Kamis, 14 September 2023

SAATNYA ENGKAU MEMINANG BIDADARI PART 2

Saatnya Engkau Meminang Bidadari
(Pesan Cinta Untuk Anak Lelakiku)

By : Sri Wiyanti

Anakku, ketika Allah mengizinkanmu menggenapkan separuh dienmu. Ingatlah pesanku ini.

Perempuan yang akan mendampingimu adalah perempuan seperti aku, ibumu. Maka muliakan dia sebagaimana engkau memuliakanku. Sayangi dia sebagaimana engkau menyayangiku. Pahami kelebihan dan kekurangannya karena tiada perempuan sempurna di dunia ini. Hadirmu lah pelengkap kekurangannya, penyeimbang ketimpangannya. Kau akan menjadikan dia bersinar lebih indah dari sebelumnya. Bersinar dalam ketakwaan dan ketawadu'an.

Anakku!
Menjadi qowwam itu tidak mudah. Tapi dengan dukungannya tugasmu akan dimudahkan oleh-Nya. Kuasamu atasnya tak berarti kau berhak mematahkannya. Justru tugasmu adalah meluruskan kebengkokannya dengan penuh kelembutan dan hikmah.

Perempuan yang kau nikahi tentu memiliki harapan tinggi dengan hadirmu di sisinya, maka perhatikan baik-baik tentang perasaannya. Memenangkan hatinya artinya engkau telah memenangkan seluruh jiwa raganya. Sedikitnya nafkah lahir lebih dia sukai dari berkurangnya perhatianmu akan perasaannya.

Berusahalah memaksimalkan fungsi pelayananmu sebagai pemimpin, niscaya sepenuh keta'atan engkau dapatkan. Perempuan itu unik, namun dia juga teman curhatan paling asyik. Ketika pikiranmu diliputi permasalahan pelik, berbagilah dengannya niscaya engkau akan menemukan solusi.

Ketika kau dihadapkan dengan satu sikapnya yang tak kau sukai percayalah di sebaliknya ada banyak keistimewaan yang belum mampu kau cermati sehingga tak kau temui. Ingatlah selalu komitmen kebersamaan yang sudah kalian bangun niscaya sedikit hambatan tak akan membuat duniamu runtuh apalagi terburu-buru memilih untuk mengakhiri. Semoga tidak pernah terjadi.

Pahamilah olehmu bahwa munculnya hambatan dalam perjalanan kebersamaan hanya tersebab tersumbatnya keran komunikasi. Dengan komunikasi dan diskusi insya Allah selalu  ada solusi dari setiap keadaan dan ujian diri.

Wahai anakku
Perempuan yang kau nikahi  bukan untuk dijadikan  barang pajangan tapi akan menjadi teman seperjuangan. Teman yang akan mendampingimu mengarungi bahtera tidak sebatas perihal urusan dunia tapi tentu dia akan menjadi sahabatmu hingga surga. Bantu dia memoles kecantikan akhlaknya, menata kepantasan dirinya untuk menjadi seorang istri dan ibu yang sholihah. Jadikan dia bangga dan bersyukur telah memilihmu menjadi pemimpin di rumah tangganya.

Talabiu Bima, Ahad 4 Juni 2023
🌺🌺🌺❤❤❤

#MenulisMerawatIngatan
#MenulisMengasahKepekaan
#MenulisMembuatkuSelaluBerpikirPositif

SAATNYA ENGKAU MEMINANG BIDADARI PART 1

Saatnya Engkau Meminang Bidadari
(Pesan cinta untuk anak lelakiku)

Oleh : Sri Wiyanti

Wahai anak lelakiku. Saat itu kelak akan datang. Waktumu untuk melamar Sang Bidadari impian hati. Namun sebelum saatnya tiba persiapkan dirimu sebaik yang kau ingin pada calon bidadarimu nanti.

Saatnya engkau memutuskan untuk melamar. Pastikan kau melangkah dengan mantap. Kesungguhanmu itu yang ditunggu-tunggu. Lamaran bukan ajang coba-coba. Atau hanya untuk memberi harapan semata.

Perempuan memang menghajatkan ketampanan. Tapi tanggung jawab itu lebih dia harapkan. Karena engkau lah nanti yang akan memikul sepenuhnya tanggung jawab ayahnya setelah ijab qabul diucapkan.

Bila tiba kesempatan ta'aruf. Percayakan kepada orang yang amanah. Agar informasinya akurat.  Kau boleh melihatnya. Karena memilih pasangan tentu tidak seperti membeli kucing dalam karung. Tapi ingat wahai anak lelakiku. Pilihan akan kau jatuhkan bukan semata-mata perkara fisik. Kecantikan fisik bisa dipoles. Kecantikan akhlak tidak bisa dibeli di salon kecantikan mana pun.

Kau berhak memilih karena kecantikannya. Juga karena nasab kebangsawanannya. Atau tersebab hartanya. Tetap harus kau ingat. Memilih karena agamanya lebih selamat.

Perempuan yang baik agamanya, tak risau dengan sedikitnya harta. Ia memiliki sifat qona'ah. Ia sabar mendampingimu kala suka. Ia tawadu' disaat kau bergelimang harta. Dengan diennya dia akan menjaga hartamu. Kehormatanmu. Kala dekat ataupun jauh.

Tentang harta, tahta, jangan jadikan penghalang. Karena kau tidak sedang berniaga. Bukankah rezekimu telah Allah jamin? Lalu apa yang engkau khawatiri?

Perempuan yang kau cari tak harus seperti ibumu. Karena ia pribadi yang berbeda. Namun pilihlah ia yang kelak pantas untuk menjadi ibu bagi anak-anakmu. Menjadi madrasah terbaik di rumah tanggamu.

Jika harapanmu menginginkan yang sempurna. Selamanya tak akan bersua. Ujungnya kau akan kecewa.

Jika impianmu adalah sosok penyayang. Perempuan yang memuliakanmu. Memposisikanmu layaknya seorang pemimpin. Menghormati dan mencintai keluargamu. Maka jawabannya ada padamu. Karena engkaulah yang memegang kunci kendalinya.

Talabiu Bima, Selasa, 31 Mei 2022

Jumat, 01 September 2023

Tugas Modul 1.1


Assalamu'alaikum Warohmatulohi Wabarakatuh. 

Pada kesempatan ini saya akan memaparkan salah satu tugas Modul 1.1 Tentang :

Konektivitas Antar Materi Berupa Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Oleh : Sri Wiyanti, S. Pd.
Guru SMPN 1 MONTA KAB. BIMA

Menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan adalah tempat persemaian  benih-benih  pendidikan dan kebudayaan. Ki Hajar Dewantara membedakan Kata pendidikan dan Pengajaran, (Pengajaran adalah bagian dari Pendidikan). Pendidikan memberi tuntunan sesuai kodrat yang dimiliki anak agar mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang setinggi-tingginya baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat.

Dalam menuntun kodrat anak, guru ibaratkan seorang petani. Mencoba memberi ruang tumbuh kembang yang sesuai dengan maksimal. Anak diberikan kebebasan namun seorang pendidik tetap menjadi pamong, mendampingi dan mengarahkan potensi anak didik. 

Pendidikan anak itu harus disesuaikan dengan tempat di mana mereka tumbuh (kodrat alamnya) dan tuntutan masa atau zamannya (kodrat zaman). Meski anak didik diberikan kebebasan memilih dan menentukan cara terbaik bagi pengembangan potensi dirinya, dalam interaksinya anak didik harus
mampu memfilter pengaruh buruk dari luar sehingga tidak membawa implikasi negatif bagi tumbuh kembangnya. 

Analoginya, jika menanam jagung maka perlakukanlah dia sebagai jagung, jangan memperlakukannya seperti padi atau tanaman lain. Dan bila ingin jagung itu tumbuh secara maksimal maka biarkan dia tumbuh dengan cara dan tempat yang semestinya. Gulma dan aneka tanaman pengganggu cukup disiangi dan dibersihkan agar tanaman tetap tumbuh dan menghasilkan secara maksimal. Demikian pula dalam mendidik anak. 

Sebagai seorang pendidik saya memosisikan diri sebagai layaknya seorang  tukang kebun. Dan anak didik ibaratkan berbagai jenis tanaman bunga aneka rupa. Mereka diperlakukan sesuai kebutuhan tumbuh kembangnya sehingga pada saatnya mereka akan menguncup dan mekar sempurna dengan warna-warni indah mengagumkan. Menebar kemanfaatan bagi diri dan lingkungannya. 

Prinsip seorang Pamong, dalam hal ini adalah sebagaimana semboyan Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani. Di depan menberikan contoh keteladanan yang baik, di tengah mendampingi dengan berjuta ide dan gagasan membangun serta di belakang memberikan dorongan memantik semangat. 

Pendidikan adalah sebuah proses yang harus terus berlangsung, memerlukan kerjasama yang sinergis dari semua pihak untuk mewujudkannya karena merupakan pekerjaan untuk menjemput peradaban sehingga prosesnya tidak boleh terhambat. 

Bagaimana penerapan filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara ini dalam konteks pembelajaran lokal masyarakat Bima? Praktik ini dapat kita temukan pada interaksi di masyarakat dalam berbagai aktivitas keseharian seperti pada serangkaian kegiatan 'mbolo weki' yang umumnya dijumpai pada rangkaian upacara perkawinan, khitanan, selamatan berangkat haji dan masih banyak lagi kegiatan semisal. 

Lebih khusus di lingkungan sekolah berupa pembiasaan  menggunakan budaya tutur yang baik seperti 'Maja labo Dahu, Kalembo Ade, Santabe, dan juga penerapan konsep kepemimpinan sebagaimana yang dikenal dengan istilah 'Nggusu Waru' dalam masyarakat Bima ( Dou Mbojo).


Sebagai refleksi terhadap pemikiran Ki Hajar Dewantara saya akan mencoba memaparkan dengan panduan pertanyaan di bawah ini. 

1. Apa yang anda percaya tentang murid dan pembelajaran sebelum mempelajari modul 1.1? 

Konsep pedidikan pemikiran Ki Hajar Dewantara ini sebenarnya bukanlah satu hal yang asing atau baru. Karena sebelum saya mengikuti kegiatan Calon Guru Penggerak Angkatan 9 saya sudah sering mendengar dan membaca konsepsi ini. Berawal dari kebiasaan saya yang suka membaca, sehingga ketika  mendengar ada hal-hal baru terkait pendidikan membuat saya terdorong untuk mencari tahu. Dengan dasar itu saya mulai menerapkannya pada murid-murid saya. Meski sesederhana mungkin menyesuaikan dengan kondisi sekolah dan kesiapan peserta didik. 

Saya meyakini bahwa setiap manusia telah dibekali potensi kebaikan dan juga keburukan. Demikian juga dengan peserta didik. Sebagai Guru tugas saya adalah berusaha menemukan potensi kebaikan itu dan mengasahnya dengan baik agar tajam. Dengan tajamnya potensi kebaikannya maka potensi negatif dengan sendirinya akan terkalahkan. 

Menyadari hal tersebut, saya memandang peserta didik bukanlah kertas kosong yang dapat kita corat-coret semau kita. Namun sekali lagi kesadaran tersebut masih memerlukan penguatan karena tanpa saya sadari masih sering mengagung-agungkan nilai kognitif atau angka-angka pada lembar tugas mereka. Masih sering merasa kecewa dengan peserta didik yang kurang memenuhi target-target nilai yang sudah sedemikian saya rancang. 

2. Apa yang berubah dari pemikiran dan perilaku anda setelah mempelajari modul ini. 

Setelah mempelajari modul 1.1 tentang Konsep Pemikiran Ki Hajar Dewantara, apa yang saya pahami sebelumnya akhirnya mendapatkan penguatan. Saya semakin berusaha untuk menjadikan pembelajaran yang berpusat pada murid. Pembelajaran  yang menumbuhkan  karakter positif. Lebih banyak mendengarkan mereka. Lebih banyak memberi ruang bagi mereka untuk menyampaikan keinginannya. Tidak mudah terpancing dengan sikap-sikap negatif yang ditunjukkan, namun justru menjadikannya kesempatan untuk mencoba melihat sisi positif di sebaliknya. Dengan mengarahkan serta menuntun mereka ke arah nilai-nilai kebaikan. 

Secara pribadi saya semakin serius menyiapkan diri, mengasah kemampuan pada banyak kompetensi yang belum saya miliki sebelum saya mengajak anak didik untuk berubah. Keteladanan harus dimulai dari saya sebagai guru agar ketika berbicara maka akan menjadi sangat efektif untuk dicontohi. 

Mencoba mengembangkan pembelajaran yang inovatif dan kolaboratif dalam kelompok-kelompok diskusi kecil. Memantik rasa percaya diri peserta didik dengan pemberian tugas secara bergilir, mengerjakannya dengan sinergis, memberi kesempatan seluas-luasnya bagi mereka untuk mengkomunikasikan hasil tugasnya di depan kelas sehingga menghadirkan sikap optimistis.

Dari pembelajaran di modul 1.1 ini saya merasa termotivasi secara pribadi karena potensi saya sebagai guru juga ikut terekspos dengan tagihan tugas-tugas yang variatif dan menantang. Dipacu untuk memaksimalkan kemampuan yang ada pada diri dengan menggali terlebih dahulu potensi diri sebelum menularkannya kepada orang lain. 

Satu hal lagi yang semakin saya sadari bahwa untuk keberhasilan pendidikan, baik lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat harus ada kesamaan visi dan misi. Ada jalinan komunikasi yang selaras dalam mewujudkan visi dan misi pendidikan. Salah satu dari ke tiganya tidak boleh abai dalam memainkan perannya masing-masing. Bahu-membahu memberikan kontribusi bagi kemajuan pendidikan. 

3. Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas anda mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara?

Seperti yang sudah saya jelaskan pada dua poin di atas, bahwa inti dari pemikiran Ki Hajar Dewantara ini sebenarnya sudah saya pahami dan sudah saya lakukan dalam kelas-kelas belajar selama ini. Hanya saja belum maksimal. Karenanya setelah mendapat materi yang lebih lengkap dan pemahaman saya lebih komprehensif terkait hal tersebut maka saya memiliki tekad yang kuat untuk segera mengaplikasikannya dengan lebih baik, dan lebih terarah dalam pembelajaran di kelas. 

Saya akan berusaha lebih fokus pada apa yang diinginkan dan dibutuhkan peserta didik dalam pembelajaran. Dengan tetap menekankan pada pentingnya adab dan akhlak terpuji sebagai penghias dari ilmu pengetahuan yang dimiliki. 

Saya ingin lebih bisa mengedepankan prasangka baik dengan apa pun kondisi peserta didik yang saya temui. Mengasah kepekaan, melibatkan seni dalam mendidik serta menghadirkan cinta. Karena pekerjaan mendidik sesungguhnya kita sedang mengisi ruang-ruang hati peserta didik dengan ilmu yang kita harapkan kelak bermanfaat baik dirinya dan orang lain serta masyarakat luas. Pendidikan yang melibatkan rasa cinta pasti akan lebih dapat diterima dan melekat kuat di hati peserta didik. 

Berbekal kemampuan yang saya miliki, saya tetap ingin menjadikan kelas-kelas yang kondusif, di mana peserta didik diharapkan tak hanya cerdas dan berkarakter baik namun juga menikmati proses belajarnya dengan bahagia.


Demikian yang dapat saya sampaikan. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya. 

Terima kasih. 
Salam Guru Penggerak! 

Tergerak, bergerak, menggerakkan. 

Wassalamu'alaikum warohmatulohi wabarakatuh.

KONSEP KEPEMIMPINAN PADA FILOSOFI NGGUSU WARU

Sebuah Konsep Kepemimpinan Pada Filosofi Bima Nggusu Waru

Oleh ; Sri Wiyanti, S.Pd.

Secara definisi Nggusu Waru adalah sebuah tradisi sosial berupa budaya tutur pada masyarakat Bima (Dou Mbojo) yang diwariskan secara turun temurun, berupa sebuah harapan untuk mencapai sebuah cita-cita mulia, yakni terciptanya sebuah masyarakat madani.

Nggusu berarti sudut dan Waru berarti delapan. Sebuah filosofi yang menggambarkan delapan sudut pandang  kehidupan orang Bima yang memuat nilai moral, budaya dan serta agama yang tentu bersumber dari pemahaman ke Islaman yang kental dari masyarakatnya. 

Delapan dimensi universal yang dianut oleh masyarakat Bima ini adalah ;

1. To'a di Ruma ro Rasu (taat) 
Kalimat yang memiliki makna mendalam akan kewajiban untuk mena'ati Allah dan Rasul-Nya dalam peribadatan atau pun dalam interaksi sosialnya. 

2. Maloa ro ma Bade (cerdas) 
Artinya menunjuk pada pentingnya proses belajar, menuntut ilmu sehingga orang Bima harus memiliki kecerdasan dan wawasan yang luas. 

3. Mantiri Nggahi ro Kalampa (jujur
Adanya kesamaan serta keselarasan antara kata dan perbuatan. Di dalamnya secara inplisit ada nilai kejujuran yang harus dijunjung tinggi. Menggambarkan karakter pribadi yang dapat dipercaya. 

4. Mapoda Nggahi ro Paresa (adil) 
Senantiasa berkata benar dan berpihak pada kebenaran. Menetapi rasa keadilan bagi semua orang tanpa memandang bulu atau membeda-bedakan status sosial. 

5. Mambani ro Disa (Bertanggung jawab) 
Mambani di sini secara bahasa berarti pemarah. Namun dalam konteks Nggusu Waru maknanya lebih kepada adanya sifat kesatria, membenci perbuatan melanggar norma adat, budaya lebih-lebih agama. Memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi terhadap amanah atau tugas yang diemban. 

6. Matenggo ro Wale (sehat dan kuat) 
Menggambarkan keharusan bagi orang Bima untuk memiliki fisik yang sehat lagi kuat. Sehat paripurna antara jiwa dan raga. 

7. Ma Bisa ro ma Guna (berwibawa dan berpengaruh) 
Jika dimaksnai langsung arti katanya berarti berwibawa dan sakti. Wibawa yang muncul dari berkumpulnya nilai-nilai ketaatan, kecerdasan, kejujuran dan karakter positif lainnya. Serta kesaktian dalam pengertian tutur kata serta prilakunya memberi pengaruh luas. Apa yang diucapkan dan dilakukan akan mendapat  tanggapan dan dukungan dari orang lain karena senantiasa menebar manfaat bagi lingkungannya. 

8. Londo Dou Mataho (Keturunan yang baik) 
Kalimat pamungkas ini menunjuk pada sikap moral yang baik. Melihat kemampuan seseorang berdasarkan keturunannya. Seperti dalam budaya Jawa kita mengenal istilah menilai seseorang dari bibit, bobot dan bebetnya 

Filosofi Nggusu Waru yang diusung masyarakat Bima atau Dou Mbojo merupakan sebuah nilai universal yang cocok diterapkan dalam semua lini kehidupan. Apabila kita tarik korelasi filosofi Nggusu Waru dengan filosofi Ki Hajar Dewantara terkait semboyan Ing Ngarsa Sung Tolodho, Ing Madya Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani keduanya seiring sejalan, sama-sama menjadi rel perjalanan hidup yang lurus dan kokoh. 

Jika pada Filosofi KHD memberikan rambu-rambu tentang bagaimana seseorang berbuat atau berlaku sebagai bagian dari masyarakat atau terkait dengan tugas kepemimpinannya, maka pada filosofi Nggusu Waru lebih pada penekanan tentang bagaimana karakter yang harus ada pada diri seseorang, pada semua bidang profesi yang diemban, lebih-lebih mereka yang diamanahi tugas kepemimpinan.

Filosofi Nggusu Waru dalam kehidupan lingkungan sekolah perlu diterapkan sehingga lestari sebab di dalamnya ada nilai ketaatan/religius, nilai kejujuran, nilai keadilan, tanggungjawab,  kepemimpinan dan budi pekerti yang harus dimaknai dan diaplikasikan secara mendalam oleh anak-anak dalam kehidupan nyata. 


Talabiu Bima, 24 Agustus 2023

Sebagai penutup izinkan saya membacakan sebuah puisi tentang NGGUSU WARU. Salah satu puisi saya yang dimuat di Harian Lombok Pos. 

Nggusu Waru


By : Sri Wiyanti


Agung
Tradisi mulia
Dana mambari mengusungnya
Cita Citra Dana Mbojo


Taqwa
Penyanggah utama
Loa ro bade mengokohkan
Ruku ro rawi menghias indah


Jaga
Nggahi ro eli
Perjuangkan mori ra woko
Mbani ro disa menjadi tamengnya


Keta'atan
Langkah ikhtiar
Dunia dikecap sewajarnya
Mendulang pahala bermuara ridho-Nya


Taqwa
Erat mendekap
Filosofi Nggusu Waru
Dana Mbojo pasti maju



Catatan di perjalanan sepulang sekolah
Bima, 24 Maret 2022