Tugas Modul 1.4 Koneksi Antar Materi Tentang Budaya Positif.
@Sri Wiyanti
Guru SMPN 1 MONTA KAB. BIMA
Calon Guru Penggerak Angkatan 9
Inti pemahaman pada pembelajaran Modul 1.1 Tentang Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional-Ki Hajar Dewantara adalah memaksimalkan segala potensi dan kodrat pada anak agar mereka dapat mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat. Sedang pada Modul 1.2 adalah fokus pada Nilai dan Peran Guru Penggerak. Guru penggerak memiliki nilai Kemandirian, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif serta keberpihakan yang tinggi pada anak. Selain itu guru juga memainkan perannya secara optimal dalam mewujudkan kepemimpinan murid.
Lanjut pada Modul 1.3 diajak mengenali Visi dan Peran Guru Penggerak. Dengan rancangan visi tersebut kita memiliki acuan langkah mencapai tujuan pendidikan yang sudah dirancang. Dan pada Modul 1.4 fokus pada menumbuhkan Budaya Positif.
Mempelajari modul 1.4 tentang Budaya Positif merupakan sesuatu yang istimewa bagi saya. Pada modul ini saya mempelajari tentang disiplin pisitif dan nilai-nilai kebajikan universal. Teori motivasi, hukuman, penghargaan dan restitusi. Keyakinan kelas, kebutuhan dasar manusia dan dunia berkualitas, lima posisi kontrol serta Segitiga Restitusi. Lantas bagaimana keterkaitan antar materi dari modul-modul tersebut? Dapat kita simak pada penjelasan berikut.
Sebagaimana yang sudah saya paparkan di atas bahwa pada modul 1.4
kita juga mempelajari nilai-nilai kebajikan universal yang juga telah diperkenalkan pada modul 1.2 yang berarti nilai-nilai kebajikan yang disepakati bersama, tanpa membedakan ras, suku, bangsa, agama, bahasa maupun latar belakang sosialnya. Nilai-nilai ini menaungi kita dalam sikap dan perilaku, dalam arti menjadi landasan berpijak ketika kita memilih berperilaku tertentu. Nilai-nilai kebajikan adalah sifat-sifat positif manusia yang merupakan tujuan mulia yang ingin dicapai setiap individu. Seperti yang telah dikemukakan oleh Dr. William Glasser pada Teori Kontrol (1984), menyatakan bahwa:
"Setiap perbuatan memiliki suatu tujuan," dan selanjutnya Diane Gossen (1998) mengemukakan bahwa : "Dengan mengaitkan nilai-nilai kebajikan yang diyakini seseorang maka motivasi intrinsiknya akan terbangun, sehingga menggerakkan motivasi dari dalam untuk dapat mencapai tujuan mulia yang diinginkan."
Nilai-nilai kebajikan itu sebagaimana yang kita kenal termaktub dalam Profil Pelajar Pancasila, yakni Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak Mulia, Mandiri, Bernalar Kritis, Berkebinekaan Global, Bergotong royong, dan Kreatif. Diharapkan nilai-nilai kebajikan inilah yang akan menjadi nilai-nilai karakter yang ingin kita munculkan pada murid kita.
Visi guru penggerak yang berpihak pada murid tentunya menjadi sebuah visi untuk setiap guru menjadi pribadi yang tergerak, bergerak, dan menggerakkan sesama guru agar menjadi agen perubahan paradigma pembelajaran baru yaitu pembelajaran yang berpihak pada murid. Bergerak untuk memperkenalkan budaya positif yang membawa murid kepada perubahan positif.
Pada modul ini saya juga jadi memahami memotivasi seseorang dalam melaksanakan disiplin ;
1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman
Seseorang yang menjadikan kamus Ini adalah tingkatan paling rendah, lebih rendah dari motivasi perilaku manusia. Biasanya orang yang motivasi perilakunya untuk menghindari hukuman atau ketidaknyamanan, akan bertanya, apa yang akan terjadi apabila saya tidak melakukannya? Motivasi ini bersifat eksternal.
2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain.
Satu tingkat di atas motivasi yang pertama, disini orang berperilaku untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Motivasi ini juga bersifat eksternal.
3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.
Orang-orang yang mampu memberi nilai dengan motivasi inilah yang kita harapkan. Mereka akan melakukan sesuatu karena nilai-nilai yang mereka yakini dan hargai. Motivasi ini merupakan motivasi intrinsik.
Hukuman bersifat tidak terencana atau tiba-tiba. Anak atau murid tidak tahu apa yang akan terjadi, dan tidak dilibatkan. Hukuman bersifat satu arah, dari pihak guru yang memberikan, dan murid hanya menerima suatu hukuman tanpa melalui suatu kesepakatan, atau pengarahan dari pihak guru, baik sebelum atau sesudahnya. Hukuman yang diberikan bisa berupa fisik maupun psikis, murid/anak disakiti oleh suatu perbuatan atau kata-kata.
Modul ini juga membelajarkan saya untuk mengetahui perbedaan hukuman, konsekuensi dan segitiga restitusi. Perbedaan tersebut adalah bahwa disiplin dalam bentuk konsekuensi, sudah terencana atau sudah disepakati; sudah dibahas dan disetujui oleh murid dan guru. Umumnya bentuk-bentuk konsekuensi dibuat oleh pihak guru (sekolah), dan murid sudah mengetahui sebelumnya konsekuensi yang akan diterima bila ada pelanggaran. Pada konsekuensi, murid tetap dibuat tidak nyaman untuk jangka waktu pendek.
Konsekuensi biasanya diberikan berdasarkan suatu data yang umumnya dapat diukur, misalnya, setelah 3 kali tugasnya tidak diselesaikan pada batas waktu yang diberikan, atau murid melakukan kegiatan di luar kegiatan pembelajaran, misalnya mengobrol, maka murid tersebut akan kehilangan waktu bermain, dan harus menyelesaikan tugas karena ketertinggalannya. Peraturan dan konsekuensi yang mengikuti ini sudah diketahui sebelumnya oleh murid. Sikap guru di sini senantiasa memonitor murid.
Segitiga restitusi mengajak kita untuk melakukan penanganan kasus/pelanggaran dengan 3 langkah yaitu :
Menstabilkan Identitas
Pada fase ini guru diharapkan mampu mengubah paradigma bahwa murid itu gagal, dan menggantikannya dengan paradigma bahwa murid akan menjadi orang yang sukses
Validasi Tindakan Yang Salah
Pada tahap ini siswa diharapkan mampu mengidentifikasi secara jelas kesalahan yang dia lakukan dengan validasi tentang apa yang sudah dilakukan dan ke depannya memvalidasi alasan apa dia melakukan hal tersebut atau apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan kebaikan yang diinginkan.
Menanyakan Keyakinan Kelas
Selanjutnya sebagai tahap terakhir ata kertiga menanyakan keyakinan kelas yang sudah disepakati. Apakah keyakinan kelas yang ikut? yg sudah dibuat sebelumnya.
Ketiga Langkah segitiga restitusi ini menjadi sebuah budaya positif untuk kita lakukan
Bima, 19 Oktoner 2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar