Selasa, 29 Desember 2020

Rindu Ibunda

Rindu Ibunda

By Sri Wiyanti

Rindu
Menatap sendu
Seraut wajah teduh
Pemilik hati seluas samudra

Resah
Geliat gelisah
Mengusir tabir gundah 
Mengharap tatap lembut Ibunda

Harap
Merenda sayang 
Bersama hanya sejenak
Semoga bersua kembali di JannahNya 

Aku Jadi. Hendak Bertanya

AKU JADI.... HENDAK BERTANYA

Mereka selalu berteriak NKRI harga mati
Selalu menggaungkan kebhinekaan dan toleransi
Tapi di khalayak ramai mereka mempertontonkan perilaku tak terpuji
Melukai hati kaum muslimin dan penduduk negeri.
Aku jadi hendak bertanya, adakah kita masih berada di bumi tercinta bernama Indonesia dan ini bukanlah mimpi?

Kalimat tauhid adalah kalimat suci
Tak pantas seorang muslim membenci, mencampakkannya dengan penuh emosi
apalagi membiarkannya hangus terbakar api. 
Sungguh prilaku itu menandakan bahwa iman mu telah mati.
Mati tergilas nafsu syaithoni karena mengharapkan kehidupan duniawi 
Mereka menjadi lupa bahwa akhirat adalah pasti sementara dunia hanyalah persinggahan menuju kehidupan yang abadi.
Aku jadi hendak bertanya, adakah kau merasa lebih Pancasilais sedangkan prilakumu menodai?

Kalimat Tauhid dianggap HTI 
Sebab akal tak lagi mampu mencerna secara jeli
Tertutupi kerak dunia yang mengotori sehingga kerapuhan iman tak lagi mampu membentengi diri.
Aku jadi hendak bertanya, demikiankah akhlak seorang mukmin sejati?

Talabiu Bima
Coretan malam, 24 Oktober 2018
By : Sri Wiyanti

Muhasabah

MUHASABAH

By: Sri Wiyanti

Wahai diri
Kemana engkau hendak lari?
Ke pantai? Ke gunung atau tempat yang menurutmu lebih tinggi?
Sehingga engkau bisa lepas dari kematian yang engkau takutkan padahal ia adalah pasti.

Wahai diri
Akan tiba saatnya dimana pujian manusia bagimu tiada berarti
Bahkan ia telah menjadi bagian kelalaian diri
Ataukah justru akan berbalik menghakimi?
Di hadapan pengadilan Illahi Robbi
Ketika itu, retorikamu seperti basi, hilang arti, menghadirkan aroma bangkai
Namun masamu telah usai tinggalkan sesal yang tak terperi.

Wahai diri
Sebelum engkau jauh berlari dalam rimba kesesatan yang mengelabui
Ingatlah jalan untuk kembali menuju cahaya pertaubatan hakiki
Bukan perjumpaan terakhir sedangkan perniagaanmu telah merugi.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺

TAUBATKU

By : Sri Wiyanti 

Kelam malam tanpa cahaya
Kulantunkan bait-bait rindu menggelora
Pada Rabb pemilik semesta
Berharap waktu berlalu tak larut dalam lalai
Namun amarah dan nafsu angkara
Kerap menguasai menjadi panglima

Kusibak ruang terdalam hati 
Titik-titik maksiat itu telah berubah
Menjadi gumpalan hitam dosa-dosa
mengarat memenuhi tiap sudutnya
Tiada lagi tersisa ruang kebaikan di situ
Hingga batas sadarku meronta
Menyesali alpa diri namun kerap kali
mengulangi

Betapa lemah diri yang hina ini
Tanya pun menukik menancap tepat 
Di sanubari yang mulai tergolek lunglai
Jika cinta tanpa pijar rindu
Lalu dengan apa memaknai rasa?
Sedang hati kerap berkelana
Dalam rimba kesesatan yang nyata

Hilang arah....
Lupa pulang....
Sedang taubatku palsu semata
Tersungkur dalam harap padaMu 
Semoga pintu masih terbuka 
Untuk Aku sang pendosa

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

KISAH PILU

 By:  Sri Wiyanti 

Amarah... 
Membara... 
Membakar tanpa rasa
Kobaran api menghanguskan asa
Asap hitam menyisakan nestapa
Semua berlari... 
Tak tentu arah
Demi raga yang tak ingin dinista

Bahagianya tak lama
Baru saja bermula
Membangun mimpi
Dari upah kerja yang tak seberapa
Istana kecilnya kini telah rata
Mengisahkan puing-puing duka 

Aku salah apa? 
Batinnya lara... 
Tak tau lagi harus ke mana
bertanya pada siapa
Tentang esok harinya 

Sedang malam mata terjaga
Menatap kelam hilang cahaya
Kini semua masih berjaga 
Bersama luka yang masih menganga
Akankah usai sebuah sandiwara?

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺



Tanpamu

Puisi Dukotu

🌺🌺  Tanpa-Mu  🌺🌺

Qalbu meranggas kerontang
Rapuh jiwa tanpa sinaran-Mu

Bima, 21 November 2020

πŸ’”πŸ’”Luka  Hati πŸ’”πŸ’”

Sembilu mengoyak mengiris qalbu
Merana gundah gulana

Bima, 21 November 2020

πŸ’¦πŸ’¦  Laut. πŸ’¦πŸ’¦

Ombak memeluk pantai
Buihnya menyapa pasir berkilau

Bima,  21 November  2020

πŸ’₯πŸ’₯  Bahang  πŸ’₯πŸ’₯

Bagaskara memanggang buana
Raga meronta meleleh peluh

Bima,  21 November 2020

πŸ’”πŸ’”  Kecewa  πŸ’”πŸ’”

Melahap perih
Menghempas pergi dari ruang hati

Bima,  21 November 2020

By : Sri Wiyanti

#Puisidukotu(duabaristujuhkata) 

Puisi Patidusa

 Puisi Patidusa

Pertaubatan  

By : Sri Wiyanti

Jerat iblis kerap membelenggu
Meraja mencabik nurani
Lesap akal
Lalai

Dosa
Kubangan maksiat 
Menghalang tindak kejernihan
Menapak lelah berharap insyaf

Taubat
Diiringi sesal
Menengadah di sepertiga malam
Berharap gajak bermuara Surga



 Jalan Pejuang  

By : Sri Wiyanti 

Pejuang 
Merajut asa
Menebar aroma  keadilan
Bergelora membakar hasrat kedamaian 

Pejuang 
Derapmu menggentarkan
Meruntuhkan pongah kedzaliman
Gigih menumpas angkara murka 

Pejuang
Jangan terjeda 
Meski terjal menghadang
Meski tanpa tepuk sorai


Puisi Elegi

TAUBATKU

By : Sri Wiyanti 

Kelam malam tanpa cahaya
Kulantunkan bait-bait rindu menggelora
Pada Rabb pemilik semesta
Berharap waktu berlalu tak larut dalam lalai
Namun amarah dan nafsu angkara
Kerap menguasai menjadi panglima

Kusibak ruang terdalam hati 
Titik-titik maksiat itu telah berubah
Menjadi gumpalan hitam dosa-dosa
mengarat memenuhi tiap sudutnya
Tiada lagi tersisa ruang kebaikan di situ
Hingga batas sadarku meronta
Menyesali alpa diri namun kerap kali
mengulangi

Betapa lemah diri yang hina ini
Tanya pun menukik menancap tepat 
Di sanubari yang mulai tergolek lunglai
Jika cinta tanpa pijar rindu
Lalu dengan apa memaknai rasa
Sedang hati kerap berkelana
Dalam rimba kesesatan yang nyata

Hilang arah, lupa pulang
Sedang taubatku palsu semata
Tersungkur dalam harap padaMu 
Semoga pintu masih terbuka 
Untuk aku sang pendosa


Bima,  26 Juli 2020 



Puisi Dukotu


 Tanpa-Mu  

Qalbu meranggas kerontang
Rapuh jiwa tanpa sinaran-Mu

Bima, 21 November 2020 


Luka  Hati 

Sembilu mengoyak mengiris qalbu
Merana gundah gulana

Bima, 21 November 2020 

Kecewa

Melahap perih
Menghempas pergi dari ruang hati

Bima,  21 November  2020

By : Sri Wiyanti 





Akhir Kisah

 πŸ’–πŸ’– Akhir Kisah πŸ’–πŸ’–

By Sri Wiyanti

Sesal 
Lara membuncah
Seonggok hati terluka
Ketika ikrar sebatas kata

Luka 
Kian menganga
Mencengkram menyesakkan dada
Sembilu menghujam mengoyak rasa

Perihnya
Biarlah kusimpan
Pada bait-bait kenangan
Luruh bersama ucap maafmu

Kini
Kembali menata
Menyulam kisah baru
Dalam bingkai indah mawaddah

Bahagia 
Menjelma indah
Hati terikat mesra
Menyatu dalam setia selamanya

Bima, 16 November 2020
"Puisi Patidusa"
🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Ikhlaskan



πŸ‘‘πŸ‘‘  Ikhlaskan  πŸ‘‘πŸ‘‘

By : Sri Wiyanti


Diam
Mengunci bibir
Menahan tumpah serapah
Pertanda luka tak terlerai

Dalam 
Menganga luka
Perih mengoyak rasa 
Lara ini begitu sempurna 

Sulit 
Melerai gulana
Menata senyum memaafkan
Kecewa ini masih bertahta

Sakit
Mendera menyiksa
Dzikrullah menjadi asyifa
Sungkurkan kening merendah memujaNya

Ikhlaskan
Hempaskan pergi
Biarlah khilaf berlalu
Berganti semburat asa baru

🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Patidusa
Bima, 10 Desember 2020

Kala Rinai Hujan


🌺🌺 Kala Rinai Hujan 🌺🌺

By : Sri Wiyanti

Hujan
Mengiringi rinaimu
Celoteh canda ceria
Tentangmu mengisahkan banyak suka

Basah
Menyeka mengibaskan
Kristal bening menyejukkan
Mengiringi langkah nyanyian senja

Indah
Selalu terkenang
Hati yang basah
Melukis sepanjang jalan kenangan

Sungguh
Rona bahagia
Mewarnai langkah kita
Hingga tiba di ujung masa

Waktu
Menjeda indahnya
Denai kita berbeda
Saatnya mengucap kata berpisah

Bima, 19 November 2020
πŸ’–πŸ’–πŸ’–πŸ’–πŸ’–πŸ’–

Tentang Kita

🌺🌺  Tentang Kita. 🌺🌺

By : Sri Wiyanti

Jangan pernah berbagi hati
Mendua akan menyakiti
Pegang janjimu
Setialah

Disini
Terikrar sumpah
Dermaga saksi bisu
Kita berdua merenda kasih

Tulus
Cintaku padamu
Seperti debur ombak
Lembut memeluk pasir pantai

Diam
Memberi ketenangan
Membuai alunan rasa
Melambungkan asa melangit cintaku

🌺🌺🌺🌺
Patidusa
6 Desember 2020