuat kalimat-kalimat qoutes yang indah, Mari simak tips-tips sederhana di bawah ini :

1. Memiliki kepekaan. 

Semakin peka kita terhadap perasaan pribadi dan kondisi sekitar membuat kita semakin mudah dalam menyusun kata-kata mutiara atau kalimat bijak. Baik keadaan bahagia, sedih, kecewa, luka, harapan, tantangan atau bahkan berbagai permasalahan yang terekam justru bisa menjadi ide menarik untuk membuat qoutes. 

Adanya moment penting membuat kita semakin mudah dalam melahirkan ide membuat qoutes. Kondisi tertentu sering kali memaksa kita untuk berpikir lebih dari keadaan biasa, memancing kita untuk melahirkan gagasan-gagasan baru 

2. Memperkaya diksi

Langkah kedua adalah dengan memperkaya diksi. Semakin banyak stok diksi-diksi indah dan kata-kata kiasan yang kita miliki akan semakin besar potensi kita mampu membuat qoutes yang indah. Memilih kata-kata yang bermakna khas, spesifik dan unik menjadikan kalimat qoutes kita berbeda dari karya orang lain.

 Karena dalam membuat qoutes, titik fokus kita adalah mengajak merenung melalui pesan singkat. Maka kita harus cerdas dalam memilih diksi dan menggunakannya pada konteks yang tepat.

3. Menulislah apa adanya

Semakin nyata dan dekat tulisan dengan karakter keseharian kita sebagai pribadi membuat qoutes yang ditulis akan terasa nikmat dibaca. Karena kita menulisnya dari hati tentu akan mudah tertangkap oleh hati juga. Sentuhan terasa mendamaikan ketika ada kesesuaian antara kata dengan fakta. 

Lebih sederhana lagi, menulislah sesuatu yang ada pada dirimu agar melekat kuat pesan yang ingin kita sampaikan pada setiap hati pembaca.

4. Catat setiap kilatan ide

Setiap kali muncul kilatan ide dalam pikiran kita segera menulisnya. Abadikan dalam buku catatan khusus atau pada catatan handpond sehingga ketika ada kesempatan melengkapinya menjadi sebuah qoutes yang utuh kita tidak kehilangan ide. 

Sering kita merasa kebingungan ingin menulis apa karena ide-ide bagus yang bermunculan sudah terbang berhamburan disebabkan kita tidak menuliskannya. Kilatan ide bisa menjadi hal istimewa bagi qoutes yang akan kita buat. Jadi biasakan menulisnya. 

5. Percantik

Qoutes kita akan semakin menarik dan disenangi pembaca apabila tampilannya juga kita perhatikan. Langkah terakhir yang perlu kita lakukan adalah dengan memolesnya menjadi lebih cantik dengan menggunakan aplikasi seperti Canva, PixelLab, atau aplikasi sejenisnya.

Sekian tips sederhana ini, semoga menjadikan lebih semangat menulis khususnya qoutes. Selamat membaca sahabat semuanya. 


Talabiu Bima, 10 April 2022