Assalamu'alaikum Warohmatulohi Wabarakatuh.
Pada kesempatan ini saya akan memaparkan salah satu tugas Modul 1.1 Tentang :
Konektivitas Antar Materi Berupa Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Oleh : Sri Wiyanti, S. Pd.
Guru SMPN 1 MONTA KAB. BIMA
Menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih pendidikan dan kebudayaan. Ki Hajar Dewantara membedakan Kata pendidikan dan Pengajaran, (Pengajaran adalah bagian dari Pendidikan). Pendidikan memberi tuntunan sesuai kodrat yang dimiliki anak agar mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang setinggi-tingginya baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat.
Dalam menuntun kodrat anak, guru ibaratkan seorang petani. Mencoba memberi ruang tumbuh kembang yang sesuai dengan maksimal. Anak diberikan kebebasan namun seorang pendidik tetap menjadi pamong, mendampingi dan mengarahkan potensi anak didik.
Pendidikan anak itu harus disesuaikan dengan tempat di mana mereka tumbuh (kodrat alamnya) dan tuntutan masa atau zamannya (kodrat zaman). Meski anak didik diberikan kebebasan memilih dan menentukan cara terbaik bagi pengembangan potensi dirinya, dalam interaksinya anak didik harus
mampu memfilter pengaruh buruk dari luar sehingga tidak membawa implikasi negatif bagi tumbuh kembangnya.
Analoginya, jika menanam jagung maka perlakukanlah dia sebagai jagung, jangan memperlakukannya seperti padi atau tanaman lain. Dan bila ingin jagung itu tumbuh secara maksimal maka biarkan dia tumbuh dengan cara dan tempat yang semestinya. Gulma dan aneka tanaman pengganggu cukup disiangi dan dibersihkan agar tanaman tetap tumbuh dan menghasilkan secara maksimal. Demikian pula dalam mendidik anak.
Sebagai seorang pendidik saya memosisikan diri sebagai layaknya seorang tukang kebun. Dan anak didik ibaratkan berbagai jenis tanaman bunga aneka rupa. Mereka diperlakukan sesuai kebutuhan tumbuh kembangnya sehingga pada saatnya mereka akan menguncup dan mekar sempurna dengan warna-warni indah mengagumkan. Menebar kemanfaatan bagi diri dan lingkungannya.
Prinsip seorang Pamong, dalam hal ini adalah sebagaimana semboyan Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani. Di depan menberikan contoh keteladanan yang baik, di tengah mendampingi dengan berjuta ide dan gagasan membangun serta di belakang memberikan dorongan memantik semangat.
Pendidikan adalah sebuah proses yang harus terus berlangsung, memerlukan kerjasama yang sinergis dari semua pihak untuk mewujudkannya karena merupakan pekerjaan untuk menjemput peradaban sehingga prosesnya tidak boleh terhambat.
Bagaimana penerapan filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara ini dalam konteks pembelajaran lokal masyarakat Bima? Praktik ini dapat kita temukan pada interaksi di masyarakat dalam berbagai aktivitas keseharian seperti pada serangkaian kegiatan 'mbolo weki' yang umumnya dijumpai pada rangkaian upacara perkawinan, khitanan, selamatan berangkat haji dan masih banyak lagi kegiatan semisal.
Lebih khusus di lingkungan sekolah berupa pembiasaan menggunakan budaya tutur yang baik seperti 'Maja labo Dahu, Kalembo Ade, Santabe, dan juga penerapan konsep kepemimpinan sebagaimana yang dikenal dengan istilah 'Nggusu Waru' dalam masyarakat Bima ( Dou Mbojo).
Sebagai refleksi terhadap pemikiran Ki Hajar Dewantara saya akan mencoba memaparkan dengan panduan pertanyaan di bawah ini.
1. Apa yang anda percaya tentang murid dan pembelajaran sebelum mempelajari modul 1.1?
Konsep pedidikan pemikiran Ki Hajar Dewantara ini sebenarnya bukanlah satu hal yang asing atau baru. Karena sebelum saya mengikuti kegiatan Calon Guru Penggerak Angkatan 9 saya sudah sering mendengar dan membaca konsepsi ini. Berawal dari kebiasaan saya yang suka membaca, sehingga ketika mendengar ada hal-hal baru terkait pendidikan membuat saya terdorong untuk mencari tahu. Dengan dasar itu saya mulai menerapkannya pada murid-murid saya. Meski sesederhana mungkin menyesuaikan dengan kondisi sekolah dan kesiapan peserta didik.
Saya meyakini bahwa setiap manusia telah dibekali potensi kebaikan dan juga keburukan. Demikian juga dengan peserta didik. Sebagai Guru tugas saya adalah berusaha menemukan potensi kebaikan itu dan mengasahnya dengan baik agar tajam. Dengan tajamnya potensi kebaikannya maka potensi negatif dengan sendirinya akan terkalahkan.
Menyadari hal tersebut, saya memandang peserta didik bukanlah kertas kosong yang dapat kita corat-coret semau kita. Namun sekali lagi kesadaran tersebut masih memerlukan penguatan karena tanpa saya sadari masih sering mengagung-agungkan nilai kognitif atau angka-angka pada lembar tugas mereka. Masih sering merasa kecewa dengan peserta didik yang kurang memenuhi target-target nilai yang sudah sedemikian saya rancang.
2. Apa yang berubah dari pemikiran dan perilaku anda setelah mempelajari modul ini.
Setelah mempelajari modul 1.1 tentang Konsep Pemikiran Ki Hajar Dewantara, apa yang saya pahami sebelumnya akhirnya mendapatkan penguatan. Saya semakin berusaha untuk menjadikan pembelajaran yang berpusat pada murid. Pembelajaran yang menumbuhkan karakter positif. Lebih banyak mendengarkan mereka. Lebih banyak memberi ruang bagi mereka untuk menyampaikan keinginannya. Tidak mudah terpancing dengan sikap-sikap negatif yang ditunjukkan, namun justru menjadikannya kesempatan untuk mencoba melihat sisi positif di sebaliknya. Dengan mengarahkan serta menuntun mereka ke arah nilai-nilai kebaikan.
Secara pribadi saya semakin serius menyiapkan diri, mengasah kemampuan pada banyak kompetensi yang belum saya miliki sebelum saya mengajak anak didik untuk berubah. Keteladanan harus dimulai dari saya sebagai guru agar ketika berbicara maka akan menjadi sangat efektif untuk dicontohi.
Mencoba mengembangkan pembelajaran yang inovatif dan kolaboratif dalam kelompok-kelompok diskusi kecil. Memantik rasa percaya diri peserta didik dengan pemberian tugas secara bergilir, mengerjakannya dengan sinergis, memberi kesempatan seluas-luasnya bagi mereka untuk mengkomunikasikan hasil tugasnya di depan kelas sehingga menghadirkan sikap optimistis.
Dari pembelajaran di modul 1.1 ini saya merasa termotivasi secara pribadi karena potensi saya sebagai guru juga ikut terekspos dengan tagihan tugas-tugas yang variatif dan menantang. Dipacu untuk memaksimalkan kemampuan yang ada pada diri dengan menggali terlebih dahulu potensi diri sebelum menularkannya kepada orang lain.
Satu hal lagi yang semakin saya sadari bahwa untuk keberhasilan pendidikan, baik lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat harus ada kesamaan visi dan misi. Ada jalinan komunikasi yang selaras dalam mewujudkan visi dan misi pendidikan. Salah satu dari ke tiganya tidak boleh abai dalam memainkan perannya masing-masing. Bahu-membahu memberikan kontribusi bagi kemajuan pendidikan.
3. Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas anda mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara?
Seperti yang sudah saya jelaskan pada dua poin di atas, bahwa inti dari pemikiran Ki Hajar Dewantara ini sebenarnya sudah saya pahami dan sudah saya lakukan dalam kelas-kelas belajar selama ini. Hanya saja belum maksimal. Karenanya setelah mendapat materi yang lebih lengkap dan pemahaman saya lebih komprehensif terkait hal tersebut maka saya memiliki tekad yang kuat untuk segera mengaplikasikannya dengan lebih baik, dan lebih terarah dalam pembelajaran di kelas.
Saya akan berusaha lebih fokus pada apa yang diinginkan dan dibutuhkan peserta didik dalam pembelajaran. Dengan tetap menekankan pada pentingnya adab dan akhlak terpuji sebagai penghias dari ilmu pengetahuan yang dimiliki.
Saya ingin lebih bisa mengedepankan prasangka baik dengan apa pun kondisi peserta didik yang saya temui. Mengasah kepekaan, melibatkan seni dalam mendidik serta menghadirkan cinta. Karena pekerjaan mendidik sesungguhnya kita sedang mengisi ruang-ruang hati peserta didik dengan ilmu yang kita harapkan kelak bermanfaat baik dirinya dan orang lain serta masyarakat luas. Pendidikan yang melibatkan rasa cinta pasti akan lebih dapat diterima dan melekat kuat di hati peserta didik.
Berbekal kemampuan yang saya miliki, saya tetap ingin menjadikan kelas-kelas yang kondusif, di mana peserta didik diharapkan tak hanya cerdas dan berkarakter baik namun juga menikmati proses belajarnya dengan bahagia.
Demikian yang dapat saya sampaikan. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.
Terima kasih.
Salam Guru Penggerak!
Tergerak, bergerak, menggerakkan.
Wassalamu'alaikum warohmatulohi wabarakatuh.