Oleh : Sri Wiyanti
Perkembangan puisi modern di Indonesia memiliki banyak warna. Salah satunya adalah puisi Patidusa. Kehadiran puisi Patidusa memperkaya khazanah puisi modern di tanah air.
Puisi Patidusa baru dipublikasikan pada tanggal 9 Agustus 2015 oleh Agung Wibowo. Hanya saja jenis puisi ini baru dikukuhkan delapan belas hari kemudian yakni pada tanggal 27 Agustus 2015.
Perbedaan mendasar puisi Patidusa dengan puisi klasik adalah pada tipografi (susunan larik-larik sajak) puisinya. Meski demikian tidak mengurangi nilai keindahan dan eksistensinya sebagai salah satu jenis puisi modern. Justru kehadirannya memberi dinamika tersendiri bagi dunia perpuisian di Indonesia. Mempercepat arus revolusi sastra.
Patidusa merupakan karya dari seorang pemuisi bernama Agung Wibowo. Di mana puisi ini adalah sebuah perubahan evolusi dari puisi sebelumnya, yakni Lipatdus (Lima, empat,tiga, dua, satu).
Penyematan nama Patidusa justru diberikan oleh temannya bernama Agus Supriyadi. Penamaan yang disesuaikan dengan format puisinya yakni 4 (empat) kata, 3 (tiga) kata, 2 (dua) kata dan 1 (satu) kata.
Jenis Puisi Patidusa
Puisi Patidusa memiliki empat (4) formasi atau bentuk :
1 Patidusa Asli/Original dengan susunan 4-3-2-1, 1-2-3-4, 4-3-2-1 dan seterusnya.
Contoh :
Tentang Kita
Debur ombak memecah pantai
Semilir angin menyejukkan
Dua hati
Berpadu
Syahdu
Membuai kalbu
Dua hati berjanji
Untuk saling setia membersamai
Pantai ini jadi saksi
Ketika ikrar terucap
Rekatkan ikatannya
Setia
Bila
Kemurniannya diuji
Ikhlaskan adalah kuncinya
Mendekat padanya menjadi solusi
2. Patidusa Bias dengan susunan :
1-2-3-4, 4-3-2-1,1-2-3-4 dan seterusnya.
Contoh :
Membasuh Luka
Sakit
Menukik ke hati
Menyisakan luka menganga
Lisan mengoyaknya melampaui belati
Rasa itu hanya menyakiti
Usah simpan di hati
Biarkan pergi
Hempaskan
Lari
Menjauh pergi
Memintal benang kemaafan
Hingga lara terlerai masa
Pada-Nya kita kembali memasrahkan
Mendekap mesra keikhlasan
Merengkuh takdir
Damai
3. Patidusa Cemara dengan susunan
1-2-3-4, 1-2-3-4,1-2-3-4 dan seterusnya.
Contoh 1
Lelaki Tua
Luruh
Bersama peluh
Meski raganya rapuh
Tiada pernah lisannya mengeluh
Dia
Lelaki tua
Pejuang nafkah keluarga
Pada pundaknya bergantung bahagia
Bila
Bahagia menyapa
Pada ringkih langkahnya
Mengharap kuasa Pemilik Semesta
Bersyukur
Penguat jiwanya
Dunia hanyalah sesaat
Persinggahan jalan menuju keabadian
Saatnya
Siapkan bekal
Iman dan taqwa
Sebaik-baik bekal perjumpaan dengan-Nya
Contoh 2
RIMPU
Rimpu
Tembe nggoli
Mantika kala lomba
Makani sampela ntika moci
Rimpu
Mabonto kamoci
Honggo mame'e kalili
Pai daeda badou malelu
Rimpu
Desena syari'at
Bune kalea ntara
Dana Mbojo mana'e ntoru
Rimpu
Makantika majaga
Siwe mantika matupa
Makakimbi taroa bune amarai
Rimpu
Tajaga kasama
Paida mborana dieda
Su'u sawa'u sia sawale
Talabiu Bima, 2 April 2022
1 Ramadhan 1443 Hijriah
4.Patidusa Tangga dengan susunan
4-3-2-1, 4-3-2-1, 4-3-2-1 dan seterusnya.
Pemenang
Malam pekat merayap perlahan
Mengisahkan perihnya luka
Tersimpan rapi
Rahasia
Seonggok hati terkapar lemah
Noda pekat menghiasnya
Gumpalan dosa
Mematikan
Meronta takkan menghapus duka
Istigfar sucikan kekalutan
Pilih jalanmu
Pemenang
Meski terseok tertatih merintih
Tapaki sepenuh sabar
Itu jalan-Nya
Ikhlaskan
Bagaimana membuat Puisi Patidusa
Keindahan bentuk Puisi Patidusa terletak pada susunannya yang meliputi sayap dan kerucut. Jenis Puisi Patidusa memiliki ciri khas yang apabila dibaca dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas pada baitnya tetap memiliki makna yang sama.
Bentuk standar Puisi Patidusa:
A A A A
B B B
C C
D
E
F F
G G G
H H H H
Jumlah bait Puisi Patidusa
Sedikitnya adalah 2 (dua) bait dan 4 (empat) formasi pada penulisan Puisi Patidusa. Manakala belum menemukan format yang pas maka dapat diubah ke dalam bentuk lain. Tentu dengan tetap memperhatikan nilai keindahan, rasa, rima, runut dan imaji dalam puisi.
Kesalahan Memaknai Puisi Patidusa
🍀 Memaknai sebagai sebuah penggalan kalimat.
Bahwa puisi Patidusa bukanlah sebuah kalimat yang di potong. Tiap baris dari baitnya saling melengkapi bersatu padu. Namun baris-baris baitnya seperti memiliki makna yang berdiri sendiri. Baris sesudah atau sebelumnya seakan saling menjelaskan makna.
🍀 Penggunaan kata hubung
Penggunaan kata hubung pada akhir baris menimbulkan asumsi pemenggalan kalimat yang menggantung makna puisi.
Contoh salah :
Mendekapmu
Mimpiku yang
Ingin kulukis senyatanya
Melangit pintaku meraih asa
🍀 Penggunaan tanda elipsis
Puisi Patidusa tidak menggunakan tanda elipsis karena mempengaruhi keindahan pada kalimat puisinya. Cukup menggunakan tanda koma (,).
🍀 Menghitung pengulangan kata menjadi dua kata.
Pengulangan kata sempurna dan atau yang berawalan depan dihitung satu kata.
Contoh :
Angan-angan
Anai-anai
Kanak-kanak
Sepoi-sepoi
Penulisannya bisa juga tanpa menggunakan tanda hubung misalnya : Anganangan, Anaianai, Kanakkanak, Sepoisepoi.
Sedangkan pengulangan kata yang berubah bentuk dihitung 2 (dua) kata.
Contoh ;
Bintang gemintang
Kusut masai
Tumpang tindih
Tumpah ruah

Alhamdulillah dapat ilmu baru...terimakasih bu Sri Wiyanti...
BalasHapus